Apa Itu Munggahan? Tradisi Menjelang Ramadan yang Penuh Makna

Umum dilakukan oleh masyarakat Sunda

Ramadan sebentar lagi, nih. Adakah kebiasaan atau tradisi menjelang puasa yang dilakukan di daerah tempat tinggalmu? Di kalangan masyarakat Sunda, Jawa Barat, ada tradisi bernama munggahan.

Munggahan adalah tradisi menyambut Ramadan yang biasa dilakukan sekitar akhir bulan Syakban. Bagaimana pelaksanaan tradisi ini? 

Apa itu munggahan?

Munggahan berasal dari kata dalam bahasa Sunda unggah yang berarti naik. Kata ini merujuk pada kebiasaan masyarakat zaman dahulu yang perlu naik undakan untuk masuk ke suatu bangunan, misalnya rumah atau masjid.

Kata tersebut lalu digunakan untuk menyebut tradisi sebelum Ramadan. Dikatakan 'munggahan' karena berarti memasuki bulan yang dapat menaikkan derajat umat muslim. Dalam kata tersebut tersirat makna terkait perubahan untuk menjadi lebih baik secara lahir maupun batin. 

Tradisi ini mempunyai sebutan yang cukup bervariasi. Di Bandung, misalnya, kebiasaan menyambut Ramadan kerap disebut papajar. Begitu pula dengan masyarakat sekitar Cianjur, Sukabumi, dan Purwakarta. Sementara itu, masyarakat Bogor menyebutnya sebagai cucurak.

Menyambut Ramadan, munggahan biasa dilakukan pada akhir bulan Syakban. Namun, waktu tepatnya tidak ada, tetapi umumnya dilaksanakan sekitar seminggu hingga 1-2 hari sebelum hari pertama Ramadan.

Baca Juga: Sejarah Angklung, Alat Musik Tradisional Indonesia yang Mendunia

Kebiasaan saat munggahan

Apa Itu Munggahan? Tradisi Menjelang Ramadan yang Penuh Maknailustrasi Ramadan Karim (pexels.com/mentatdgt)

Ada banyak bentuk tradisi yang dilakukan oleh masyarakat saat melaksanakan munggahan. Nyaris seluruhnya bukan kegiatan formal. Adapun acara yang dilakukan seperti berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara, saling bermaafan, hingga berdoa bersama. 

Aktivitas lainnya juga dilakukan, misalnya makan bersama yang sering disebut sebagai botram. Sementara itu, ada juga yang ziarah ke makam orangtua atau seseorang yang dihormati. 

Satu lagi tradisi yang sering dilakukan yakni bersedekah. Tradisi ini dinamakan sedekah munggah. Meski sejatinya bisa dilakukan kapan saja, sedekah pada waktu ini lebih pada tradisi turun-temurun. 

Filosofi munggahan

Secara filosofis, tradisi munggahan bertujuan sebagai ungkapan syukur pada Allah SWT. Selain itu, semua tindakan baik yang dilaksanakan dengan niat membersihkan diri dari hal-hal negatif selama 1 tahun sebelumnya.

Tak hanya itu, tradisi ini juga menjadi jalan untuk menjaga ikatan persaudaraan. Munggahan dipilih menjadi opsi untuk terus menjaga kekerabatan. 

Bagi sebagian orang yang mengisi munggahan dengan berziarah, tradisi ini memiliki pemahaman spiritual antara dunia dan akhirat. Berkunjung ke makam orangtua atau saudara diartikan dengan adanya hubungan antara kehidupan dan kematian

Munggahan juga mengandung nilai sosial. Letak makam yang biasanya berada di kampung halaman membuat masyarakat muslim Sunda yang sedang merantau harus kembali pulang. Mobilitas sosial ini juga meningkatkan interaksi sehingga menjaga hubungan sosial.

Munggahan adalah satu tradisi dengan nilai manfaat tinggi. Sangat boleh dicontoh oleh siapa saja untuk menjaga silaturahmi.

Baca Juga: Jadi Tradisi, Ini Asal Mula Ritual Tiup Lilin saat Ulang Tahun

Topik:

  • Laili Zain Damaika
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya