Coba lihat garpu, sendok, dan pisau yang ada di rumahmu sekarang. Mereka terbuat dari bahan baja tahan karat (stainless steel). Baja ringan ini digunakan untuk memproduksi peralatan makan hingga pesawat terbang!
Siapa sangka ternyata, baja tahan karat mulai populer pada masa PD I. Sebenarnya, ide baja tahan karat sudah ada sejak abad 18. Pada saat itu, berbagai ilmuwan melihat bahwa baja campur kromium dapat menahan karat.
Malah, pada akhir 1890an, seorang ilmuwan asal Jerman, Hans Goldschmidt menggunakan teknik aluminotermik untuk menekan kandungan karbon pada campuran besi-kromium, membuatnya lebih ringan. Akan tetapi, penggunaan baja tahan karat pada PD I lah yang membuatnya naik daun.
Pada 1912, ahli metalurgi asal Inggris, Harry Brearley, tengah mencari bahan campuran baja untuk selongsong senapan agar lebih tahan karat dan tahan panas. Pokoknya, bahan tersebut harus tahan lama digunakan pada senapan.
Brearley akhirnya mencampur baja dengan kromium. Hasilnya? Baja tersebut jadi tahan karat. Sang ahli metalurgi kemudian menggunakan proses aluminotermik untuk mengurangi kandungan karbon pada besi-krom tersebut, dinamakan martensitic stainless steel. Pada 1915, koran The New York Times melansir penemuan tersebut.
Pada saat ingin mendaftarkan paten untuk baja tahan karat tersebut, ternyata pada 1912, seorang ilmuwan asal AS, Elwood Haynes, sudah mendaftarkan patennya terlebih dahulu. Apakah mereka langsung bermusuhan saat itu?
Tidak! Mereka memilih untuk berkongsi dan dengan menggalang dana dari para investor, mereka mendirikan American Stainless Steel Corporation.
"Beda dengan Edison dan Tesla, ya!?"
Hasilnya, hingga saat ini, baja tahan karat digunakan secara luas sebagai bahan pengganti peralatan makan hingga mesin pesawat.