Hoaks: Polyglot punya waktu menganggur lebih banyak.
Mitos satu ini bagaikan koin dengan dua sisinya. Maksudnya?
- Di satu sisi, polyglot terlihat meninggalkan segala aktivitas untuk mengejar bahasa-bahasa lain, dan
- Di sisi lain, orang-orang melihat polyglot sebagai "orang yang kurang kerjaan" karena mereka kerjanya hanya "mempelajari bahasa".
"Serba salah, ya?"
Sama seperti hoaks yang pertama, pandangan yang satu ini juga muncul dari masyarakat yang seolah-olah benar-benar menghargai waktu. Karena polyglot terlihat menggunakan waktunya untuk kegiatan yang "menurut mereka" tidak signifikan, mereka malah mengecilkan polyglot.
Fakta: Polyglot belajar menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Kalau kamu memang percaya dengan hoaks tersebut, begini,
"Mind your own business."
Kalau polyglot memang menyukai bahasa, maka waktu yang mereka luangkan untuk bahasa bukanlah hal "tidak penting" seperti yang kamu pikirkan.
Sebagai contoh, kamu suka merakit Gundam di waktu luang? Beberapa orang mungkin akan menganggapnya buang-buang duit, lho. Intinya, pandangan orang akan satu hobi berbeda-beda dan tidak seharusnya kita mengecilkan hobi orang lain.
Lagipula, sama seperti cara-cara tersendiri untuk mempelajari bahasa, polyglot memiliki cara sendiri agar dapat menggunakan waktu luang secara efektif untuk mempelajari bahasa. Seperti apa?
Salah satunya adalah "Teknik Pomodoro", dengan membuat program 25 menit dengan jeda istirahat setiap 5 menit.
Atau, mereka tetap melakukan hal yang mereka suka sambil belajar bahasa. Mereka bisa mencatat berbagai kosa kata atau mengingat tata bahasa bahasa yang tengah mereka pelajari sambil mendengar lagi, menonton film/drama, bermain gim, atau membaca buku/komik. Jadi, walaupun terlihat nganggur, bukan berarti mereka benar-benar nganggur!