Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi beruang cokelat (pixabay.com/ChiemSeherin)
ilustrasi beruang cokelat (pixabay.com/ChiemSeherin)

Intinya sih...

  • Tikus daun telinga kuning: Mamalia tertinggi di dunia, hidup di ketinggian 6.739 meter dengan pola makan fleksibel.

  • Guanaco: Mampu bertahan di ketinggian hingga 4.000 meter dengan pola makan yang beragam dan tubuh ramping serta bulu tebal.

  • Macan tutul salju: Hidup di ketinggian 900 sampai 5.200 meter dengan tubuh terdesain untuk medan berbatu dan dingin.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Berani hidup di ketinggian ekstrem memang bukan perkara mudah. Bayangkan saja, manusia butuh latihan khusus, tabung oksigen, hingga perlengkapan super canggih hanya untuk bisa bertahan di puncak gunung tertinggi. Akan tetapi, ada sekelompok mamalia tangguh yang justru menjadikan tempat itu sebagai rumahnya. Dari pegunungan Andes sampai Himalaya, mereka hidup tenang meski suhu beku, oksigen tipis, dan makanan terbatas. Lebih kerennya lagi, sebagian wilayah tersebut juga menjadi pusat keanekaragaman hayati dunia.

Kalau kita gampang ngos-ngosan naik tangga, hewan-hewan ini justru santai hidup ribuan meter di atas permukaan laut. Mereka punya trik alami yang membuat tubuh tetap bugar meski di udara tipis. Yuk, kenalan dengan beberapa spesies luar biasa yang membuktikan ketangguhan mereka di langit pegunungan!

1. Tikus daun telinga kuning

Pemegang rekor mamalia tertinggi di dunia jatuh pada tikus mungil bernama Phyllotis xanthopygus rupestris atau yellow-rumped leaf-eared mouse. Tikus ini hidup nyaman di puncak Volcan Llullaillaco, Chili, di ketinggian 6.739 meter.

Salah satu rahasia di balik kemampuan ini adalah karena mereka bukan pemilih makanan. Dari tumbuhan, buah, serangga, biji-bijian, kacang, sampai akar pun dilahap habis. Dengan pola makan fleksibel, wajar saja kalau mereka bisa bertahan di habitat yang keras.

2. Guanaco

Di balik megahnya Pegunungan Andes, ada satu hewan yang jadi simbol ketangguhan hidup di ketinggian, yaitu Guanaco. Mamalia bernama ilmiah Lama guanicoe ini merupakan kerabat liar dari llama yang sudah dijinakkan manusia. Bedanya, guanaco tetap hidup bebas di alam liar dan mampu bertahan di ketinggian hingga 4.000 meter di atas permukaan laut.

Yang membuat guanaco luar biasa adalah kemampuannya menyesuaikan diri dengan kondisi ekstrem. Suhu dingin yang menusuk tulang, oksigen tipis, dan lingkungan gersang khas Andes bukanlah penghalang. Dengan tubuh ramping dan bulu tebal yang melindungi dari dingin, guanaco bisa tetap aktif sepanjang tahun di dataran tinggi.

Rahasia ketahanannya ada pada pola makan yang super fleksibel. Mereka bukan tipe pemilih makanan. Di padang tandus Andes, guanaco bisa melahap rumput, semak, lumut, jamur, sukulen, buah, hingga bunga. Pola makan yang beragam ini membuat mereka bisa tetap sehat meski sumber makanan terbatas dan musim berganti.

3. Macan tutul salju

ilustrasi macan tutul salju (pexels.com/David Ogden)

Ikon pegunungan Asia Tengah ini memang terkenal anggun sekaligus misterius. Hidup di ketinggian 900 sampai 5.200 meter, macan tutul salju punya tubuh yang benar-benar terdesain untuk medan berbatu dan dingin. Ekornya yang tebal membantu keseimbangan sekaligus jadi selimut alami. Kaki depannya pendek sementara kaki belakang lebih panjang, membuatnya bisa melompat sejauh 15 meter. Kakinya yang berbulu tebal juga berfungsi seperti sepatu salju.

Meski oksigen tipis, macan tutul salju tetap bertahan berkat rongga hidung besar dan dada kuat yang memudahkan napas dalam. Populasinya diperkirakan hanya 4.000–6.000 ekor, dan sayangnya masih terancam perburuan serta hilangnya habitat. Tak heran kalau hewan ini jadi simbol penting konservasi.

4. Pika telinga besar

Pika hidup di celah-celah tebing berbatu Asia Tengah, mulai dari 2.300 hingga 6.000 meter. Mamalia kecil ini memakan rumput, lumut, dan ranting kecil. Yang menarik, pika sangat sensitif terhadap panas. Akibat perubahan iklim, banyak pika dataran rendah harus naik ke ketinggian lebih tinggi untuk bertahan. Untungnya, pika pegunungan punya gen khusus yang membuat mereka mampu menggunakan oksigen dengan lebih efisien.

5. Beruang cokelat

Beruang cokelat bukan hanya jagoan hutan, tapi juga ahli pegunungan. Dari Eropa, Asia, Amerika Utara hingga Timur Tengah, beruang ini sanggup hidup sampai ketinggian 5.000 meter. Dengan bulu tebal dan cakar kuat, mereka bisa mendaki lereng curam dan berburu makanan meski tanah tertutup salju. Adaptasi inilah yang membuat mereka jadi salah satu predator tangguh di dataran tinggi.

6. Yak

ilustrasi yak himalaya (pixabay.com/glorioushimalaya)

Si raksasa berbulu panjang ini jadi simbol kehidupan di dataran tinggi Himalaya dan Tibet. Yak liar adalah kerabat sapi terbesar dan terberat yang hidup di ketinggian ekstrem, bahkan mencapai 6.000 meter! Bulu tebal melindungi tubuh dari suhu beku, sementara paru-paru dan dadanya berkembang untuk mengatasi kadar oksigen yang sangat rendah. Tak heran, yak jadi sahabat utama masyarakat Tibet, baik untuk transportasi, susu, maupun daging.

7. Himalayan tahr

Sepupu jauh kambing gunung ini hidup di Nepal, India, dan Tiongkok. Mereka bisa tahan suhu minus 40 derajat Fahrenheit dan tinggal hingga 5.000 meter. Dengan tubuh gesit, tahr mampu melompat setinggi dua meter dan berlari sampai 48 km/jam. Meski hidup di medan ekstrem, makanan favorit mereka sederhana: rumput dan semak. Adaptasi sederhana tapi efektif untuk bertahan di dunia yang keras.

Hewan-hewan pegunungan ini membuktikan bahwa hidup di alam ekstrem bukan sekadar mungkin, tapi bisa jadi keunggulan. Dengan tubuh yang berevolusi khusus, mereka menjadikan ketinggian yang tidak ramah bagi manusia sebagai rumah nyaman. Keren banget, kan?

Referensi

A-Z Animals. Diakses pada September 2025. Meet Amazing Animals That Live at Ridiculously High Altitudes
Discover Magazine. Diakses pada September 2025. These 6 Animals Live at the Highest Altitudes on the Planet
Wildlife Informer. Diakses pada September 2025. 11 Animals That Live at High Altitudes (Examples)

Editorial Team