ilustrasi planet bumi (pexels/Porapak Apichodilok)
Dalam kisah Al-Biruni yang legendaris, penghitungan keliling bumi menggunakan trigonometri. Ia juga memadukannya dengan Astrolabe buatannya sendiri.
Sebelum melakukan penelitian, Al-Biruni sudah memiliki keyakinan bahwa bumi itu bulat, bukan berbentuk datar seperti kepercayaan banyak orang pada zaman tersebut. Dengan keyakinan itu, ia menghitung jari-jari bumi untuk mengetahui kelilingnya.
Selain itu, Al-Biruni mengukur tinggi gunung sebagai titik permukaan bumi dengan Astrolabe. Ia mengarahkan alat itu ke dua titik yang berbeda.
Kemudian, tangen sudutnya dikalikan dan dibagi selisih tangen dua sudut tersebut dengan rumus trigonometri. Langkah selanjutnya, Al-Biruni akan mengarahkan Astrolabe ke titik cakrawala. Ia juga membuat garis imajiner 90 derajat yang menembus bumi.
Tak hanya itu, Al-Biruni membuat segitiga siku-siku raksasa antara posisi ia berdiri, titik horizon, dan inti bumi. Hasilnya, jari-jari bumi adalah 6.335,725 km.
Lalu, Al-Biruni menggambar bumi yang berbentuk lingkaran dan menghitung kelilingnya. Dari hasil penghitungannya, keliling bumi adalah 40.075 km. Angka ini gak jauh berbeda dengan penghitungan keliling bumi yang lebih modern, yakni 40.075,071 km.
Penghitungan keliling bumi Al-Biruni tidak akan berhasil bila bumi tidak berbentuk bulat. Jadi, secara tidak langsung, penelitian tersebut sekaligus membuktikan bentuk bumi yang sesungguhnya.
Berdasarkan kisah Al-Biruni tersebut, penghitungan yang dilakukannya cukup akurat. Ketepatannya mencapai 99,62 persen dan hanya menyimpang 0,38 persen saja.
Penelitian luar biasa dengan hasil akurat dan dilakukan dengan alat buatannya sendiri. Kemampuan Al-Biruni sebagai ilmuwan memang tidak perlu diragukan lagi. Pantas bila ia disebut sebagai ilmuwan muslim yang menyumbang peran besar dalam ilmu pengetahuan.
Itulah kisah Al-Biruni. Semoga kisahnya mampu menginspirasimu untuk terus belajar, ya.