Mengenal Genus Burung Puyuh Dunia Lama, si Kecil yang Gerakannya Gesit

Bagi kamu yang rumahnya dekat dengan waduk, danau, sungai, sawah, atau padang rumput pasti tak asing dengan kehadiran burung puyuh. Para pencinta kuliner juga pasti sudah sering memakan telur burung ini. Namun apakah kamu tahu kalau ternyata ada banyak jenis burung puyuh di dunia ini? Setidaknya ada puluhan spesies burung puyuh yang tersebar di Afrika sampai Asia. Tiap spesies juga punya habitat, makanan, dan kebiasaan yang berbeda.
Burung puyuh sendiri adalah sebutan bagi burung berukuran sedang dan berbadan gemuk yang berasal dari superfamili Phasianoidea. Secara umum burung puyuh dikategorikan dalam dua kategori, yaitu burung puyuh dunia baru dan burung puyuh dunia lama. Burung puyuh dunia baru dibagi jadi delapan genus sementara burung puyuh dunia lama dibagi jadi empat genus. Burung puyuh dunia lama sendiri terdiri dari genus Coturnix, Synoicus, Perdicula, dan Ophrysia. Keempat genus tersebut akan kita bahas secara mendalam di artikel ini!
1. Apa itu burung puyuh dunia lama?
Berdasarkan penyebarannya burung puyuh dikategorikan dalam dua kategori, yaitu burung puyuh dunia baru di belahan bumi bagian barat dan burung puyuh dunia lama di belahan bumi bagian timur. Secara klasifikasi kedua jenis burung puyuh ini juga berbeda karena burung puyuh dunia lama termasuk dalam famili Phasianidae sementara burung puyuh dunia baru masuk ke dalam famili Odontophoridae, jelas iNaturalist. Burung puyuh dunia lama juga punya kemampuan terbang yang lebih baik dari burung puyuh dunia baru. Namun walau punya beberapa perbedaan sebenarnya kedua burung ini juga punya banyak kesamaan, entah itu kesamaan makanan, kebiasaan, habitat, sampai ciri fisik.
2. Genus Ophrysia
Genus ini hanya punya satu spesies, yaitu Ophrysia superciliosa atau burung puyuh himalaya. Seperti namanya, burung puyuh ini hanya bisa ditemukan di daerah Himalaya, tepatnya di negara India. Burung puyuh ini juga jadi salah satu spesies burung puyuh yang populasinya paling sedikit. Saking sedikitnya populasi burung ini IUCN Red List sampai mengkategorikan burung puyuh himalaya sebagai hewan yang sangat terancam atau critically endangered.
Walaupun secara resmi burung ini tidak dikategorikan sebagai hewan yang sudah punah namun sampai sekarang hampir tidak ada spesimen hidup yang terdokumentasikan. Sampai saat ini tercatat hanya ditemukan sekitar sembilan spesimen dari burung ini. Burung puyuh himalaya bisa sulit ditemukan karena ia mendiami habitat yang sulit dijangkau oleh manusia, yaitu Pegunungan Himalaya dengan ketinggian antara 1.650 sampai 2.400 mdpl. Bahkan kebiasaan, makanan, dan pertumbuhan burung ini belum diketahui dan diteliti secara mendalam.
3. Genus Coturnix
Berbeda dari genus Ophrysia yang populasinya sangat sedikit, genus Coturnix justru jadi genus burung puyuh yang sangat mudah ditemukan. Setidaknya genus ini punya lima spesies yang masih hidup dan tersebar di Afrika, Australia, Asia, dan Eropa. Kelima spesies dari genus ini adalah Coturnix coromandelica, Coturnix delegorguei, Coturnix coturnix, Coturnix japonica, dan Coturnix pectoralis. Secara umum kelima spesies tersebut punya fisik yang serupa dengan badan membulat dan bulu berwarna cokelat.
Dilansir Animal Diversity Web, beberapa spesies juga kerap melakukan migrasi dengan jarak yang cukup jauh. Kebiasaan lainnya yang unik dari burung ini adalah kemampuan mereka untuk terbang. Namun tak seperti burung lain yang kerap terbang di malam hari, burung puyuh dari genus ini malah lebih sering terbang di malam hari. Sebagai hewan terestrial makanannya juga tak jauh-jauh dari biji-bijian, serangga, larva hewan, semut, dan hewan-hewan kecil lainnya.
4. Genus Perdicula
Laman Animalia menyebutkan kalau genus Perdicula memiliki empat spesies, yaitu Perdicula asiatica, Perdicula argoondah, Perdicula manipurensis, dan Perdicula erythrorhyncha. Keempat spesies ini secara luas tersebar di Benua Asia, tepatnya di India dan Sri Lanka. Genus Perdicula juga punya nama umum, yaitu burung puyuh semak, nama ini disematkan karena kebiasaannya untuk hidup di padang rumput dan semak-semak yang tinggi. Padang rumput, bebatuan, hutan, area pertanian, dan daerah lembab jadi habitat utama burung ini.
Bulunya yang dominan berwarna cokelat, abu-abu, jingga, putih, dan hitam juga sangat cocok untuk berkamuflase di rerumputan, daun kering, atau bebatuan. Ukuran tubuhnya yang sekitar 10 sampai 20 cm juga terbilang kecil sehingga burung ini cukup sulit untuk ditemukan di alam. Untuk melindungi diri biasanya burung ini akan hidup di kelompok kecil yang berisikan 6 sampai 20 ekor burung. Dengan hidup secara berkelompok mereka bisa menjaga satu sama lain dan cenderung lebih sulit ditangkap oleh predator seperti ular, mamalia, atau burung predator.
5. Genus Synoicus
Beberapa spesies burung puyuh dari genus Synoicus punya warna biru yang menyala dan terang di bagian perut dan sekitar kepalanya. Warna itulah yang membedakannya dari genus-genus burung puyuh dunia lama yang lain. Laman Birds of the Worlds menerangkan kalau genus ini punya empat spesies, yaitu Synoicus adansonii, Synoicus chinensis, Synoicus monorthonyx, dan Synoicus ypsilophorus. Mereka punya penyebaran yang berbeda, ada yang dapat ditemukan di Papua Nugini, Australia, Indonesia, Singapura, sampai Afrika.
Populasi burung dari genus ini memang cukup banyak dan tidak terancam namun karena ukurannya yang kecil dan gerakannya yang lincah ia cukup sulit ditemukan di alam. Mereka menghuni daerah rerumputan tinggi dan bebatuan dan hanya akan keluar dari tempat persembunyian saat hendak minum atau mencari makanan. Jika merasa terusik karena suara atau getaran dengan cepat burung ini juga akan terbang sehingga predator akan sangat sulit untuk menangkapnya.
Kamu mungkin kerap memakan telur burung puyuh entah itu di rumah atau di restoran, namun kamu pasti belum tahu kalau ternyata burung puyuh punya banyak spesies. Bahkan burung puyuh dikategorikan berdasarkan wilayah penyebarannya, yaitu burung puyuh dunia baru dan burung puyuh dunia lama. Burung puyuh yang dapat ditemukan di Indonesia sendiri adalah jenis burung puyuh dunia lama dan mereka tersebar di berbagai habitat mulai dari lahan pertanian, padang rumput, hutan, sampai di pinggir danau atau sungai. Ukuran mereka juga kecil dan gerakannya sangat gesit sehingga cukup sulit untuk ditemukan di alam.