Era Global Warming Telah Berakhir, Berganti dengan Global Boiling
ilustrasi global boiling (pixabay.com/madartzgraphics)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sedari kecil, kita mengenal istilah global warming, yaitu kenaikan suhu global yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Tetapi, kini muncul istilah baru, yakni global boiling!
Istilah ini dicetuskan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, dalam news.un.org. Berikut penjelasan seputar global boiling.
1. Juli 2023 menjadi Juli terpanas dalam rekor
Menurut Carlo Buentempo, direktur Copernicus Climate Change Service, tiga minggu pertama di bulan Juli adalah tiga minggu terhangat yang pernah diamati. Ia yakin bahwa Juli 2023 kemungkinan besar akan menjadi Juli terpanas dalam rekor.
Hal yang sama diutarakan oleh para ilmuwan dari World Meteorological Organization dan European Commission's Copernicus Climate Change Service. Mereka menggambarkan kondisi bulan ini sebagai "agak luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya".
2. Selain itu, suhu lautan berada pada level tertinggi
ilustrasi lautan (pexels.com/Kellie Churchman)Editor’s picks
Bukan hanya suhu udara yang perlu dikhawatirkan, tetapi juga suhu lautan. Faktanya, suhu lautan di bulan Juli berada pada level tertinggi yang pernah tercatat sepanjang tahun ini. Bahkan, polanya sudah terlihat sejak akhir April.
Salah satu penyebab lautan menghangat adalah El Niño. Dilansir NASA Science, selama El Niño berlangsung, suhu air di Samudra Pasifik mengalami kenaikan rata-rata 3-5 derajat celsius.
3. Perlu aksi global untuk melawan perubahan iklim
Berbicara di Markas Besar PBB, António menyerukan perlunya aksi global untuk melawan perubahan iklim. Apalagi, sekarang era global warming telah berakhir dan digantikan oleh global boiling.
Ia mengatakan bahwa para pemimpin dunia harus meningkatkan aksi iklim dan keadilan iklim, terutama mereka yang berasal dari negara industri terkemuka G20, yang bertanggung jawab atas 80 persen emisi global. Selain itu, António juga mendesak semua negara untuk mencapai nol emisi karbon pada pertengahan abad.
Semuanya harus bersatu untuk mempercepat transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, menghentikan ekspansi minyak dan gas, serta menghapus batu bara secara bertahap. Ini bertujuan untuk menyelamatkan orang-orang dari dampak perubahan iklim, khususnya di negara-negara berkembang.
Baca Juga: 7 Teknologi Hijau yang Membantu Mengatasi Perubahan Iklim
Berita Terkini Lainnya
