Para pendukung partai Sweden Democrats (IPS Journal)
Sweden Democrats (Sverigedemokraterna) atau biasa disingkat SD, merupakan partai beraliran sayap kanan yang memegang ideologi euroskeptisme, nasionalisme konservatif, dan anti-imigran. Partai ini didirikan oleh pada tanggal 6 Februari 1988. Di Awal pembentukannya, partai ini mendapatkan perhatian dari publik karena diduga memiliki keterkaitan dengan ideologi Nazi.
Beberapa anggota awal partai SD seperti Gustaf Ekström selaku auditor merupakan seorang mantan veteran Waffen-SS (pasukan elit Nazi). Selain itu, ketua pertama dari partai SD, Anders Klarström, pernah aktif di dalam partai Nordiska Rikspartiet yang juga berideologi Nazi.
Partai SD terkenal dengan kebijakannya yang menentang masuknya imigran dengan bekerja sama dengan partai-partai lain di negara kawasan Nordik. Mereka menganggap Swedia seharusnya tidak bertanggung jawab atas krisis pengungsi akibat konflik yang terjadi di negara-negara dunia seperti Timur Tengah.
Penolakan partai SD atas masuknya imigran dapat dilihat dari sikapnya terhadap kebijakan multikulturalisme dan integrasi terhadap para pendatang. Mereka menganggap kebijakan multikulturalisme hanya akan merusak identitas nasional negara Swedia.
Beberapa saran dan kebijakan yang pernah dilontarkan oleh partai SD seringkali bertujuan untuk menyerang hak para imigran di Swedia. Misalnya partai SD mendukung gagasan Swedish Welfare State di mana pemerintah hanya memberikan jaminan kesejahteraan terhadap warga Swedia asli.
Dalam kebijakan luar negeri, partai SD juga mendukung peningkatan anggaran di bidang keamanan untuk melakukan patroli terhadap para imigran. Bahkan partai SD juga pernah memberikan saran agar dibangunnya tembok di sepanjang perbatasan Eropa dengan Turki untuk mencegah masuknya para imigran dan teroris.
Sweden Democrats mendapatkan popularitasnya melalui masalah islamofobia yang merebak di Swedia. Timbulnya sikap islamofobia ini pasca kerusuhan yang terjadi di Swedia pada tanggal 7 April 2022. Kerusuhan ini dipicu akibat aksi setelah kasus pembakaran Al-Quran yang dilakukan oleh politisi keturunan Denmark-Swedia, Ramus Paludan di depan Masjid Raslatt Kota Jonkoping.
Di tahun yang sama setelah insiden tersebut, SD kemudian mulai memperkuat undang-undang bernuansa anti-muslim, misalnya melalui Perjanjian Tidö (Tidöavtalet). Melalui regulasi ini, pemerintah melalui kementerian pendidikan memiliki kewenangan untuk mendeteksi persebaran paham ekstremisme Islam di setiap sekolah.
Itulah 7 partai politik yang menolak kehadiran imigran dan komunitas Islam di Eropa. Kasus kebencian terhadap agama tertentu harapannya mendorong negara-negara di Eropa melakukan evaluasi dalam menegakkan nilai-nilai hak asasi manusia.