Kotoran Anjing di Jalanan Lebih Berbahaya dari yang Kita Pikirkan

Saat ini, membawa anjing berjalan-jalan bukanlah pemandangan yang aneh, terutama di kota-kota besar. Namun, ada pemilik anjing yang kurang bertanggung jawab dan membiarkan anjingnya buang air besar (BAB) sembarangan di pinggir jalan.
Padahal, di dalam kotoran anjing terdapat bahaya yang tidak kita sadari yang bisa mengancam kesehatan. Mari kita lihat lebih dekat!
1. Mengandung bakteri Salmonella
Salmonella merupakan genus bakteri Gram-negatif berbentuk batang dari keluarga Enterobacteriaceae. Manusia bisa terinfeksi bakteri Salmonella melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Sekitar 8-72 jam setelah terinfeksi bakteri Salmonella, akan muncul gejala diare, kram perut, dan demam.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS One pada tahun 2020, sebanyak 69,3 persen pemilik anjing di Brazil memilih memberikan daging mentah untuk anjingnya karena dianggap lebih alami. Padahal, anjing yang diberi makan daging mentah hampir 30 kali lebih mungkin positif bakteri Salmonella spp.
2. Mengandung bakteri E. coli
Menurut World Health Organization (WHO), Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri yang bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari kram perut, diare, muntah, hingga demam. Terutama strain tertentu seperti E. coli penghasil toksin Shiga (STEC).
Mengacu pada penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Infection and Immunity pada tahun 2001, dari 63 sampel kotoran anjing, 30 persen di antaranya mengandung bakteri E. coli. Dan per satu gram kotoran anjing rata-rata mengandung 23 juta bakteri E. coli, jumlah yang cukup untuk membuat manusia sakit.
3. Mengandung parasit Giardia
Dilansir ScienceAlert, mikroorganisme lain yang ditemukan dalam kotoran anjing adalah Giardia. Parasit yang panjangnya 10-15 µm (mikrometer) ini bisa menyebabkan diare, mual, kembung, dehidrasi, kelelahan, hingga kram perut.
Mengacu pada riset yang dimuat dalam The Canadian Veterinary Journal pada tahun 2010, dari 1.871 anjing yang dilibatkan dalam penelitian, Giardia terdeteksi di kotoran 299 anjing. Sebanyak 66,2 persen anjing mengalami diare encer, diare berdarah (23,4 persen), dan muntah (17,1 persen).
4. Mengandung mikroorganisme yang resistan terhadap obat
Selain bakteri dan parasit yang telah disebutkan, kotoran anjing juga mengandung mikroorganisme yang resistan terhadap obat. Ini terlihat dalam studi yang dipublikasikan di International Journal of Environmental Research and Public Health pada tahun 2013.
Para peneliti mengumpulkan 418 sampel feses anjing dari jalanan di wilayah Bari, Italia Selatan. Hasilnya, banyak sampel feses yang mengandung bakteri Enterococcus dan Staphylococcus aureus yang resistan terhadap berbagai obat.
Mengapa kita perlu mewaspadai mikroorganisme yang resistan terhadap obat? Karena resistansi obat dikaitkan dengan biaya medis yang lebih tinggi, rawat inap atau kesembuhan yang lebih lama, dan peningkatan risiko kematian.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para pemilik anjing
Sebelum mengajak anjing berjalan-jalan keluar rumah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pemilik anjing, seperti:
- Normalnya, anjing akan buang air besar 1-2 kali dalam sehari. Sebagai langkah antisipasi, selalu bawa kantong plastik dan sekop untuk mengambil kotoran anjing.
- Jangan mengubur kotoran tersebut karena bisa mengontaminasi tanah dan sumber air, lebih baik buang ke kloset lalu siram dengan air.
- Jadilah pemilik yang bertanggung jawab dengan tidak meninggalkan kotoran anjing di jalanan begitu saja.