Bulan dalam Bahaya karena Berpotensi 'Dijajah' Manusia

Berpotensi merusak lingkungan

Intinya Sih...

  • Astronom menyerukan perlindungan situs di Bulan sebagai tempat terbaik di tata surya untuk pengamatan alam semesta.
  • 22 misi internasional diperkirakan akan mendarat di Bulan pada akhir 2026, dengan risiko bentrokan dan kerusakan lingkungan.
  • Situs dengan kepentingan ilmiah yang luar biasa (Sesis) berada dalam bahaya dari gelombang misi Bumi dan konstelasi satelit yang mengganggu teleskop.

Para astronom menyerukan perlindungan mendesak terhadap situs-situs di Bulan yang dinilai sebagai tempat terbaik di tata surya, merupakan instrumen canggih yang dirancang untuk mengungkap rahasia alam semesta.

Mengutip situs The Guardian, lokasi-lokasi utama ini bebas dari getaran tanah, terlindung dari sinyal-sinyal siaran Bumi yang bising, atau sangat dingin–sangat cocok untuk peralatan sensitif yang membuat pengamatan tidak mungkin dilakukan dari tempat lain.

Baca Juga: Fakta Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret 2024, Teramati dari Indonesia?

Bulan ada dalam bahaya

Bulan dalam Bahaya karena Berpotensi 'Dijajah' Manusiailustrasi Bulan (unsplash.com/Mike Petrucci)

Tempat-tempat yang masih terjaga keasliannya, yang dikenal sebagai situs dengan kepentingan ilmiah yang luar biasa (Sesis), berada dalam bahaya karena berpotensi dirusak oleh gelombang misi dari Bumi, seperti satelit navigasi dan komunikasi bulan, robot penjelajah dan operasi penambangan.

“Ini adalah pertama kalinya umat manusia harus memutuskan bagaimana kita akan berekspansi ke tata surya. Kita berada dalam bahaya kehilangan kesempatan untuk memahami alam semesta," kata Dr Martin Elvis, astronom di Harvard and Smithsonian Center for Astrophysics di Massachusetts.

Setidaknya, terdapat 22 misi internasional yang diperkirakan akan mendarat di Satelit Alami Bumi itu pada akhir 2026, di mana setengahnya menuju ke lokasi dekat kutub selatan Bulan. Akan ada lebih banyak lagi yang menyusul, termasuk pendarat komersial dan sipil. Sementara dua pangkalan di bulan, satu milik Amerika Serikat, dan satu lagi pangkalan China dan Rusia, mungkin beroperasi pada tahun 2030-an.

Tanpa otoritas koordinasi, tidak ada yang bisa mencegah bentrokan di Bulan di masa depan, kata para peneliti. Risikonya berkisar dari tabrakan fisik dan awan debu yang ditimbulkan oleh aktivitas Bulan hingga getaran, gangguan elektromagnetik, dan kerusakan lokasi akibat pengeboran dan operasi lainnya.

Para peneliti menyiapkan instrumen untuk mengantisipasinya, yang mungkin akan dipasang pada akhir dekade ini. Alatnya termasuk teleskop optik, infra-merah, sinar-X dan radio, detektor partikel untuk menyelidiki angin matahari dan sinar kosmik, serta detektor gelombang gravitasi yang mendeteksi getaran halus dalam ruang-waktu ketika lubang hitam dan bintang neutron bertabrakan.

Situs yang dilindungi

Sementara sisi terjauh bulan menjadi tempat paling sepi di tata surya, berkat 70 miliar miliar ton batuan yang menghalangi transmisi dari Bumi. Kondisi ini menjadikannya sempurna bagi teleskop radio untuk mengamati zaman kegelapan kosmik, masa sebelum adanya bintang, dan untuk mencari “tanda-tanda teknologi” kehidupan alien.

Namun kondisi lingkungan di sana dipenuhi gunung-gunung, sehingga para ilmuwan hanya mengidentifikasi tiga lokasi di mana susunan teleskop besar dapat dipasang. Salah satunya bernama Mare Moscoviense, kaya akan helium-3, zat yang ingin ditambang oleh startup Amerika, Interlune, untuk industri komputasi kuantum dan energi fusi.

Lokasi utama lainnya adalah dasar kawah di kutub utara dan selatan bulan yang terlindung dari sinar matahari langsung selama miliaran tahun. Daerah yang gelap secara permanen adalah salah satu tempat terdingin di alam semesta dan ideal untuk teleskop infra-merah besar yang hanya dapat beroperasi pada suhu di bawah -200 derajat C. Teleskop infra-merah Bulan dapat memotret planet-planet seukuran Bumi yang mengorbit bintang-bintang jauh dan mencari tanda-tanda kehidupan di atmosfernya.

Kurangnya getaran tanah di sana menjadikannya ideal untuk detektor gelombang gravitasi yang dapat mendeteksi pergerakan 1.000 kali lebih kecil dari inti atom. Salah satu idenya adalah menempatkan seismometer dalam perangkap dingin di sekitar bulan untuk mendeteksi bagaimana bulan bergetar ketika gelombang gravitasi melewatinya.

Menulis di Royal Society's Philosophical Transactions, Elvis dan Dr Alanna Krolikowski, seorang ilmuwan politik di Missouri University of Science and Technology, mengatakan Sesis memberikan peluang luar biasa untuk penelitian astronomi, tetapi memperingatkan bahwa situs tersebut langka dan rapuh.

Konstelasi satelit yang menyediakan komunikasi dan GPS di Bulan juga dapat merusak rencana para astronom karena mengganggu teleskop. Sementara robot penjelajah berat dan robot penambang dapat menghasilkan debu dan getaran yang menggagalkan eksperimen sensitif.

Baca Juga: Jadwal dan Lokasi Melihat Gerhana Bulan Sebagian 29 Oktober 2023

Topik:

  • Achmad Fatkhur Rozi
  • Mayang Ulfah Narimanda

Berita Terkini Lainnya