ilustrasi pengabdian (unsplash.com/Art Institute of Chicago)
Fransiskus meninggalkan Assisi dan menjalani hidup sesuai Injil. Ia menganut kemiskinan seperti Kristus. Menurutnya, gereja Kristen yang sangat kaya saat itu, dapat membuat cita-cita kerasulan terkikis. Ia kemudian memulai misi untuk memulihkan kembali nilai-nilai asli Yesus Kristus ke gereja yang telah banyak mengalami kemunduran.
Dalam perjalanannya, ia tidak hanya membangun gereja San Damiano, tetapi juga merenovasi kapel yang didedikasikan untuk santo Petrus sang Rasul dan kapel St. Maria. Di sisi lain, ia pun terus memicu dirinya untuk pencarian peningkatan spiritual.
Pada tahun 1208, Fransiskus mendengarkan Injil pada Hari Raya St. Matius. Khotbah itu berisi: “Dan pergilah dan beritakanlah: Kerajaan sudah dekat! …Jangan membawa emas atau perak, jangan membawa uang dalam ikat pinggang, jangan membawa bekal dalam perjalanan, jangan membawa dua helai baju, sandal atau tongkat, karena seorang pekerja patut mendapat makanannya. Dan di mana pun engkau masuk ke kota atau vila, carilah siapa yang layak di situ, dan tinggallah bersamanya sampai engkau berangkat." Isi khotbah ini benar-benar meresap ke dalam dirinya dan membuatnya menemukan jawaban atas kemauannya selama ini, hidup sesuai Injil.
Setelah mendengar khotbah tersebut, ia semakin yakin akan kehidupan untuk Tuhannya. Ia akhirnya melepaskan sepatu dan membuang tongkat yang digunakan sebelumnya. Ia memilih hanya mengenakan tunik kasar dan ikat pinggang dari tali, kemudian mengkhotbahkan pertobatan.
Seiring waktu, Fransiskus memiliki banyak pengikut dari berbagai kalangan, dari ladang hingga kota, bangsawan hingga rakyat jelata, universitas, dan pedagang. Pengikutnya ini dikenal dengan biarawan Fransiskan. Sebagai petunjuk kehidupan, Fransiskus menerapkan nilai-nilai kesetaraan sejati, menjunjung rasa hormat dan kasih, kesederhanaan, dan mengasihi Tuhan. Bersama pengikutnya, ia juga berkhotbah ke berbagai tempat, termasuk Tanah Suci.