Pertaruhkan Nyawa, 10 Figur Terkenal yang Berjasa di Masa Holocaust

Oskar Schindler memiliki masa lalu sebagai mata-mata Nazi di divisi Abwehr dan memata-matai Cekoslowakia dan Polandia untuk dijajah Jerman. Karenanya, Schindler diupahi dengan pabrik enamel di Krakow, Polandia. Dalam pabrik itu, Schindler mempekerjakan 1.750 pekerja. Dari angka itu, 1.000 buruh adalah kaum Yahudi.

Schindler bekerja keras untuk memastikan keselamatan para buruhnya, termasuk kaum Yahudi. Dengan koneksinya di Abwehr, Schindler mencegah para buruh Yahudi dari dipindahkan ke kamp konsentrasi. Sampai-sampai, Schindler harus menghabiskan hartanya membeli barang dari pasar gelap untuk menyogok para tentara Nazi.

Saat tahu para buruh Yahudi akan dipindahkan ke daerah barat pada 1944, Schindler berhasil membujuk kepala kamp konsentrasi Krakow, Amon Göth, untuk membiarkan Schindler memindahkan pabriknya ke Moravia. Ia membuat daftar 1.200 orang Yahudi (Schindlerjuden) untuk pindah bersamanya. Meski begitu pun, Schindler tetap harus menghabiskan sisa hartanya melindungi kaum Yahudi dengan menyogok para tentara Nazi.

Schindler wafat pada 1974 dan dikuburkan di Yerusalem. Pada 1993, pemerintah Israel menobatkan Oskar Schindler dan istrinya, Emilie, sebagai salah satu "Orang Baik dari Berbagai Bangsa" (חֲסִידֵי אֻמּוֹת הָעוֹלָם) oleh Yad Vashem (יד ושם), organisasi resmi Israel untuk mengenang korban Holocaust. Kisah Schindler menginspirasi Stephen Spielberg untuk membuat film "Schindler's List" yang dibintangi Liam Neeson pada tahun yang sama.

Terkenal dengan filmnya seperti "My Fair Lady" atau "Roman Holiday", aktris kenamaan Hollywood asal Belgia, Audrey Hepburn, ternyata mencatatkan kisah keberaniaannya dalam menolong kaum Yahudi di Belanda dari genggaman Nazi Jerman. Setelah paman Audrey, Otto Ernst Gelder, dieksekusi Nazi, ia membantu kaum Yahudi bersembunyi dan mendanai mereka lewat pekerjaannya sebagai balerina.

Hepburn dan ibunya pun sempat putus asa saat mendengar kota mereka hancur seiring kalahnya sekutu dalam pertempuran Arnhem dan Oosterbeek. Bersama ibunya, ia pun bekerja menjadi asisten perawat. Tak hanya itu, Hepburn pun pernah dikepung Nazi dan untungnya bisa meloloskan diri!

Amat terpengaruh oleh perang, Audrey tidak ingin tampil di film dengan tema tersebut. Selain meminta bayaran tinggi, ia menolak menjadi Kate ter Horst (yang akhirnya diperankan oleh Liv Ullmann) di film "A Bridge too Far" pada 1977 karena trauma dengan pengalaman perang semasa PD2. Sejak 1954 hingga akhir hayatnya, Audrey pun sempat menjadi duta UNICEF.

Raoul Gustaf Wallenberg adalah seorang diplomat kelahiran Swedia yang terkenal karena jasanya menyelamatkan kaum Yahudi dari Hongaria selama Holocaust. Antara Juli dan Desember 1944, Wallenberg bekerja sebagai utusan khusus Swedia untuk Budapest dan bertanggung jawab atas penerbitan paspor.

Wallenberg menerbitkan paspor pelindung untuk kaum Yahudi yang berhubungan dengan Swedia untuk menyelamatkan mereka dari kamp konsentrasi. Ia juga berhasil menyelundupkan dan melindungi orang Yahudi di 32 gedung, dua rumah sakit, dan dapur umum yang disamarkan sebagai wilayah Swedia di Budapest, agar tidak disentuh Nazi.

Saat Pengepungan Budapest oleh Uni Soviet pada Januari 1945, Wallenberg ditangkap atas tuduhan espionase. Sempat tidak ada kabar, Wallenberg wafat di penjara KGB Luvyanka di Moskow. Seperti Schindler, Wallenberg pun dianugerahi gelar "Orang Baik dari Berbagai Bangsa" atas jasanya menyelamatkan ribuan Yahudi dari Holocaust. Selain itu, AS pun menghujani Wallenberg dengan berbagai penghargaan kemanusiaan juga.

Profesor Belanda, Johan Willem van Hulst, dikenang dunia karena jasanya menyelamatkan nyawa anak-anak Yahudi dari panti asuhan Hollandsche Schouwburg yang ternyata berada di bawah naungan Nazi sebelum dideportasi ke kamp konsentrasi!

Mulai dari awal 1943, Hulst dan Yahudi Jerman yang mengepalai Hollandsche Schouwburg mulai mencari keluarga yang mampu mengadopsi anak-anak tersebut. Setelah dapat, nama anak-anak tersebut dihapus dari daftar dan mereka disembunyikan di pagar tanaman, tas, atau keranjang sebelum dipindahkan ke bagian kota lain.

Namun, pada September 1943, Hulst ketahuan dan 100 anak Yahudi langsung dikirim ke kamp konsentrasi!

"Coba bayangkan 80, 90, 70, atau 100 anak berdiri di sana, dan kamu harus memilih mana yang bisa kamu selamatkan... Sungguh keputusan tersulit dalam hidup saya. Kamu pun tahu anak-anak yang tertinggal akan mati. Akhirnya, saya membawa 12 anak, dan bertanya kepada diri saya sendiri, 'Kenapa tidak 13?'" cerita Hulst beberapa dekade setelah kejadian tersebut.

Total, Hulst menyelamatkan 500 - 1.000 anak-anak dan bayi Yahudi! Pada 1973, Hulst menerima penghargaan "Orang Baik dari Berbagai Bangsa", dan saat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengunjungi Belanda pada 2012, ia sendiri berterima kasih pada Hulst. Sang profesor wafat pada Maret 2018 di usia ke-107 tahun.

"Kami percaya, mereka yang menyelamatkan satu kehidupan menyelamatkan satu alam semesta. Anda telah menyelamatkan ratusan alam semesta. Saya ingin berterima kasih bukan hanya atas nama orang-orang Yahudi, tetapi juga atas nama kemanusiaan," ujar Netanyahu kepada Hulst.

Adolfo Kaminsky adalah mantan anggota Pemberontak Prancis (La Resistance) selama Pendudukan Nazi di Prancis. Kaminsky terkenal ahli memalsukan dokumen dan ia dikenal akan jasanya memalsukan dokumen untuk menyelamatkan sekitar 14.000 nyawa kaum Yahudi secara cuma-cuma!

Sempat hampir dideportasi ke kamp konsentrasi Drancy, Kaminsky mampu lolos dan pindah ke Paris pada Desember 1943. Kaminsky bekerja di laboratorium bawah tanah untuk memalsukan dokumen untuk kaum Yahudi dan buronan Nazi. Ia pun rela tidak tidur demi menyelamatkan nyawa-nyawa malang tersebut.

"Tetap bangun! Lawan kantuk! Perhitungannya mudah. Saya memalsukan 30 dokumen dalam satu jam. Jadi, jika saya tertidur satu jam, 30 orang akan mati," ujar Kaminsky.

Setelah Paris bebas dari cengkeraman Nazi pada 1944, Kaminsky bergabung dengan Angkatan Senjata Prancis dan ikut menyerbu Jerman. Karena jasa kemanusiaannya, Kaminsky dianugerahi Médaille de la Résistance.

Akan tetapi, Kaminsky sempat menjadi musuh Prancis saat membantu Aljazair melawan Prancis dalam Perang Aljazair (1954 - 1962) dengan memproduksi uang palsu yang mengancam perekonomian Prancis. Ia pun sempat hidup di Aljazair selama 10 tahun sebelum kembali ke Prancis pada 1982 dan berstatus warga negara Prancis pada 1992. Masih hidup hingga saat ini, Kaminsky berusia 95 tahun.

Mayor Francis “Frank” Edward Foley adalah seorang perwira Dinas Intelijen Rahasia Inggris (MI6) yang bertanggung jawab atas pengawasan paspor di Kedutaan Besar Inggris di Berlin sebelum PD2. Ia berjasa mengeluarkan ribuan kertas untuk kaum Yahudi yang melarikan diri dari persekusi Nazi Jerman setelah insiden Malam Kaca Pecah (Kristallnacht) pada 9 - 10 November 1938. Bahkan, ia rela 

Karena ribuan orang Yahudi yang dia selamatkan, dunia menjuluki Foley "Schindler Inggris". Sulit untuk memperkirakan dengan tepat berapa banyak orang yang diamankan Foley agar tidak berakhir di kamp konsentrasi, tetapi jumlahnya kemungkinan lebih dari 10.000 orang Yahudi.

Tak takut Nazi, Foley mempertaruhkan nyawa melanggar hukum di Berlin dengan menerbitkan surat untuk kaum Yahudi agar dapat masuk secara legal ke Britania Raya dan Palestina (yang saat itu dikuasai Britania Raya). Tidak hanya itu, Foley juga menyusup ke kamp Nazi dan membantu kaum Yahudi melarikan diri dan menyembunyikan mereka di kediamannya sampai akhirnya dokumen Foley terbit.

Sayangnya, jasa Foley tidak diakui hingga ia wafat pada 1958. Setelahnya, barulah ia mendapatkan berbagai penghargaan. Dari Britania Raya, ia mendapatkan gelar "Pahlawan Holocaust" pada 2010; dari Yad Vashem, Foley dianugerahi gelar "Orang Baik dari Berbagai Bangsa" pada 1999.

Dunia mengutuk nama Hermann Göring, kepala Luftwaffe dan salah satu petinggi Nazi. Berbalik 180 derajat, adiknya, Albert Göring, menentang Nazi sejak awal dan membantu menyelamatkan kaum Yahudi dan ras minoritas lainnya dari kebengisan Hermann. Albert menggunakan pengaruhnya sebagai adik Hermann justru untuk menyelamatkan Yahudi!

Sebagai contoh, ia menyelamatkan mantan atasan Yahudinya, Oskar Pilzer, dan menyelundupkannya keluar dari Jerman. Albert juga memalsukan tanda tangan Hermann di berbagai dokumen, sehingga memungkinkan kaum Yahudi untuk lolos. Ia pun sering meminta "budak" Yahudi dari kamp, lalu melepaskan mereka agar mereka bisa melarikan diri.

Sempat ketahuan, nama "Göring" meloloskannya dari kamp konsentrasi. Setelah perang, Albert Göring ikut diinterogasi di Pengadilan Nurenberg karena nama dan hubungannya dengan Hermann Göring. Untungnya, karena banyak orang bersaksi meringankannya, Albert dibebaskan.

Dibenci di Jerman di masa setelah PD2 karena nama Göring, Albert wafat pada 1966 di usia ke-71 tahun. Sayangnya, ia tidak diberi penghargaan, bahkan oleh Yad Vashem karena minimnya bukti kepahlawanan Göring.

Lahir dari keluarga Jerman - Yahudi, Nicholas Winton adalah bankir Inggris yang aktif menyelamatkan anak-anak, kebanyakan kaum Yahudi, saat PD2 meletus di Eropa. Nicholas menyelamatkan setidaknya 669 anak dari Praha, Cekoslowakia sebelum PD2 berkecamuk.

Pada 1938, Nicholas mendirikan sebuah program untuk membantu anak-anak dari bahaya Nazi, yang kemudian dikenal dengan nama "Kindertransport". Dengan bantuan birokrasi, Nicholas memperoleh izin resmi untuk memasukkan pengungsi di bawah 17 tahun ke Britania Raya, dengan syarat memiliki tempat tinggal dan 50 pound sterling sebagai uang kembali ke negara kelahiran mereka nanti.

Nicholas terkenal karena menulis surat ke Presiden AS ke-32, Franklin D. Roosevelt, untuk ikut membantu mengambil anak-anak tersebut. Karena jasanya menyelamatkan 669 anak dari Nazi, sama seperti Foley, Nicholas pun juga dijuluki "Schindler Inggris" oleh media Inggris.

Selama 50 tahun, jasa Nicholas tidak diketahui dunia. Hal tersebut sampai pada 1988, saat stasiun BBC melangsungkan program TV "That's Life!" yang mempertemukan Nicholas dengan beberapa anak yang ia selamatkan yang sudah dewasa. Pada 2003, ia ditahbiskan sebagai ksatria oleh Ratu Elizabeth II. Pada 2015, Nicholas meninggal dunia di usianya ke-106 dalam tidur.

Carl Lutz adalah seorang diplomat Swiss yang menjabat sebagai Wakil Konsul Swiss di Budapest, Hongaria, dari tahun 1942 hingga akhir Perang Dunia II. Pada akhir konflik, Carl dikenang karena jasanya menyelamatkan lebih dari 62.000 orang Yahudi, operasi penyelamatan Yahudi terbesar semasa PD2.

Carl menyelamatkan setengah populasi Yahudi di Budapest, Hongaria, dari ancaman deportasi ke kamp konsentrasi Nazi. Pada tahun 1944, setelah Nazi menduduki Budapest, Carl menerima izin khusus untuk menerbitkan 8.000 surat kepada kaum Yahudi Hongaria, agar mereka bisa pindah ke Palestina.

Tidak takut hukuman, Carl melanggar aturan dan menetapkan surat tersebut untuk keluarga, bukan individu. Caranya, ia menerbitkan puluhan ribu surat, antara 1 - 8.000. Dengan begitu, Carl bisa menyelamatkan puluhan ribu Yahudi. Ia pun mendirikan 76 rumah persembunyian di Budapest dan menyamarkannya sebagai wilayah Swiss agar tidak diganggu Nazi.

Pada 1963, sebuah jalan di Haifa, Israel dinamai Lutz, dan karena jasanya menyelamatkan puluhan ribu Yahudi semasa PD2 dari Holocaust, Carl dianugerahi gelar "Orang Baik dari Berbagai Bangsa" oleh Yad Vashem dua tahun kemudian. Carl wafat di usia ke-79 pada 1975 di Swiss.

Irena Stanisława Sendler adalah seorang pekerja sosial dan perawat Polandia yang berjuang melawan Nazi melalui Negara Bawah Tanah Polandia (Polskie Państwo Podziemne). Dia secara aktif bekerja untuk menyelamatkan anak-anak Yahudi bersama jaringan pekerja yang berpikiran sama, yang kebanyakan adalah wanita.

Irena membantu menyelundupkan anak-anak Yahudi keluar dari ghetto Yahudi di Warsawa dan kemudian memberi mereka dokumen identitas palsu bahwa mereka adalah anggota keluarga Polandia, yang sebelumnya sudah bersedia untuk menampung anak-anak malang tersebut.  Dia juga menempatkan beberapa di panti asuhan dan biara Katolik.

Pada 1943, Gestapo menangkap Irena karena dugaan berpartisipasi dengan para pemberontak Polandia. Setelah disiksa dan diinterogasi, Gestapo merencanakan eksekusi mati Irena. Untungnya, ia berhasil lolos dan menyembunyikan daftar anak yang ia selamatkan setelah Żegota, badan penolong kaum Yahudi Polandia, menyuap pejabat Jerman untuk melepaskannya.

Setelah PD2 berakhir, Irena terus melakukan misi kemanusiaan lewat jalur pemerintahan. Pada 1965, Yad Vashem menganugerahi gelar "Orang Baik dari Berbagai Bangsa" dan status warga negara kehormatan untuk Irena pada 1991. Pada 2003, pemerintah Polandia menganugerahinya penghargaan tertinggi "Order of the White Eagle". Irena wafat pada 2008 di usianya yang ke-98 tahun.

Itulah 10 tokoh terkemuka yang berani mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan nyawa kaum Yahudi dan ras lain dari genggaman Nazi Jerman dan deportasi ke kamp konsentrasi. Demi nama kemanusiaan, mereka tidak memandang kekejaman Nazi dan rela melakukan segala cara, bersih hingga kotor, agar kaum Yahudi dan ras lainnya bisa tetap hidup.

Banyak tokoh non-Yahudi dan Yahudi lain yang ikut berjasa dalam menyelamatkan nyawa mereka yang diincar Nazi selama PD2, dan tidak semua mendapatkan penghargaan dari Israel atau dari negaranya. Namun, kisah kepahlawanan mereka takkan pernah dilupakan dunia, terutama oleh kaum Yahudi yang mereka selamatkan!