kakapo mengerami telur (nhm.ac.uk)
Sebelum kedatangan suku Maori pada abad ke-14, kakapo adalah salah satu burung yang paling banyak ditemukan di Selandia Baru. Sayangnya, populasi mereka mulai menurun drastis akibat perburuan untuk dijadikan sebagai makanan serta penggunaan kulit dan bulunya. Penurunan ini diperburuk dengan kehadiran pemangsa baru seperti kucing dan tikus yang dibawa oleh manusia, yang memangsa telur dan anak-anak burung Kakapo.
Dilansir National History Museum, pada tahun 1995, hanya tersisa sekitar 51 ekor kakapo akibat perburuan, serangan pemangsa, dan kerusakan habitat. Untuk menyelamatkan spesies ini, Departemen Konservasi Selandia Baru meluncurkan Program Pemulihan Kakapo. Dalam program ini, kakapo yang tersisa dipindahkan ke lima pulau kecil di Selandia baru yang bebas dari pemangsa dan terlindungi dari spesies invasif.
Program konservasi ini mencakup program pembiakan, perawatan medis, dan penyediaan makanan tambahan selama musim kawin. Berkat usaha ini, dilansir Scientific American, jumlah kakapo meningkat dari kurang dari 60 pada tahun 1995 menjadi lebih dari 200 ekor saat ini. Pada Juli 2023, kakapo dipindahkan ke Sanctuary Mountain Maungatautari, sebuah kawasan pelindung seluas 8.400 hektar, yang dilindungi dengan pagar penghalang hama, sebagai upaya untuk mengatasi keterbatasan ruang di pulau-pulau kecil di sekitar Selandia Baru.
Kakapo adalah simbol keanekaragaman hayati Selandia Baru yang menakjubkan dan penuh keunikan. Melalui pemahaman lebih mendalam tentang kakapo, kita dapat lebih menghargai upaya pelestarian yang dilakukan untuk melindungi burung luar biasa ini dari ancaman kepunahan, dan berkontribusi pada masa depan yang lebih baik bagi keanekaragaman hayati kita.