Apa Itu Black Swan Earthquake? Gempa Langka yang Guncang Papua

Sebelumnya juga terjadi pada gempa Ambon 2019 lalu

Apa itu Black Swan Earthquake? Istilah ini mendadak ramai dibicarakan setelah adanya pernyataan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Keterangan tersebut berkaitan dengan gempa yang terus terjadi di Jayapura, Papua, sejak awal 2023 lalu. 

Pada keterangan yang disampaikan, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyatakan bahwa fenomena gempa Papua ini termasuk dalam Black Swan Earthquake. 

Apa itu Black Swan Earthquake?

Kalau mencari rujukan jenis gempa bumi Black Swan, kamu mungkin tidak akan menemukan penjelasan rinci. Sebab, 'Black Swan' sendiri bukan termasuk tipe gempa bumi, melainkan sebuah teori.

Teori Black Swan dikemukakan oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya The Black Swan. Singkatnya, teori Black Swan merujuk kepada dampak peristiwa yang mengejutkan dalam aspek masyarakat, melansir Energy Education. 

Taleb menjelaskan bahwa sebuah peristiwa dianggap sebagai 'Black Swan' apabila memenuhi tiga kriteria. Pertama, mengalami perubahan drastis dan berdampak luas. Kedua, bersifat tidak diprediksi, lalu kriteria ketiga yakni fenomena disertai hindsight bias. Bias ini berarti fenomena psikologis ketika seseorang menganggap bahwa peristiwa itu sebenarnya dapat diprediksi

Nama teori ini bermula dari abad ke-18. Pada masa tersebut, masyarakat Western percaya bahwa semua angsa berwarna putih. Namun, pada tahun 1697, Willem de Vlamingh, seorang penjelajah Belanda menemukan angsa hitam di Australia. Hal tersebut tentu mengejutkan sehingga menghasilkan perubahan besar dalam sejarah ekologi dan zoologi, melansir situs Black Swan Events.

Istilah Black Swan sendiri tidak hanya digunakan pada gempa bumi. Pandemi covid-19 termasuk salah satu fenomena yang baru saja terjadi dan masuk kriteria teori Angsa Hitam. 

Baca Juga: Seismologi: Cabang Ilmu Geofisika yang Mempelajari Gempa Bumi

Kenapa gempa Jayapura disebut Black Swan Earthquake?

Apa Itu Black Swan Earthquake? Gempa Langka yang Guncang Papuailustrasi gempa bumi (pexels.com/Franklin Peña Gutierrez)

Lantas, mengapa metafora ini digunakan pada gempa Jayapura? Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG menjelaskan alasannya. Dalam keterangannya, Daryono mengungkapkan bahwa gempa Jayapura ini termasuk dalam peristiwa yang mengguncang alias fenomena mengejutkan.

Selain itu, rentetan gempa dalam kurun waktu dekat dan sering yang melanda Jayapura dianggap belum pernah diprediksi. Dalam keterangan yang sama, Daryono mengungkapkan bahwa penyebab gempa tersebut adalah aktivitas sesar aktif. Walau begitu, hingga kini belum dipetakan secara detail.

Gempa yang bersifat merusak tersebut memberikan dampak yang cukup besar dan berpengaruh pada kehidupan masyarakat sekitar. Adanya peristiwa ini, membuat masyarakat khawatir dan panik sehingga menjadi salah satu indikator teori Black Swan.

Fenomena ini juga pernah terjadi di Ambon-Haruku

Gempa 'Black Swan' mengguncang Jayapura dengan kekuatan magnitudo 5,2 pada Kamis (9/2/2023). BMKG mencatat gempa tersebut bukanlah satu-satunya yang terjadi. Pasalnya, rentetan guncangan telah terjadi setidaknya hingga 1.181 kali per 12 Februari sejak 2 Januari 2023  lalu. 

Dari seribuan gempa yang tercatat, masyarakat mengatakan bahwa mereka merasakan gempa pada sekitar 176 kejadian. Guncangan yang cukup kuat menyebabkan masyarakat panik. 

Nah, Black Swan Earthquake yang mirip gempa di Papua ini, sebelumnya juga pernah terjadi pada peristiwa gempa Ambon-Haruku 2019 lalu. Cirinya keduanya pun serupa, sama-sama terjadi aktivitas gempa yang banyak, tidak terprediksi, dan belum terpetakan. 

Apa itu Black Swan Earthquake merupakan metafora yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik gempa bumi. Menilik kemungkinan penyebabnya, BMKG sendiri memperkirakan gempa di Jayapura dapat berangsur berkurang setelah aktivitas tektoniknya selesai. 

Baca Juga: Mengenal Patahan Anatolia Timur, Pemicu Gempa Turki

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya