Tak Hanya Mesir, Papua Nugini Juga Melakukan Mumifikasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semakin jauh melangkah semakin banyak bagian dunia yang belum terjamah dengan kehidupan modern. Salah satunya suku Anga yang berada di Papua Nugini yang memiliki ritual unik terkait kematian yaitu mumifikasi. Suku Anga ternyata sudah melakukan proses mumifikasi selama bertahun-tahun silam. Namun hal itu baru terbuka di dunia luar pada tahun 2000-an ini. Berikut ini adalah sekilas mumifikasi yang dilakukan suku Anga, Papua Nugini.
1. Keberadaan suku Anga
Suku Anga adalah suku yang ada di jauh di pedalaman Papua Nugini. Untuk mencapai ke pemukiman tersebut dibutuhkan perjalanan sehari penuh ditambah pendakian tiga jam ke dataran tinggi di sisi barat pulau. Walaupun terpencil, suku ini memiliki kurang lebih 45.000 penduduk yang berada di desa tersebut.
2. Arti mumifikasi khas Papua Nugini
Mumifikasi di Papua Nugini sudah ada sejak abad ke-19 dan awal abad ke-20. Praktik ini dilakukan untuk mengawetkan tubuh manusia agar tetap bisa dipandang. Ada stigma bahwa jika dikubur di tanah maka sanak saudara yang meninggal akan dilupakan. Hal ini yang memulai praktik mumifikasi di Papua Nugini.
Baca Juga: 7 Manfaat Menakjubkan Matoa, Buah Khas Papua yang Mulai Langka
3. Proses mumifikasi
Editor’s picks
Proses mumifikasi di Papua Nugini sangat berbeda dengan di Mesir. Suku Anga melakukan mumifikasi dengan cara pengasapan. Beberapa hal yang dilakukan adalah menyayat lutut, kaki serta siku dan lemak dalam tubuh mayat dikeringkan. Darah tubuh mayat dialirkan dari perut hingga habis. Mata, mulut dan anus dijahit agar tidak ada udara yang masuk lalu diasapi di atas api.
Setelah diasapi lalu dibungkus dengan lempung yang berfungsi sebagai kepompong alami melindungi dari kerusakan. Salah satu ciri yang khas dalam pengasapan adalah posisi mayat yang unik yaitu posisi duduk. Setelah proses pengasapan, jasad kerabat yang meninggal tersebut didudukkan di tebing batu dekat desa.
4. Tujuan proses mumifikasi
Proses mumifikasi ini merupakan penghormatan tertinggi untuk kerabat yang meninggal dari turun temurunnya. Wajah merupakan bagian penting yang selalu diusahakan tidak rusak. Suku ini percaya bahwa arwah berkeliaran pada siang hari dan kembali pada malam hari. Jika wajahnya utuh maka arwah tersebut bisa kembali.
Selain itu untuk anak turunnya, wajah merupakan kenangan terakhir yang dimiliki kerabat yang masih hidup. Jika pada zaman modern memiliki foto sebagai kenang-kenangan, di Papua Nugini memiliki mumi sebagai kenangan terakhir.
5. Semakin memunahnya proses mumifikasi
Proses mumifikasi ini sudah semakin jarang dilakukan seiring dengan masuknya agama dan para pemuda yang mulai mengenal dunia global. Mereka berpaling lantaran proses mumifikasi dinilai yang memakan waktu, tenaga dan aroma pengasapan yang menyengat. Pemerintah sendiri sebenarnya sudah melarang praktik mumifikasi ini. Nbeberapa daerah terpencil masih mempraktikan.
Proses mumifikasi di Papua Nugini sangat berbeda jika dibandingkan di Mesir. Namun keduanya memiliki satu tujuan yang sama adalah penghormatan terakhir untuk yang sudah meninggal. Dengan caranya masing-masing, setiap daerah memiliki caranya sendiri untuk mengenang orang yang telah meninggal.
Baca Juga: 5 Fakta Proses Mumifikasi, Membutuhkan Waktu Hingga 70 Hari
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.