Orang Utan Kalimantan, Satwa Endemik yang Populasinya Menurun Drastis

Penyebab utamanya adalah deforestasi

Indonesia kaya akan satwa endemik, yaitu spesies yang hanya ditemukan di wilayah tertentu dan tidak ada di belahan dunia yang lain. Salah satu hewan endemik yang menjadi kebanggaan Indonesia adalah orang utan, hewan dari genus Pongo.

Kita mengenal tiga spesies orang utan, yaitu orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus), orang utan Sumatra (Pongo abelii), dan orang utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Kali ini, kita akan membahas lebih detail tentang orang utan Kalimantan. Simak, yuk!

1. Perbedaan orang utan Kalimantan dengan dua spesies lainnya

Dilansir Orang Utan Republik Foundation, ketiga spesies orang utan memiliki karakteristik fisik dan perilaku yang berbeda-beda. Orang utan Kalimantan warnanya lebih gelap dengan tubuh yang lebih besar dan bantalan pipi (flanges) yang lebih lebar.

Sementara, kedua spesies lainnya memiliki warna yang lebih terang, rambut yang lebih panjang, dan wajah yang lebih sempit. Khusus untuk orang utan Tapanuli, kepalanya lebih kecil, wajahnya lebih datar, dan rambutnya lebih keriting. Dari segi perilaku, orang utan Sumatra dan Tapanuli cenderung lebih sosial, sementara orang utan Kalimantan lebih soliter.

2. Jumlah orang utan Kalimantan lebih banyak dibanding yang lain

Orang Utan Kalimantan, Satwa Endemik yang Populasinya Menurun Drastisilustrasi orang utan Kalimantan (flickr.com/CIFOR)

Semua spesies orang utan diklasifikasikan sebagai "sangat terancam punah" atau critically endangered oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List. Populasi yang tersisa diperkirakan sekitar 70.000—100.000 ekor untuk orang utan Kalimantan, 13.600 ekor untuk orang utan Sumatra, dan 800 ekor untuk orang utan Tapanuli.

"Populasi orang utan Kalimantan telah menurun lebih dari 50 persen selama 60 tahun terakhir dan habitat spesies ini telah berkurang setidaknya 55 persen selama 20 tahun terakhir," ungkap World Wildlife Fund (WWF) dalam website-nya.

Menurut WWF, orang utan Kalimantan Barat Laut (Pongo pygmaeus pygmaeus) adalah subspesies yang paling terancam. Diperkirakan hanya tersisa sekitar 1.500 ekor karena perburuan liar dan habitatnya berubah menjadi pemukiman, perkebunan kelapa sawit, atau area pertambangan.

Sedangkan, orang utan Kalimantan Tengah (Pongo pygmaeus wurmbii)  adalah subspesies dengan populasi terbanyak, kurang lebih sekitar 35.000 ekor. Subspesies yang terakhir adalah orang utan Kalimantan Timur Laut (Pongo pygmaeus morio) yang ukurannya paling kecil dan ditemukan di Sabah hingga Sungai Mahakam.

Baca Juga: Jangan Diburu, Keberadaan Orang Utan Sangat Penting untuk Hutan

3. Merupakan kerabat terdekat manusia

Sebagai anggota keluarga Hominidae, orang utan Kalimantan adalah salah satu kerabat terdekat manusia modern (Homo sapiens). Bahkan, kita lebih dekat dengan orang utan daripada simpanse, berdasarkan studi yang diterbitkan dalam Journal of Biogeography pada Juni 2009.

Manusia memiliki lebih banyak kesamaan genetik dengan orang utan dibandingkan primata yang lain. Menurut para peneliti, manusia berbagi sekitar 28 karakteristik fisik dengan orang utan, 7 karakteristik fisik dengan gorila, dan 2 karakteristik fisik dengan simpanse.

Contoh kesamaan manusia dan orang utan adalah gigi geraham berenamel tebal dengan permukaan rata, bentuk tulang belikat yang serupa, lubang di langit-langit mulut, serta rambut yang tumbuh paling panjang dibandingkan primata lain.

4. Perkembangbiakannya paling lambat dibandingkan primata yang lain

Orang Utan Kalimantan, Satwa Endemik yang Populasinya Menurun Drastisilustrasi orang utan dan anaknya (wikimedia.org/Brett Jordan)

Salah satu faktor yang berkontribusi pada kepunahan orang utan adalah perkembangbiakannya yang lambat. Orang utan betina mencapai kematangan seksual pada usia 10 tahun, bandingkan dengan gorila betina yang mencapai kematangan seksual di usia 7-8 tahun.

Anak orang utan akan lahir setelah 8-9 bulan di dalam kandungan dan orang utan betina biasanya hanya memiliki tiga anak sepanjang hidupnya. Dengan tingkat kelahiran yang rendah, ditambah dengan hilangnya habitat, maraknya perburuan liar, dan ancaman predator (buaya atau ular) membuat populasi orang utan berada dalam bahaya.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Orang Utan, Primata Cerdas Pemakan Buah 

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya