Serba-serbi Payung Geulis, Kerajinan Tasikmalaya yang Mendunia

Seperti apa sejarahnya?

Indonesia adalah negara yang kaya akan seni budaya. Produk kerajinannya bervariatif, mulai dari batik, wayang kulit, ukiran kayu, tembikar, lukisan, kain songket atau ikat, perhiasan, ukiran batu, dan masih banyak lagi.

Salah satu kerajinan yang kurang populer di Indonesia, tetapi terkenal di mancanegara adalah payung geulis. Berikut kami sajikan fakta-fakta menariknya!

1. Berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat

Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Panggung pada Desember 2018, dijelaskan bahwa kerajinan payung geulis berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Selain payung geulis, Tasikmalaya juga menghasilkan kerajinan kayu (kelom dan mebel), bambu (perabotan rumah tangga dan hiasan), batik, konveksi (gamis, bordir, peci, dan sorban), hingga kuliner (opak, rengginang, kelontong, atau dodol).

Payung geulis artinya adalah payung yang cantik dan memiliki nilai estetika tinggi. Rangkanya terbuat dari bambu, pegangannya terbuat dari kayu, dan tudungnya terbuat dari kertas semen atau kain.

2. Diciptakan oleh seorang tokoh masyarakat

Serba-serbi Payung Geulis, Kerajinan Tasikmalaya yang Menduniailustrasi pembuatan payung geulis di masa lalu (wikimedia.org/Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)

Di masa lampau, payung geulis digunakan oleh mojang (perempuan muda) Tasikmalaya, karena ada anggapan bahwa mengenakan kebaya tidak akan sempurna tanpa membawa payung geulis, yang akan melindungi mereka dari sinar matahari dan hujan.

Dari sisi historis, payung geulis pertama kali ditemukan oleh tokoh masyarakat wilayah Panyingkiran bernama H. Muhi. Sekitar tahun 1930-an, H. Muhi berpikir untuk membuat payung yang bisa dipakai untuk pergi ke ladang saat panas atau hujan.

Akhirnya, ia membuat payung yang bahannya dari kertas. Lalu, aksi ini ditiru oleh warga sekitar. Dan sejak saat itu, H. Muhi memutuskan untuk menjadi pengrajin payung.

3. Kini, payung geulis semakin sulit ditemukan

Seiring dengan perkembangan zaman, payung geulis mengalami perubahan fungsi. Dari yang semula dijadikan sebagai pelindung dari panas dan hujan, kini hanya digunakan untuk upacara adat, pernikahan, dan acara seremonial lainnya.

Sayangnya, payung geulis semakin sulit ditemukan dan terancam punah. Alasannya adalah:

  • Sulit bersaing dengan payung modern yang lebih kuat, kokoh, dan lebih tahan air.
  • Minimnya proses transfer pengetahuan dari generasi tua ke generasi muda, sehingga semakin jarang yang meneruskan.
  • Pembuatan yang memiliki kompleksitas tinggi. Untuk membuat satu payung, membutuhkan 5-6 orang yang memiliki peran masing-masing. Ada yang bertugas untuk membuat kerangka, bola-bola, sangga (penopang), rusuk, memasang kertas atau kain, hingga melukis.
  • Banyak pengrajin yang beralih profesi dan diperparah dengan ketiadaan generasi penerus. Mereka memilih pekerjaan lain yang dianggap memiliki masa depan yang lebih cerah.
  • Pemasaran yang masih terbatas, membuat payung geulis kurang dikenal di luar wilayah Tasikmalaya.

Baca Juga: Karinding hingga Payung Geulis Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya