ilustrasi lukisan 'Penangkapan Pangeran Diponegoro' versi Raden Saleh (wikipedia.org/Istana Negara Jakarta)
Dilansir Sistem Registrasi Cagar Budaya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, petunjuk pertama sejarah lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro tertuang dalam surat Raden Saleh. Surat yang ditujukan kepada Adipati Ernst II dari Sachsen-Coburg dan Gotha pada 12 Maret 1857 tersebut, berisi pengakuan Raden Saleh yang telah menyelesaikan sebuah lukisan.
Dalam surat tersebut, Raden Saleh juga menyatakan bahwa lukisan yang telah dirampungkan menggambarkan penangkapan Kepala Suku Jawa, Dipanegara. Bukan hanya itu, di dalam surat juga memuat keterangan bahwa Ia melukiskan karya tersebut untuk Paduka Yang Mulia Belanda.
Faktanya, peristiwa dalam lukisan tersebut merupakan kisah nyata yang terjadi di tanah Jawa pada 28 Maret 1830.Tepatnya, berada ribuan kilometer dari posisi Raden Saleh saat itu. Pada mulanya, kisah tersebut diabadikan oleh Nicolaas Pieneman, seorang pelukis yang diminta mendokumentasikan momen penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Pemerintah Hindia-Belanda.
Pada lukisan karya Pieneman, digambarkan bahwa Pangeran Diponegoro pasrah ditangkap pemerintah Hindia-Belanda. Lukisan tersebut juga menggambarkan keangkuhan seorang jenderal, De Kock, yang sok iye berhasil menangkap Pangeran Diponegoro.
Meski sedang jauh di tanah rantau, Raden Saleh sempat melihat lukisan Pieneman saat berada di Eropa. Raden Saleh pun melakukan re-painting alias melukis kembali dengan versinya sendiri. Bukan sekadar melukis, karya seninya tersebut mengusung sudut pandang sebagai pribumi.
Ia membela Pangeran Diponegoro bahwa pahlawan nasional tersebut gak seperti yang digambarkan oleh Pieneman. Bukan tanpa alasan, Raden Saleh merasa memiliki koneksi kuat dengan Pangeran Diponegoro. Keluarga Boestaman, yang mana pun keluarganya Raden Saleh, banyak yang menjadi bagian pasukan Pangeran Diponegoro guna melawan Belanda.
Termasuk di antaranya ada sepupu Raden Saleh, bernama Raden Mas Sukur. Lalu, pamannya, Suroadimenggolo, dan putra keduanya Raden Mas Saleh yang semuanya ditangkap Belanda. Peristiwa ini memporakporandakan keluarga Raden Saleh dan membuat keluarganya kehilangan jabatan.
Pada 1856, Raden Saleh mulai membuat sketsa lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Awalnya, sketsa ini masih mirip dengan versi Pieneman yang menunjukkan kegagahan KNIL atau tentara Hindia-Belanda. Namun, hasil akhir dari lukisan berjudul aslinya Gevangenname van Prins Diponegoro ini sama sekali berbeda.