Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit Hitam

Jika membahas tentang aktivis hak-hak sipil yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah, tentunya nama Rosa Parks sudah tidak asing lagi, ya. Kebanyakan dari kita pasti tahu bahwa Rosa Parks tidak mau pindah dari kursi bus yang didudukinya saat supir memintanya untuk memberikan kursi itu kepada penumpang kulit putih (terkait masalah pemisahan ras kala itu). Namun, ini hanya secuil kisah kehidupan Rosa Parks.
Rosa Parks lahir di Tuskegee, Alabama, Amerika Serikat pada 4 Februari 1913. Ia putus sekolah karena neneknya sakit parah. Pengalamannya yang dipenuhi dengan kekerasan dan diskriminasi sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil.
Rosa Parks pernah berkata, "Saya tidak lelah secara fisik, atau tidak lelah dari biasanya di penghujung hari kerja. Tidak, satu-satunya rasa lelah yang saya alami adalah lelah menyerah."
1. Masa kecil Rosa Parks yang sangat memilukan
Masa kecil Rosa Parks sangat menyeramkan. Ia mengenang kejadian saat duduk di malam hari di dalam rumah bersama kakeknya yang memegang senjata. Mereka mendengarkan Ku Klux Klan--kelompok supremasi kulit putih yang membenci orang-orang kulit hitam--yang melakukan pawai di malam hari sambil berteriak, seolah-olah menindas orang-orang kulit hitam.
Dilansir The Washington Post, kakek Parks yang bernama Sylvester Edwards, adalah putra seorang pemilik perkebunan berkulit putih. Rosa Parks menulis, "Saya ingin melihatnya (kakeknya) membunuh seorang Klu-Kluxer (anggota Ku Klux Klan). Dia (kakeknya) menyatakan bahwa orang pertama yang menyerang rumah kami pasti akan mati."
Masa kecil Rosa Parks diselingi dengan kekerasan dan ancaman. Parks tahu betul mengapa dia diintimidasi. Saat berusia 10 tahun, Parks didorong oleh seorang anak laki-laki berkulit putih, dan dia melawannya, "Saya mengambil batu bata dan menantang dia untuk memukul saya. Dia berpikir lebih baik pergi," tulisnya.
Rosa Parks menikah dengan Raymond Parks di usia 19 tahun. Ia sangat mencintai suaminya. Pasalnya, Raymond bukan saja cinta sejati dalam hidupnya, tapi dia juga memiliki semangat yang sama untuk menegakkan keadilan sosial.