Agensi penerbangan asal Amerika Serikat itu mengatakan, awan tingkat menengah ini terdiri dari tetesan air cair yang “sangat dingin”. Artinya, tetesan tersebut tetap cair meskipun suhu turun di bawah titik beku air yaitu 32 derajat.
“Supercooling terjadi ketika tetesan air sangat murni dan tidak memiliki partikel kecil, seperti debu, spora jamur, serbuk sari, atau bakteri, yang biasanya membentuk kristal es,” katanya.
Mereka menambahkan bahwa pendinginan super terjadi secara rutin di atmosfer bumi. Awan altocumulus yang menutupi sekitar 8 persen permukaan Bumi pada waktu tertentu, sebagian besar terdiri dari tetesan air cair yang didinginkan hingga suhu sekitar 5 derajat Fahrenheit. Namun, awan yang sangat dingin itu mempunyai batasnya.
“Saat udara bergerak di sekitar sayap dan melewati baling-baling pesawat terbang, sebuah proses yang dikenal sebagai adiabatic expansion telah mendinginkan air dengan suhu tambahan (68 derajat Fahrenheit) atau lebih dan dapat mendorong tetesan air cair ke titik beku tanpa bantuan partikel di udara," jelas NASA.
Terdapat lebih banyak kristal es ketika tetesan cairan terus membeku. Kristal es akhirnya menjadi cukup berat sehingga mulai berjatuhan dari langit, meninggalkan kekosongan di lapisan awan.
Kristal es yang berjatuhan sering terlihat di tengah lubang-lubang tersebut sebagai jalur tipis curah hujan yang tidak pernah mencapai permukaan tanah–disebut virga.
Para ilmuwan UCAR akhirnya menemukan bahwa ketika pesawat–termasuk jet penumpang besar, jet regional, jet pribadi, jet militer dan turboprop–melewati awan, mereka dapat menghasilkan awan cavum atau kanal.
Awan cavum dihasilkan ketika pesawat melintas dengan sudut yang cukup lancip, sedangkan awan kanal dengan jejak virga yang panjang, muncul ketika pesawat melintas dengan sudut yang lebih panjang dan dangkal.
Di Florida, para ilmuwan mengatakan ada banyak peluang bagi pesawat untuk menghasilkan awan cavum karena memasuki kondisi atmosfer yang bisa menghasilkannya–terutama di Bandara Internasional Miami, yang mana terdapat lebih dari 1.000 penerbangan setiap harinya.
Jadi, awan bolong ini bukan disebabkan oleh adanya benda terbang tak dikenal (UFO), melainkan karena pengaruh pesawat atau jet yang melewati awan altocumulus.