Badai Matahari 2023 Datang, Apa Pengaruhnya untuk Indonesia?

Jadi yang terbesar dalam sejarah sejak 2017

Beberapa hari yang lalu, Matahari memancarkan gelombang besar radiasi berenergi tinggi, tepatnya pada 14 Desember 2023.

Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) menyebut peristiwa kemarin menjadi yang terbesar dalam sejarah dibanding periode 2017.

Aktivitas tersebut ditangkap pesawat ruang angkasa NASA, Solar Dynamics Observatory, sebagaimana dikutip dari situs Space.

Diklasifikasikan terkuat

Badai Matahari 2023 Datang, Apa Pengaruhnya untuk Indonesia?Pexels

Fisikawan surya mengklasifikasikan suar kuat ke dalam tiga kategori, susunannya adalah sebagai berikut:

  • Kelas C sebagai kelompok terlemah
  • Kelas M masuk kelompok menengah
  • Sementara kelas X diklasifikasikan sebagai kelompok paling kuat

Gelombang yang terjadi kemarin masuk ke dalam kelompok X, menurut SpaceWeather.com.

Lapisan api yang dahsyat sering kali disertai dengan coronal mass ejections/lontaran massa korona (CME), menyebabkan awan besar plasma matahari meroket ke luar angkasa pada jarak jutaan mil per jam.

Baca Juga: Puncak Siklus Matahari ke-25 Datang Lebih Cepat, Apa Penyebabnya?

Imbas ke Bumi

Tampaknya CME memang dikaitkan dengan suar ini, kemungkinan besar dengan komponen yang mengarah ke Bumi.

“Angkatan Udara Amerika Serikat melaporkan ledakan radio surya Tipe II, biasanya berasal dari tepi depan CME. Berdasarkan laju penyimpangan ledakan radio, kecepatan CME yang muncul bisa melebihi 2.100 km per detik (4,7 juta mph)," menurut laporan tersebut.

CME yang menghantam Bumi dapat menimbulkan badai geomagnetik yang mengganggu jaringan listrik dan infrastruktur lainnya. Badai semacam ini juga dapat meningkatkan daya aurora, sehingga cahaya langit terlihat lebih intens dan tampak di banyak wilayah.

Atmosfer bumi mencegah radiasi berbahaya mencapai bumi yang berupa jilatan api matahari. Namun radiasi tersebut masih dapat memengaruhi kehidupan kita misalnya, sinyal yang dikirim oleh GPS dan satelit komunikasi serta menyebabkan pemadaman radio.

"Memang benar, kobaran api hari ini menyebabkan pemadaman radio gelombang pendek yang parah di seluruh Amerika," tulis SpaceWeather.com.

Kita akan melihat lebih banyak aksi Matahari dalam waktu dekat, karena bintang tata surya itu akhir-akhir ini semakin aktif.

Aktivitas Matahari bisa bertambah dan berkurang dalam siklus 11 tahun. Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS memperkirakan bahwa siklus saat ini akan mencapai puncaknya antara Januari hingga Oktober tahun depan.

Pengaruhnya di Indonesia

Badai Matahari 2023 Datang, Apa Pengaruhnya untuk Indonesia?Indonesia (unsplash.com/william kusno)

Beruntungnya, dampak ke Indonesia sendiri tidak akan sebesar daerah yang berada di lintang tinggi seperti di sekitar kutub bumi. Hal ini dikarenakan letak negara kita yang berada di khatulistiwa, menurut Johan Muhammad, Peneliti Pusat Antariksa BRIN.

Dia menjelaskan bahwa Matahari sebagai sumber energi utama di tata surya memiliki pengaruh terhadap cuaca antariksa.

"Cuaca antariksa merupakan keadaan di lingkungan antariksa, khususnya antara Matahari dan Bumi, yang meliputi kondisi Matahari, medium antarplanet, atmosfer atas Bumi (ionosfer), dan selubung magnet Bumi (magnetosfer)," ujarnya, dikutip dari laman BRIN.

Seperti halnya cuaca di Bumi, cuaca antariksa bersifat dinamis dan sangat bergantung pada aktivitas Matahari.

Matahari secara rutin melepaskan energi dalam bentuk radiasi. Beberapa aktivitas Matahari yang berpengaruh besar terhadap kondisi cuaca antariksa diantaranya adalah flare, lontaran massa korona, dan angin surya.

Aktivitas Matahari secara langsung mengubah kerapatan dan tekanan plasma di medium antarplanet dan ionosfer, serta meningkatkan tekanan magnetik pada magnetosfer Bumi.

"Akibatnya, berbagai sinyal gelombang elektromagnetik yang biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk keperluan komunikasi dan navigasi dapat terganggu saat terjadi aktivitas Matahari yang ekstrem,” lanjut Johan.

Tapi di Indonesia sendiri, dampak yang didapat tidak besar karena berada di khatulistiwa. Tapi bukan berarti negara kita bisa bebas dari dampak badai matahari.

Cuaca antariksa akan banyak berdampak pada gangguan sinyal radio frekuensi tinggi (HF) dan navigasi berbasis satelit.

"Di Indonesia, cuaca antariksa akibat aktivitas Matahari dapat mengganggu komunikasi antarpengguna radio HF dan mengurangi akurasi penentuan posisi navigasi berbasis satelit, seperti GPS," tutur Johan.

Selain itu, karena semakin tingginya ketergantungan masyarakat terhadap teknologi satelit dan jaringan ekonomi global, gangguan pada satelit dan jaringan kelistrikan di wilayah lintang tinggi seperti kutub akibat cuaca antariksa juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan secara tidak langsung.

Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya Ilmuwan Tangkap Aurora di Matahari

Topik:

  • Achmad Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya