Kain Endek Bali: Sejarah, Pembuatan, dan Filosofinya

Pernah dipakai DIOR dan jadi suvenir KTT G20 Bali

Setelah brand fashion ternama, Dior, menggunakannya dalam koleksi Spring/Summer pada 2021, kain endek kian ramai dibicarakan. Tak selesai di situ, beberapa pemimpin dari berbagai negara pun tampak mengenakan kain ini saat makan malam KTT G20 di Bali, Selasa (15/11/2022). 

Dalam konferensi tersebut, kain endek menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang dipamerkan. Populer hingga ke mancanegara, apa gerangan yang membuat kain asal Pulau Dewata ini begitu memikat?

Sejarah kain endek

Kain Endek Bali: Sejarah, Pembuatan, dan FilosofinyaKain endek Bali digunakan di rumah mode Christian Dior (www.dior.com)

Pesona Bali memang tidak ada habisnya. Selain destinasi wisata yang beragam, kebudayaan yang melekat pun membuat hati turis terpikat. Berbagai karya seni juga menjadi ciri khas Pulau Dewata, salah satunya adalah kain endek. 

Penduduk lokal menamainya wastra endek, tapi ada juga yang menyebutnya dengan istilah kain tenun endek. Julukan 'endek' berasal dari bahasa setempat ngendek atau gendekan. Maknanya sendiri, yakni diam dan tidak berubah warna.

Penamaan tersebut berkaitan engan pembuatan kainnya. Dalam prosesnya, kain akan diikat dan diwarnai. Meski demikian, warna benang tidak yang digunakan tidak berubah, melansirVisit Bali.

Kain endek merupakan budaya turun-temurun masyarakat Bali sejak masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong. Beliau merupakan pemimpin sebuah kerajaan bernama Gelgel yang memerintah pada 1480 - 1550. Kerajaan ini terletak di Gelgel, Klungkung, Bali, melansir situs resmi Desa Kampung Gelgel.

Sementara itu, menurut situr Warisan Budaya Takbenda Indonesia Kemdikbud, kebudayaan tenun di Bali sudah dikenal sejak masa prasejarah. Adapun kebudayaan tenun endek ini diperkirakan muncul sejak abad ke-8 Masehi, sebagaimana yang tercatat pada kamus oleh Van Der Tuuk.

Baca Juga: Sejarah Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Karya Raden Saleh

Pembuatan kain endek

Kain Endek Bali: Sejarah, Pembuatan, dan Filosofinyailustrasi menenun (pexels.com/Los Muertos Crew)

Proses pembuatan kain endek dimulai dari pengolahan benang. Pembuatannya, terdiri dari dua benang utama, yakni lungsi dan pakan sebagaimana tenun pada umumnya. 

Lungsi atau lusi adalah benang yang dipasang vertikal dan umumnya berwarna polos alias tanpa motif. Adapun pakan merupakan sebutan untuk benang yang dimasukkan secara mendatar dan dipola untuk membentuk motif. 

Sebelum digunakan untuk menenun, benang lungsi akan dipintal terlebih dahulu. Prosesnya biasa disebut dengan nama pengkelosan. Setelahnya, benang akan dicelupkan ke warna, baru kemudian melewati proses penganihan atau pengebooman alias merapatkan benang. 

Pada tahap tersebut, benang akan disesuaikan dengan kebutuhan kain. Untuk membuat kain sepanjang 1 meter, diperkirakan membutuhkan 16.000-18.000 benang, melansir makalah dari Unikom yang tidak dipublikasi. 

Selanjutnya, benang akan melewati proses pencucukan yakni memasukkan benang lungsi pada mata guun dan ke sisir tenun. Setelah proses ini selesai, nantinya benang siap digunakan untuk menenun. 

Sama seperti benang lungsi, benang pakan juga melewati tahapan panjang sebelum digunakan. Termasuk pengelosan, pemindangan, pengikatan sesuai desain, pencelupan, hingga pencoletan. Selanjutnya, diberi 'pengobatan' dengan cairan fixanol sebelum akhirnya dimasukkan ke alat pengincir dan digulung dalam palet. 

Secara umum, kain endek dibuat menggunakan ATBM alias alat tenun bukan mesin yang digerakkan secara manual. Bentuk mesin ini beragam, tetapi secara fungsi tetap sama. Nah, fungsinya sendiri yakni sebagai tempat memasang benang-benang lungsi, sebelum benang pakan dapat diselipkan di sela-selanya. 

Motif kain endek dan filosofinya

Kain Endek Bali: Sejarah, Pembuatan, dan Filosofinyailustrasi kain endek dalam peragaan di rumah mode Christian Dior (dok. KBRI Paris)

Kain endek memiliki beragam motif khas dengan desain yang disadur dari benda-benda di sekitarnya. Penyatuan pola dari benang lungsi dan pakan menjadikannya sangat istimewa serta punya daya tarik tersendiri.

Motif-motif yang bisa kamu jumpai pada kain endek antara lain:

  • Motif geometris diungkapkan melalui garis lurus, garis putus, lengkungan, dan bidang geometri lain. Ragam hias ini termasuk tertua di antara motif lain, sebagaimana termuat dalam buku Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya Endek di Provinsi Bali
  • Motif flora yang diambil dari konsep tumbuhan dengan desain sedemikian rupa. Cirinya, ragam hias rapat dan sangat harmonis
  • Motif fauna merupakan motif penggambaran dari hewan-hewan. Biasanya, motif ini digunakan sebagai pengisi atau penekanan corak tenun secara keseluruhan
  • Motif figuratif adalah penggambaran bentuk manusia, bisa juga tokoh pewayangan
  • Motif dekoratif merupakan motif campuran atau disebut prembon. Umumnya, desain kain endek ini berasal pada kisah masyarakat setempat atau cerita pewayangan.

Selain itu, terdapat pula motif patra dan encak saji dengan ilustrasi yang menunjukkan penghormatan pada Sang Pencipta. Motif jenis ini biasanya digunakan sebagai upacara keagamaan. Sementara itu, motif lainnya bisa digunakan oleh siapa saja dan kapan saja. 

Selain indah, kain endek juga kaya akan fungsi. Termasuk bisa digunakan sehari-hari dan menunjang perekonomian warga lokal. Keren, kan? 

Baca Juga: Sejarah Angklung, Alat Musik Tradisional Indonesia yang Mendunia

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya