sosok Alan Turing berhasil memecahkan kode mesin Enigma (commons.wikimedia.org/Anonymous)
Sebelum Alan Turing datang, bahkan sebelum Perang Dunia II meletus, sudah ada beberapa pihak yang mencoba untuk memecahkan kode mesin Enigma. Salah satu yang paling terkenal adalah seorang ahli matematika asal Polandia bernama Marian Rejewski. Britannica melansir bahwa Rejewski memecahkan pola perkabelan yang dimiliki oleh mesin Enigma pada 1932. Oleh karena itu, intelejen Polandia yang dibantu dengan intelejen Prancis dan Inggris sebenarnya sudah menemukan jawaban untuk pesan enkripsi mesin Enigma.
Hanya saja, militer Jerman bergerak cepat setelah mengetahui kalau kode mesin Enigma berhasil dipecahkan sebelum Perang Dunia II meletus. Dengan melakukan perubahan sistem kode dan penambahan komponen, akhirnya hasil kerja Rejewski jadi tertinggal lagi. Akibatnya, ketika Perang Dunia II pecah, mesin Enigma yang digunakan pasukan Jerman benar-benar sangat sulit dipecahkan oleh Sekutu.
Sampai akhirnya, datang Alan Turing, seorang ahli matematika asal Inggris yang belajar di Universitas Cambridge dan Universitas Princeton. Dilansir Imperial War Museum, ketika Perang Dunia II pecah, Alan Turing bekerja di Bletchley Park, tempat Inggris berusaha untuk memecahkan pesan rahasia dari Jerman. Di sana, Turing berfokus untuk memecahkan kode mesin Enigma yang semakin rumit karena peningkatan yang dilakukan Jerman.
Bersama dengan rekannya, yakni Gordon Welchman, Turing menemukan solusi lewat sebuah mesin ciptaannya yang diberi nama Bombe. Menurut Brilliant, mesin ciptaan Turing dan Welchman ini menggunakan sirkuit elektrik yang bisa memecahkan kode mesin Enigma dalam waktu yang relatif singkat. Mesin Bombe sendiri bekerja dengan cara menentukan pengaturan rotor dan plugboard yang ada pada mesin Enigma. Hal ini sangat memungkinkan mengingat mesin Bombe sendiri dibuat dari 36 mesin Enigma yang dirangkai menjadi satu.
Oleh karena itu, mesin Bombe mampu melakukan simulasi dari beberapa mesin Enigma sekaligus. Drum berisi rotor di mesin ini akan berkerja berulang-ulang ketika menerima pesan terenkripsi hingga 17.576 posisi yang berbeda. Berkat sirkuit listriknya itu, proses pengulangan ini mampu diselesaikan dalam waktu 20 menit saja.
Dalam perang, informasi selalu memainkan peran penting. Sebab, dengan informasi yang melimpah dan terpercaya, satu pihak dapat menyusun rencana matang agar bisa mengalahkan lawannya. Oleh karena itu, dalam fase awal Perang Dunia II, memecahkan kode pada mesin Enigma memang jadi salah satu prioritas Sekutu. Apalagi, serangan dadakan yang dilancarkan Jerman saat itu benar-benar bisa menghancurkan pasukan Sekutu dan menghalangi jalur logistik yang sangat penting untuk keberlangsungan perang.