Ilmuwan Kembangkan Bakso Raksasa dari Daging Mammoth

Seperti apa rasanya?

Kita pasti tahu mammoth, gajah purba berbulu tebal dari genus Mammuthus yang telah punah sekitar 4.000 tahun yang lalu. Selama ini, kita hanya mengetahui mammoth dari fosilnya saja yang dipajang di museum.

Baru-baru ini, ilmuwan menciptakan bakso raksasa yang terbuat dari daging mammoth berbulu (woolly mammoth). Bakso ini dipajang di bawah wadah kaca di Museum Sains NEMO, Amsterdam, Belanda. Lihat lebih dekat, yuk!

1. Daging ini ditumbuhkan di laboratorium

Mengutip ScienceAlert, daging ini ditumbuhkan di laboratorium selama beberapa minggu oleh Vow, perusahaan daging budidaya yang berbasis di Australia. Tim Noakesmith, salah satu pendiri Vow, mengatakan bahwa mereka memilih daging woolly mammoth sebagai simbol "kehilangan", yang musnah karena perubahan iklim.

"Kita (akan) menghadapi nasib yang sama jika kita tidak melakukan hal yang berbeda," tegasnya.

2. Tetapi, daging ini belum bisa dimakan

Ilmuwan Kembangkan Bakso Raksasa dari Daging Mammothilustrasi bakso raksasa dari daging woolly mammoth (studioaico.nl/Aico Lind)

Awalnya, para ilmuwan mengambil mioglobin (protein yang memberi rasa pada daging) mammoth. Lalu, gen dari gajah Afrika (kerabat terdekat mammoth) digunakan untuk mengisi celah dalam urutan mioglobin mammoth. Kemudian, dimasukkan ke dalam sel domba menggunakan muatan listrik.

Namun, daging ini belum siap untuk dimakan karena protein berusia ribuan tahun ini membutuhkan pengujian sebelum bisa dikonsumsi oleh manusia modern, tegas Ernst Wolvetang dari Australian Institute of Bioengineering yang bekerja dengan Vow dalam proyek tersebut.

3. Baunya seperti daging buaya

Bola daging raksasa itu dimasak dengan lambat di dalam oven, lalu bagian luarnya dicokelatkan dengan blowtorch. Menurut James Ryan, kepala ilmuwan Vow, baunya seperti daging buaya.

Christopher Bryant, ahli protein alternatif yang berbasis di Inggris, mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu takut dengan daging yang ditumbuhkan di laboratorium. Ini karena daging tersebut diproduksi dengan sangat presisi di tempat yang telah disanitasi.

"Daging yang dibudidayakan menghindari patogen bawaan makanan, antibiotik, dan kontaminan lain yang sering ditemukan pada daging dari hewan (asli)," tutupnya.

Baca Juga: Pertama di Dunia, Singapura Setuju Pasarkan Daging Buatan Laboratorium

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya