Ludwig van Beethoven, Sang Maestro Musik Terhebat Sepanjang Masa

Layaknya kehidupan orang-orang hebat yang memiliki masa lalu tidak mudah, begitu pula dengan Ludwig van Beethoven. Meski dirinya lahir di dalam tengah keluarga yang suka musik, masa kecilnya dipenuhi kekerasan oleh ayahnya yang sangat tempramental dan seorang pemabuk, Johann van Beethoven.

Ayahnya sendiri merupakan seorang penyanyi tenor untuk seorang pangeran pada saat itu. Memiliki keinginan untuk membuat anaknya untuk menjadi The next Mozart, Johann memiliki pengaruh yang besar bagi Beethoven menjadi komposer terhebat. Sang ayah sangat keras dalam mendidik Beethoven. 

Johann kerap memaksa Beethoven untuk latihan piano selama berjam-jam, bahkan ia akan memukulnya jika sang anak salah dalam memainkan note. Meski begitu, sang ayah pun rela melakukan apapun hingga membiaya segalanya agar Beethoven menjadi musisi jenius.

Christian Gottlob Neefe menjadi guru musik pertama bagi Beethoven. Sang guru langsung bisa melihat bakat besar yang dimiliki oleh muridnya tersebut. Ia pun mengajarkan komposisi-komposisi lagu karya Bach dan cara berimprovisasi. Tak hanya itu, Neefe pun membantu Beethoven untuk menerbitkan karya pertamanya pada tahun 1783. Dalam sebuah majalah musik, ia bahkan menyebutkan jika Beethoven akan menjadi penerus Mozart.

Pada tahun 1787, Beethoven pergi ke Wina, Austria dan bertemu dengan musisi jenius saat itu, Mozart. Disana Beethoven memainkan piano di hadapan Mozart dan membuatnya langsung terkesan. Mozart bahkan mengungkapkan jika Beethoven akan menjadi musikus besar di masa depan.

Hal ini memang benar-benar terjadi karena pada saatnya Beethoven berhasil memukau dunia dengan karya-karyanya.

Dalam puncak karirnya, Beethoven harus mengalami tragedi yang memilukan. Pada pertengahan tahun 1801, ia mulai kehilangan daya pendengarannya akibat otosklerosis. Akibat hal ini, ia pun merasakan kesedihan yang sangat mendalam, bahkan depresi. Tak hanya itu, ia pun mulai merasa tidak percaya diri dan menarik diri dari kehidupan sosialnya.

Meski begitu, musik memang telah menjadi bagian dari hidupnya. Meski pendengarannya tidak berfungsi, Beethoven tetap mampu melahirkan banyak sekali karya fenomenal. Ia sukses menciptakan 9 buah symphony, 5 sonata untuk cello dan piano, 5 piano concerto, 10 overture, dan masih banyak lagi.

Meski dirinya merupakan musisi fenomenal, tak membuat dirinya mudah mendapatkan pasangan hidup yang dicintainya. Sulit menemukan jodoh dipercaya menjadi salah satu alasan saat dirnya mengalami depresi. Countess Therese Malfatti merupakan salah satu wanita yang sempat Beethoven lamar, namun keinginannya tersebut ditolak.

Pada tahun 1811, kehidupan Beethoven semakin sulit akibat mengalami krisis keuangan akibat terjadi penurunan nilai mata uang di Wina. Meski hidup di masa yang sangat sulit, ia tetap berhasil berkarya dengan melahirkan Symphony No. 7 in A Major, Op. 92 dan selesai pada awal 1812.

Napoleon Bonaparte merupakan sosok yang dikagumi oleh Beethoven. Atas kekagumannya itu, ia pun menciptakan Symphony No. 3 dengan judul Bonaparte. Namun saat sang tokoh revolusi Prancis tersebut mengumumkan dirinya menjadi kaisar, Beethoven sangatlah marah hingga menyobek naskah asli Symphony tersebut.

Beethoven bahkan menggubah karyanya itu dan mengganti judul Bonaparte menjadi Sinfonia Eroica composta per festiggiare il sovvenire de un grand’ uomo’ yang berarti Simfoni eroika, ditulis untuk mengenang seseorang yang agung.

Namun kemarahannya tersebut hanya berjalan sebentar, dan tetap mengakui jika Bonaparte adalah sosok yang dikagumi. Ia bahkan mementaskan naskah yang telah dirusaknya itu pada tahun 1804 dan mendedikasikannya kepada Bonaparte.

Itulah kisah kehidupan musisi fenomenal Ludwig van Beethoven yang penuh liku. Namun memiliki banyak makna yang bisa kita ambil.