Ilustrasi dokter bersama anak kecil (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Dilansir Halodoc, saat larva bermigrasi dari usus ke paru-paru melalui aliran darah, mereka dapat menyebabkan iritasi pada jaringan paru-paru, dan menimbulkan gejala seperti batuk terus menerus, sesak napas, dan napas berbunyi (mengi). Selain itu, larva juga menimbulkan gangguan pencernaan, dengan gejala sakit perut, mual, muntah, diare, serta penurunan nafsu makan dan berat badan. Pada kasus infeksi yang sangat berat, pasien dapat memuntahkan cacing atau terdapat cacing keluar bersama tinja.
Mayoritas kasus infeksi ringan tidak menimbulkan gejala, tetapi infeksi Ascaris lumbricoides dalam jumlah besar dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti malnutrisi pada anak, penyumbatan usus, radang usus buntu, dan penyumbatan saluran empedu atau pankreas. Pengobatan pertama untuk askariasis adalah dengan pemberian obat cacing, tetapi jika ada komplikasi seperti penyumbatan usus, penanganan lebih lanjut seperti pembedahan mungkin diperlukan. Sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala askariasis agar mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Infeksi Ascaris lumbricoides mungkin sering diabaikan, tetapi dampak kesehatannya, terutama pada anak-anak, tidak bisa dianggap remeh. Oleh karena itu, dengan memahami siklus hidup dan cara penularan, serta kesadaran akan pentingnya mencuci tangan, mengolah makanan dengan benar, dan menjaga sanitasi lingkungan adalah langkah krusial demi memutus rantai penularan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat.