Ilmuwan di China Sukses Mengkloning Monyet Rhesus, Kondisinya Sehat

Menggunakan teknologi transfer inti sel somatik

Berbicara tentang hewan hasil kloning, kita pasti teringat dengan Dolly, yang dikloning dari sel kelenjar susu domba Finn Dorset dan sel telur dari domba Blackface Skotlandia. Dolly hadir berkat teknologi kloning sel somatik atau transfer inti sel somatik.

Tidak hanya hewan berkuku belah yang bisa dikloning, tetapi juga primata. Ini sukses dilakukan oleh ilmuwan dari Institute of Neuroscience of the Chinese Academy of Sciences di Shanghai. Simak kisah lengkapnya!

1. Teorinya, primata hasil kloning lebih sulit bertahan hidup

Setelah kesuksesan domba Dolly, para ilmuwan berlomba-lomba menguji teknologi yang sama pada 20 spesies mamalia. Namun, kebanyakan hewan hasil kloning memiliki kesehatan yang buruk dan umur yang pendek.

Dilansir Deutsche Welle, sapi hasil kloning memiliki peluang bertahan hidup terbaik dibanding jenis hewan lainnya. Sementara, primata memiliki kemungkinan paling rendah untuk survive.

Tetapi, teori itu dipatahkan setelah monyet rhesus (Macaca mulatta) hasil kloning lahir. Menurut para ilmuwan, monyet jantan berusia dua tahun tersebut dalam keadaan sehat dan bahagia. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications pada tahun 2024.

2. Cara kerja kloning sel somatik

Ilmuwan di China Sukses Mengkloning Monyet Rhesus, Kondisinya Sehatilustrasi ilmuwan (pexels.com/Edward Jenner)

Semua organisme hidup terbuat dari sel somatik, termasuk hewan dan manusia. Sel somatik adalah sel apa pun selain sel reproduksi atau sel germinal, seperti sel telur dan sel sperma.

Dalam kloning sel somatik, inti sel (nukleus) dari sel somatik ditanamkan ke dalam sel telur yang intinya telah dihilangkan. Ini membuat sel telur seolah-olah telah dibuahi, ungkap Rüdiger Behr, peneliti sel induk dan embrio di German Primate Center.

Sel telur yang telah “dibuahi” akan membelah dan menciptakan salinan dirinya. Sel-sel tersebut kemudian menjadi sel kulit, jantung, otot, dan saraf.

Namun, tingkat efisiensi kloning primata sangat rendah. Dari 484 embrio yang ditanamkan, hanya satu yang lahir dalam keadaan hidup.

3. Alasan mengapa banyak upaya kloning yang gagal

Mengapa lebih banyak upaya kloning yang gagal dibandingkan yang berhasil? Salah satunya karena membran luar yang membentuk plasenta tidak berkembang dengan baik.

Lalu, para peneliti melakukan transplantasi massal sel dalam, di mana sel dalam hasil kloning ditempatkan ke dalam embrio non-kloning. Ini memungkinkan embrio tersebut berkembang secara normal.

“Hanya ada sedikit lembaga di dunia yang bisa melakukan eksperimen dengan primata. Jadi, menurut pendapat saya, ini lebih sulit dilakukan karena kita memiliki sedikit pengalaman dalam mengkloning monyet,” jelas Rüdiger Behr.

Sebagai primata, monyet memiliki lebih banyak kedekatan genetik dengan manusia dibandingkan tikus. Para ilmuwan berharap bisa melibatkan monyet hasil kloning dalam penelitian terkait penyakit yang tidak bisa diobati, seperti Alzheimer dan Parkinson.

Baca Juga: Cara Ilmuwan Melakukan Kloning Hewan yang Telah Punah

Topik:

  • Achmad Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya