Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
London, Inggris (unsplash.com/Marcin Nowak)
London, Inggris (unsplash.com/Marcin Nowak)

Intinya sih...

  • Eropa memiliki 31 negara maju di bidang ekonomi menurut laporan UN DESA tahun 2024.
  • Roma dan Konstantinopel merupakan kota terkaya di masa lalu karena unggul dalam perdagangan dan manufaktur.
  • VOC, perusahaan perdagangan Belanda, berdiri di Amsterdam tahun 1602 dan menghasilkan keuntungan setara dengan 8 triliun dolar Amerika saat ini.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Eropa telah lama dikenal sebagai benua dengan tingginya kemajuan di bidang ekonomi. Berdasarkan laporan dari UN DESA di tahun 2024, sebanyak 31 dari 37 negara maju di bidang ekonomi berasal dari Eropa.

Bukan hanya di masa sekarang, beberapa kota di Eropa bahkan pernah tercatat sebagai kota terkaya dalam sejarah. Kota-kota ini memiliki kesamaan yaitu unggul dalam perdagangan atau industri manufaktur. Mari kita melihat kembali sejarah kejayaan 5 kota ternakmur yang ada di Benua Eropa!

1. Roma

Roma, Italia (unsplash.com/Spencer Davis)

Sebagai pusat peradaban Romawi, tentu tidak mengherankan jika Roma menjadi salah satu kota termakmur di masanya. Menguasai perdagangan regional dan internasional adalah kunci kesuksesan ekonomi Romawi.

Romawi merupakan eksportir sereal, wine dan olive oil. Dikutip dari World History Encyclopedia, Romawi menggabungkan mekanisme pasar bebas dan pengawasan negara untuk mengatur industri perdagangan. 

Barang-barang seperti olive oil, tembikar, ataupun hasil pengolahan logam, ditandai dengan stempel pemerintah untuk memastikan standar kualitasnya. Selain itu, keberadaan lembaga peminjaman uang yang kerap digunakan pedagang, menjadi bukti mekanisme pasar bebas di kalangan penduduk Romawi.

Keberadaan bangunan megah seperti Colosseum dan Pantheon menjadi salah satu bukti kemakmuran Romawi. Kemegahan yang sudah ada sejak abad ke-2 Masehi tersebut sayangnya harus hilang setelah Romawi Barat runtuh pada 476 M.

2. Konstantinopel

Istanbul, Turki (unsplash.com/Lewis J Goetz)

Konstantinopel, yang kini dikenal dengan nama Istanbul, merupakan ibukota Kekaisaran Romawi Timur. Lokasinya yang terletak di ujung Jalur Sutra, membuatnya menjadi salah satu kota perdagangan tersibuk di dunia.

Dibandingkan Romawi Barat, Romawi Timur memiliki pendekatan kontrol negara yang lebih ketat. Hal ini disebabkan adanya ketidakpercayaan pemerintah setempat terhadap profesi pedagang atau pengusaha yang dinilai rentan melakukan kecurangan.

Seluruh barang yang diperdagangkan di wilayah Romawi Timur harus melalui rangkaian pemeriksaan untuk menghindari potensi kecurangan. Kekaisaran Romawi Timur juga menunjuk petugas bea cukai sebagai pintu masuk satu-satunya barang impor sekaligus penerimaan pajak.

Salah satu bukti kemajuan perdagangan Romawi Timur dapat dilihat dari banyaknya peredaran amphorae atau bejana tanah liat yang digunakan sebagai kontainer komoditas. Memasuki abad ke-6–12 M, amphorae milik Romawi Timur ditemukan di sepanjang kawasan Mediterrania, Britania, Laut Hitam, Laut Merah, hingga perairan Semenanjung Arab, dikutip dari World History Encyclopedia.

3. Amsterdam

Amsterdam, Belanda (unsplash.com/Ethan Hu)

Di tahun 1602, sebuah perusahaan perdagangan bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau yang kita kenal sebagai VOC, berdiri di Kota Amsterdam. Tujuan utama pendirian VOC adalah melindungi jalur perdagangan Belanda di kawasan Samudra Hindia. 

Menariknya, di saat yang bersamaan, Belanda juga tengah terlibat perang kemerdekaan dari Spanyol sejak tahun 1568. Keberadaan VOC sekaligus membawa misi untuk mensuplai keuangan Belanda selama masa peperangan tersebut, dikutip dari Britannica.

Bukti kejayaan VOC dapat terlihat dari pembangunan kanal-kanal Amsterdam pada abad 17. Dikutip dari World Atlas, keuntungan yang dihasilkan VOC setara dengan nilai uang 8 triliun dolar Amerika di masa kini.

Kejayaan VOC sebagai perusahaan dagang hanya berlangsung sampai tahun 1799 setelah lembaga tersebut dilanda korupsi dan dicabut izinnya oleh pemerintah Belanda. Sebagai gantinya, para pejabat VOC beralih menjadi organisasi kolonial yang menguasai komoditas pertanian di Indonesia selama hampir dua abad sebelum kedatangan Jepang pada 1942.

4. London

London, Inggris (unsplash.com/Charles Postiaux)

Kemajuan London sebagai sebuah kota tidak terlepas dari peristiwa Revolusi Industri Inggris yang dimulai pada 1760. Perubahan era agraris menuju industri tersebut membawa perubahan besar pada kehidupan ekonomi masyarakat Inggris, termasuk London.

Sebelum ditemukannya mesin uap pada 1712, industri pertambangan batu bara dan timah di Inggris masih dilakukan dengan cara tradisional. Keberadaan mesin uap membuat peningkatan signifikan pada produksi dan distribusi batu bara. 

Kemajuan di sektor pertambangan secara perlahan memacu proses mekanisasi di seluruh sektor, termasuk industri tekstil yang sebelumnya masih mengandalkan rajut tradisional. Dengan keberadaan mesin tekstil berbahan bakar uap, industri tekstil berhasil menyumbang setengah dari total komoditas ekspor Inggris pada 1830.

Pertumbuhan kelas menengah di Inggris semakin terlihat, seiring dengan terjangkaunya barang-barang hasil industri pabrikan. Di samping itu, penemuan mesin pembuatan kertas dan industri percetakan turut mendorong angka penjualan buku serta meningkatnya tingkat literasi masyarakat Inggris, dikutip dari World History Encyclopedia.

5. Paris

Paris, Prancis (unsplash.com/Andrea Maschio)

Paris bukan kota yang asing dari sejarah kekuasaan bangsa Romawi. Meskipun kota tersebut sudah berstatus sebagai teritori Romawi sejak abad 1 SM, Paris baru mencapai era kejayaannya di akhir abad 19.

Periode kemakmuran Paris dikenal sebagai La Belle Époque atau "beautiful age" yang dimulai pada tahun 1871. Saat itu, Prancis baru saja menerima kekalahan pasca Perang Franco-Prussian dan mengakibatkan berakhirnya pemerintahan Napoleon III.

Menariknya, situasi politik pasca kekalahan perang justru jauh dari keadaan chaos sebagaimana yang diperkirakan. Menurut Presiden Adolphe Thiers yang memerintah Prancis saat itu, dalam situasi genting tersebut tidak ada satupun kelompok politik yang sanggup mengambil alih kekuasaan, dikutip dari Thoughtco.

Keadaan sosial yang stabil dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Prancis untuk meniru kemajuan Revolusi Industri di Inggris. Bahan-bahan mentah manufaktur tersedia dalam jumlah besar karena berkembangnya industri kelistrikan, bahan kimia, juga besi selama periode ini. 

Kemajuan dalam bidang industri manufaktur, pertanian, hingga komunikasi berdampak pada kenaikan gaji pekerja hingga 50 persen. Kebutuhan rumah tangga yang sebelumnya dianggap mewah seperti gas, listrik dan akses air bersih, kini telah tersedia bagi masyarakat kelas bawah.

Kemajuan kota-kota di Eropa ini sangat dipengaruhi oleh kestabilan situasi politik dan keamanan. Kota-kota seperti Paris dan London, misalnya, harus merasakan dampak kerusakan dari Perang Dunia I sebelum kembali bangkit menjadi kota besar seperti saat ini. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team