5 Penyebab Kunang-kunang Sudah Jarang Terlihat, Saatnya Peduli!

Kunang-kunang kehilangan habitat aslinya

Kata orang tua dahulu kunang-kunang sering dijumpai di sekitar rumah. Kata mereka kunang-kunang dianggap sebagai kuku orang yang sudah meninggal, namun faktanya kunang-kunang adalah hewan eksotik bahkan serangga ajaib yang memiliki ciri khas dapat memancarkan cahaya dari tubuh mereka. Dahulu rumah dan listrik belum sebanyak sekarang. Pohon dan tanaman lebih beragam dan masih terjaga dengan baik.

Sekarang ketika populasi manusia semakin banyak, boro-boro bisa lihat banyak kunang-kunang di sekitar rumah, satu saja tidak pernah dijumpai sama sekali. Rumah semakin banyak, pohon-pohon sudah ditumbang, jenis-jenis pohon juga sudah tidak beragam lagi. Kunang-kunang berasa tiba-tiba hilang tanpa kita sadari. Sebenarnya apa sih yang menyebabkan mereka hilang dan sudah jarang ditemui lagi? Yuk temukan jawabannya di penjalasan berikut ini!

1. Penggunaan lampu saat malam hari

5 Penyebab Kunang-kunang Sudah Jarang Terlihat, Saatnya Peduli!ilustrasi penggunaan lampu di malam hari (pexels.com/Aleksejs Bergmanis)

Kunang-kunang atau firefly merupakan serangga yang bukan dari jenis kupu-kupuan, melainkan kumbang atau beetle. Mereka layaknya serangga pada umumnya yaitu membutuhkan tempat hidup, makanan dan berkembang biak melalui mating atau perkawinan. Dilansir The Guardian, salah satu ancaman terbesar dari keberadaan fireflies adalah polusi cahaya.

Cahaya tersebut berasal dari cahaya buatan atau disebut artificial light. Saat siang hari mungkin cahaya tersebut tidak begitu dipermasalahkan untuk keberadaan kunang-kunang. Namun saat malam hari atau biasa disebut ALAN (artificial light at night) dapat berpengaruh dua hal.

Pertama berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan di Jurnal Ecology and Evolution berjudul The impact of artificial light at night on nocturnal insects: A review and synthesis menerangkan bahwa ALAN dapat membuat kunang-kunang kebingungan terhadap waktu dan posisi mereka.

Alhasil, ketika mereka mencari mangsa berupa snails atau keong akan terganggu. Sedangkan dampak kedua dari ALAN adalah mengganggu proses kawin kunang-kunang. Pejantan biasanya akan menghampiri betina karena adanya cahaya yang keluar dari tubuh.

Cahaya tersebut bisa saja tidak dapat terlihat dan kabur karena cahaya buatan manusia. Alhasil kunang-kunang tidak jadi kawin dan tidak dapat berkembang biak lebih banyak.

2. Kunang-kunang kehilangan habitat alaminya

5 Penyebab Kunang-kunang Sudah Jarang Terlihat, Saatnya Peduli!ilustrasi habitat kunang-kunang (flickr.com/Timo Newton-Syms)

Banyak hewan atau serangga yang dapat beradaptasi dengan kehidupan manusia, meski gedung atau bangunan sudah banyak didirikan. Namun tidak dengan kunang-kunang yang harus memiliki tempat hidup tersendiri. Habitat mereka sangat rentan sekali untuk hilang. Pasalnya sekarang banyak pembangunan dan pergantian lahan hutan atau areal dengan rumput tinggi menjadi areal perkebunan dan taman.

Contohnya seperti yang dilansir entomologytoday.org, adanya alih lahan dari hutan menjadi perkebunan gula dan dibuatnya taman berdampak pada penurunan spesies kunang-kunang. Hal itu disebabkan habitat asli mereka dirusak, ditambah dengan adanya lampu yang digunakan. Tempat tinggal mereka berubah dan sudah tidak sesuai dengan tempat hidup mereka sebelumnya. Makanan serta penunjang hidup lainnya juga pasti sudah tidak tersedia. Alhasil, hanya beberapa spesies yang tercatat masih eksis sampai sekarang. 

3. Terkena dampak dari penggunaan pestisida

5 Penyebab Kunang-kunang Sudah Jarang Terlihat, Saatnya Peduli!ilustrasi penyemprotan pestisida (pexels.com/Gilmer Diaz Estela)

Pestisida dikenal ampuh untuk membunuh hewan. Tidak terkecuali serangga yang menjadi targetnya. Meskipun pestisida biasanya digunakan untuk membunuh hama atau hewan yang mengganggu, namun faktanya hewan yang bukan target pun terkena dampaknya. Salah satunya kunang-kunang yang sangat sensitif atau peka terhadap racun.

Dilansir Tufst Now, ahli kunang- kunang telah memperhatikan penggunaan pestisida secara masal di sektor pertanian yang dapat mengancam keberlangsungan hidup fireflies. Dampak langsung insektisida yaitu terjadi pada stadia larva dari kunang-kunang. Sebab saat mereka pradewasa dapat hidup selama dua tahun di bawah tanah dan air.

Kontaminasi dan residu pestisida yang paling banyak ada pada air dan tanah. Maka dari itu sangat masuk akal bila bahan racun ini sangat berbahaya untuk kunang-kunang. Namun demikian, masih sangat perlu melakukan banyak penelitian untuk mengetahui dampak lebih pastinya karena jenis pestisida sekarang sudah sangat beragam.

4. Climate change jadi ancaman

5 Penyebab Kunang-kunang Sudah Jarang Terlihat, Saatnya Peduli!Ilustrasi pembabatan hutan (flickr.com/Tom)

Sama halnya dengan pestisida, perubahan iklim secara drastis juga menjadi ancaman bagi kunang-kunang. Jenis-jenis serangga yang sering kita jumpai seperti capung atau kupu-kupu saja sangat terkena dampaknya apalagi fireflies yang dikenal sangat sensitif ketika ada yang berubah pada habitatnya. Salah satu contoh nyatanya adalah climate change dapat mengakibatkan adanya kerusakan, gangguan atau perubahan keadaan habitat mereka.

Dilansir Xerces.org banyak spesies kunang-kunang dan mangsanya hidup di habitat yang lembab, yaitu kadar air yang tinggi. Adanya perubahan iklim yang drastis akan menyebabkan banyak perubahan kekeringan, banjir dan kenaikan air laut. Hal tersebut membuat hidup kunang-kunang terganggu.

Apalagi larva fireflies diketahui hidup di tempat-tempat yang sangat riskan tersebut. Alhasil, secara fisik langsung adanya climate change akan merusak bahkan menghancurkan habitat mereka.

5. Sedikitnya kepedulian untuk melestarikan kunang-kunang

5 Penyebab Kunang-kunang Sudah Jarang Terlihat, Saatnya Peduli!ilustrasi anak-anak bermain dengan serangga (pexels.com/Ron Lach)

Kunang-kunang merupakan hewan eksotik yang perlu dilestarikan, lho. Keunikannya saat memancarkan cahaya tidak didapati pada serangga lainnya. Namun kepedulian mengenai kelestariannya belum ada, nih. Buktinya spesies kunang-kunang sekarang semakin sedikit. Salah satu penyebabnya adalah kegiatan konservasi pelestarian, dan rasa peduli pada kunang-kunang sangat sedikit bahkan tidak ada. 

Melestarikan bukan hanya berarti mengembangbiakkan secara masal  dan disengaja saja kemudian dilepas di alam. Namun dengan menjaga alam agar tetap seimbang, menyediakan habitat yang sesuai adalah kunci agar kunang-kunang masih bisa kita nikmati sampai anak cucu nanti.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita peduli terhadap keberadaan dan kelestarian kunang-kunang ya, jumlah dan banyaknya spesies yang menurun drastis jangan diteruskan lagi. Mari kita kurangi penggunaan pestisida berlebihan, pembangunan yang merusak habitat aslinya, dan polusi cahaya yang sering sekali tidak kita sadari. Ayo segera lindungi alam untuk menjaga mereka yang masih tersisa.

Baca Juga: Bagaimana Kunang-Kunang Bersinar saat Malam Hari? Ini Penjelasannya!

Norman Wijaya Photo Verified Writer Norman Wijaya

I like Write about insect at aĺl, enjoy my artikel!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya