Mengapa Awan Tidak Jatuh ke Tanah padahal Ada Gravitasi?

Bobot awan juga berat, lho

Siapa di sini yang pernah membayangkan tidur di atas permukaan awan? Atau, barangkali kamu pernah bertanya-tanya apakah awan bisa diinjak? Selain tidak mungkin karena berada di langit, nyatanya awan pun bukan berbentuk padat, lho!

Awan terbuat dari uap air yang berkumpul dan punya bobot super berat. Lah, kalau berat, mengapa awan tidak jatuh ke tanah, ya? Belum lagi ada gravitasi bumi yang menarik semua benda ke permukaan. Yuk, cari tahu kenapa awan bisa mengapung di udara!

Komposisi dan proses terbentuknya awan

Mengapa Awan Tidak Jatuh ke Tanah padahal Ada Gravitasi?ilustrasi awan cumulonimbus (pixabay.com/JosepMonter)

Sebelum membahas lebih jauh mengapa awan tidak jatuh ke tanah, ada baiknya mengenal komposisi dan proses terbentuknya dulu. Awan muncul ketika molekul air akibat penguapan berkumpul dan membentuk tetesan kecil atau kristal es.

Proses pengkristalan tersebut dinamakan sebagai kondensasi. Hal ini terjadi ketika udara hangat dan lembap naik ke udara dan menjadi dingin. Dengan bantuan partikel kecil yang melayang di udara seperti debu, bakteri, hingga abu, permukaan uap air pun lalu dapat berubah menjadi kristal es.

Pada titik tertentu, bungkusan udara mencapai titik jenuh. Lantas, apa yang terjadi ketika udara mencapai titik jenuh? Terkait hal itu, udara tidak lagi dapat menampung semua uap air.

Lebih lanjut, jumlah kelebihannya berubah dari gas menjadi cair atau padat (es). Proses ini dinamakan sebagai deposisi. Nah, baik kondensasi maupun deposisi merupakan proses bagaimana awan terbentuk, melansir Climate Kids NASA.

Baca Juga: Mengenal Awan Pileus yang Warnanya Bisa seperti Pelangi

Berapa berat awan?

Kalau menganggap awan seringan kapas, maka kamu keliru. Awan yang tampak mengapung seperti balon helium itu punya bobot yang luar biasa berat, lho! Namun, berat spesifik awan tergantung pada berat tetesan air yang ada di awan dan berat tetesan ditambah berat udara.

Ambil contoh awan dengan kepadatan 0,5 gram per meter kubik pada awan sekitar 1 km kubik atau volume 1 miliar meter kubik. Maka, hitungan bobotnya sekitar 1.000.000.000 x 0,5 = 500.000.000 gram tetesan air di awan atau sekitar 500.000 kg dan setara 551 ton berat awan.

Dengan contoh penghitungan ari United States Geological Survey ini, sudah kebayang seberat apa awan yang mengapung di atas kepala kita? Namun, kenapa awan selalu di atas, ya?

Mengapa awan tidak jatuh ke tanah?

Mengapa Awan Tidak Jatuh ke Tanah padahal Ada Gravitasi?ilustrasi awan cumulus (pexels.com/Pixabay)

Pertanyaannya, dengan bobot sedemikian berat dan belum lagi ditambah gravitasi, mengapa awan tidak jatuh ke tanah? Apakah ada tali yang menopangnya?

Tentu tidak, Guys! Meski bobotnya berton-ton, bahkan setara dengan satu jet jumbo B-747, awan tidak akan menimpa kita. Alasan kenapa awan bisa melayang berkaitan dengan naiknya udara pada pembentukan awan. Proses yang sedemikian rupa membuat awan tetap mengapung layaknya kapas di langit.

Sesuai penjelasan Galileo Galilei juga, setiap benda jatuh bebas dengan kecepatan sama berapa pun massanya. Meski demikian, kecepatannya dapat berkurang ketika bertabrakan dengan sesuatu yang memberikan gaya ke arah berlawanan alias hambatan.

Makin ramping suatu benda, makin kecil hambatan udaranya. Sebaliknya, karena awan tersebar di wilayah yang luas, hambatan udaranya pun makin besar sehingga menjadi alasan kenapa awan selalu di atas alias tidak jatuh ke tanah, melansir ZME Science.   

FYI, terkadang awan-awan tersebut jatuh menimpa kepala kita, lho. Namun, bentuknya bukan lagi gumpalan awan, tetapi berubah menjadi kabut dengan komposisi massa yang berbeda. 

Alasan mengapa awan tidak jatuh ke tanah ternyata berkaitan erat dengan massa dan hambatan. Jadi, sudah tidak penasaran lagi, kan?

Baca Juga: 5 Fakta Awan Cumulonimbus, si Pembawa Badai!

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya