Mengenal Hamid Algadri, Perintis Kemerdekaan Kakek Nadiem Makarim

Perjuangannya diakui pemerintah Tunisia dan Aljazair

Kini Indonesia memiliki menteri yang berumur tak lebih dari 40 tahun. Menteri Pedidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim adalah orang yang mendapat jabatan penting tersebut. Ia merupakan seorang keturunan Arab yang memiliki jiwa Indonesia dan merupakan cucu dari Hamid Algadri, perintis perjuangan untuk Indonesia.

Sama-sama berjuang untuk Indonesia, berikut adalah perjalanan perjuangan Hamid Algadri pada zaman dulu.

1. Sosok Hamid Algadri

Mengenal Hamid Algadri, Perintis Kemerdekaan Kakek Nadiem Makarimid.wikipedia.org

Nadiem Makarim adalah anak dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ibunya, Atika Algadri adalah anak dari Hamid Algadri yang merupakan perintis perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Hamid Algadri memiliki 4 anak di antaranya Atika Algadri, Maher Algadri, Adila Suwarno Soepeno dan Sadik Algadri.

Sosok pejuang ini lahir pada tanggal 10 Juli 1912 di Pasuruan dan meninggal di Jakarta, 25 Januari 1998 pada umur 85 tahun. Kerap mengikuti perundingan guna kemerdekaan Indonesia, Hamid Algadri adalah salah satu keturunan Arab yang berjasa untuk Indonesia.

2. Hamid Algadri, keturunan Arab pertama yang belajar di universitas

Mengenal Hamid Algadri, Perintis Kemerdekaan Kakek Nadiem Makarimid.wikipedia.org

Di tengah-tengah komunitas Arab yang menyekolahkan anaknya di madrasah, ayah dari Hamid Algadri malah sebaliknya. Bahkan kakeknya bersikeras bahwa cucunya bisa menimba ilmu di sekolah Belanda saat hampir ditolak oleh pihak Eerste Europhesche Lagere Scholl (ELS). Setelah 8 tahun mengenyam pendidikan di ELS, Hamid Algadri melanjutkan sekolah di MULO (Mer Uitgebreid Lager Onder Wijs) Praban, Surabaya.

Tiga tahun di MULO perjalanan pendidikan Hamid Algadri lanjut ke Yogya di AMS (Algemene Middelbare School), sekolah menengah khusus untuk bahasa Barat. Lulus dari AMS, Hamid Algadri lanjut ke Batavia sebagai mahasiswa RHS (Rechts hoege school) atau Pendidikan Tinggi Hukum. Lulus dari RHS, Hamid Algadri memperoleh gelar Meester in de Rechten atau MR.

Walaupun mengenyam pendidikan umum, Hamid Algadri berada di dalam keluarga yang memegang erat ilmu agama. Saat masih sekolah, orangtua Hamid Algadri bahkan mendatangkan guru agama guna mengisi kekosongan ilmu agama di sekolah umumnya. Sekolah madrasah ini dilakukan Beliau sepulang dari sekolah Belanda.

Baca Juga: Teks Pidato Hari Guru Viral, Nadiem Akhirnya Putar Video Saat Upacara

3. Perjuangan Hamid Algadri

Mengenal Hamid Algadri, Perintis Kemerdekaan Kakek Nadiem Makarimwikipedia.org

Perjuangan Hamid Algadri tak sebatas saat akan merdeka saja, melainkan juga berjuang  saat pra-kemerdekaan, kemerdekaan serta pasca kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan, Hamid Algadri fokus bergabung dalam organisasi, di antaranya PAI (Persatuan Arab Indonesia). Perannya saat itu adalah menyatukan golongan Arab demi persatuan Indonesia.

Saat kemerdekaan, Hamid Algadri dan adiknya, Ali Algadri berada di Pasuruan dan ikut mengumumkan kemerdekaan Indonesia di tanah Pasuruan. Tergabung dalam Pemuda Republik Indonesia (PRI) untuk mengibarkan Sang Merah Putih di Pasuruan. Tepat bersamaan hal tersebut, Hamid Algadri diangkat sebagai Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). 

Setelah kemerdekaan, Hamid Algadri masuk dalam BP-KNIP, Pegawai Tinggi Kementerian Luar Negri, Pegawai Tinggi Sekertariat Perdana Menteri, Sekertaris Menteri Penerangan, Anggota DPR-RIS, sekjen Panitia Pembantu Perjuangan Kemerdekaan Tunisia dan Aljazair. Tak hanya itu, Hamid Algadri juga turut dalam perjajian Linggarjati, Renville dan Konferensi Meja Bundar (KMB).

4. Berkarya lewat buku dan artikel

Mengenal Hamid Algadri, Perintis Kemerdekaan Kakek Nadiem Makarimtokopedia.com/nersama

Hamid Algadri tak hanya berjuang dalam diskusi-diskusi kepolitikan atau hanya berkutat dengan perjanjian damai. Ia juga kerap menulisi di majalah Aliran Baroe dan Insjaf dengan topik yang tak jauh-jauh dari hukum dan situasi Indonesia.

Tak hanya artikel, ia juga menerbitkan 4 buku di antaranya “C. Snouck Hurgronje, Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab", “Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan Melawan Belanda”, “Suka Duka Masa Revolusi” dan “ Mengarungi Indonesia Memoar Perintis Kemerdekaan”.

5. Menikah dengan perempuan Jakarta

Mengenal Hamid Algadri, Perintis Kemerdekaan Kakek Nadiem Makarimen.wikipedia.org

Kakek dari Nadiem Makarim ini menikah dengan Zena binti Husein Alatas. Usia mereka terpaut cukup jauh, yaitu 32 tahun dan 18 tahun. Akad nikah diselenggarakan di Jakarta, tempat tinggal mempelai perempuan dan resepsi dilakukan di Pasuruan, tempat tinggal Hamid Algadri.

Perjuangan Hamid Algadri agaknya kini dilanjutkan oleh cucunya Nadiem Makarim. Walaupun beda jalur tapi mereka tetap dalam satu perjuangan yang sama, yaitu Indonesia.

Baca Juga: Sosok Franka Franklin, Istri Nadiem Makarim yang Berbisnis Perhiasan

mirqotul aliyah Photo Verified Writer mirqotul aliyah

twitter @miraliyah

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya