Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Salah satu spesimen siput darat baru yang dikoleksi di Florida Museum of Natural History. (eurekalert.org/Jeff Gage)
Salah satu spesimen siput darat baru yang dikoleksi di Florida Museum of Natural History. (eurekalert.org/Jeff Gage)

Para peneliti dari Universitas Florida, Amerika Serikat telah berhasil menemukan 9 spesies baru siput darat di Papua Nugini. Pulau ini merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati yang memiliki zona kehidupan dan habitat hutan yang beragam serta unik, yang tidak ditemukan di tempat lain. Hasil riset tersebut telah dipublikasi dalam Archiv für Molluskenkunde, International Journal of Malacology oleh Slapcinsky & Murphy (2023). Mari simak informasi lebih lengkapnya di bawah ini!

1. Karakteristik spesies siput darat baru

Foto salah satu spesimen siput darat baru secara detail, yang dikoleksi di Florida Museum of Natural History. (eurekalert.org/Jeff Gage)

Hasil temuan sembilan spesies siput darat baru ini berukuran kecil hingga sedang, dengan cangkang melingkar rapat. Warna cangkang umumnya berwarna cokelat atau cokelat terang hingga kekuningan,  serta beberapa dengan pita emas atau warna cokelat yang memukau. Para peneliti telah mengungkapkan kesesuaian karakteristik spesies ini dengan Famili Rhytididae. Karakteristik yang dapat dilihat secara morfologi, yaitu berukuran kecil hingga sedang, cangkang berusuk aksial dan 4-5 lingkaran pada bagian cangkang umbilikus yang luas dengan pinggiran hingga pangkal yang bergerigi. Selain itu, berdasarkan sistem reproduksinya, memiliki penis yang mengecil atau tereduksi dan bursa copulatrix yang tereduksi atau tidak ada.

2. Asal-usul penamaan spesies siput darat baru

ilustrasi seorang peneliti yang sedang memegang siput (flickr.com/Ivan Radic)

Berdasarkan ciri-ciri pada beberapa spesies siput Rhytididae yang ditemukan, telah merujuk pada genus Torresiropa yang berhubungan dekat secara geografis. Oleh karena itu, para peneliti memperlakukan semua Rhytididae yang berkerabat dekat dari Papua Nugini dan pulau-pulau terdekatnya sebagai genusTorresiropa. Para peneliti masih tidak ingin mendefinisikan ke dalam genera baru hingga hubungan filogenetik diantara kelompok Rhytididae dapat dipahami dengan lebih jelas. Nama ilmiah dari masing-masing 9 spesies baru siput darat predator dalam genus tersebut, yaitu T. aurilineata sp. nov., T. cresswellorum sp. nov., T. krausi sp. nov., T. muyuaensis sp. nov., T. nusaensis sp. nov., T. oreas sp. nov., T. paterivolans sp. nov., T. pinsina sp. nov., dan T. worsfoldi sp. nov.

2. Terduga sebagai kelompok siput pemakan daging

ilustrasi seekor siput yang sedang makan (jardineriaon.com/Thalia Wohrmann)

Hasil temuan siput darat ini juga dilakukan pengamatan struktur anatomi pada radula. Radula merupakan alat pengunyah pada mulut moluska yang terdiri dari beberapa baris gigi. Siput darat yang ditemukan memiliki gigi berbentuk belati atau seperti pisau. Bentuk gigi tersebut menunjukkan ciri khas dari predator. Dilansir Eurekalert, Slapcinsky menyatakan bahwa siput tidak memakan apapun saat diamati dan masih menjadi misteri. Namun jika dilihat dari bentuk giginya tersebut, mengarah kepada karakteristik Famili Rhytididae yang merupakan kelompok siput darat teresterial dan tergolong karnivora. Oleh karena itu, spesies siput darat baru ini diduga sebagai pemakan daging atau pemakan hewan-hewan kecil lainnya.

3. Siput tergolong rentan terhadap gangguan habitat

ilustrasi seekor siput yang sedang berjalan (pexels.com/Natalia Vol)

Siput tergolong rentan terhadap gangguan habitat, karena biasanya hanya beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan tidak dapat dengan mudah melakukan perjalanan jarak jauh. Berdasarkan Jurnal ZooKeys oleh John Slapcinsky & Fred Kraus (2016), faktanya 50% dari seluruh kepunahan yang tercatat sejak tahun 1500 adalah siput darat, sebagian besar berasal dari pulau-pulau samudera. Meskipun status konservasi sebagian besar spesies vertebrata darat telah dinilai, hanya sebagian kecil spesies moluska darat yang telah dideskripsikan dan telah dievaluasi, sehingga sangat sedikit spesies yang dilindungi, bahkan pada kelompok moluska yang mengalami penurunan. Akibat dari perubahan lingkungan, kemungkinan besar berdampak negatif terhadap populasi siput darat yang sangat sensitif tersebut.

5. Pentingnya riset mengenai keanekaragaman hayati

Eksotisme alam di Papua Nugini. (eurekalert.org/John Slapcinsky)

Meningkatnya perubahan antropogenik pada hutan tropis di Papua Nugini, menekankan pentingnya dilakukan sebuat riset penelitian terhadap siput yg darat maupun keanekaragaman hayati lainnya. Siput darat yang ditemukan ini memberikan gambaran langka tentang ekosistem yang sebagian besar masih terjaga, dan tentunya masih banyak penemuan serupa yang belum dilakukan. Menurut peneliti, dari hasil riset belum ada data yang cukup untuk mengetahui status konservasi spesies siput darat baru tersebut, namun dapat menunjukkan tanda bahwa kondisi habitatnya belum banyak mengalami perubahan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team