ilustrasi penggunaan pestisida (pixabay.com/herbicide)
Guru Besar Mikrobiologi dan Bioteknologi Molekuler Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Anggota Tim Teknis Keamanan Hayati KLHK, Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto M.Sc., menjelaskan penggunaan benih bioteknologi sangat berpihak pada petani.
"Teknik-teknik bioteknologi moderen seperti benih PRG ataupun benih hasil penyuntingan gen (genome editing), memang dirancang dan dikembangkan oleh peneliti dengan tujuan untuk meminimalisir potensi hasil kehilangan petani," katanya.
Produk-produk bioteknologi pertanian seperti benih ini sangat berguna bagi petani kecil karena tanaman akan mempunyai sifat-sifat yang unggul seperti lebih adaptif terhadap perubahan cuaca ekstrem atau memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap hama dan penyakit jika dibandingkan dengan benih konvensional/non-PRG.
"Kalau mengandalkan benih konvensional saja, petani akan sulit bertahan menghadapi perubahan iklim ataupun Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang akan selalu ada. Hal-hal ini akan menyebabkan penurunan hasil panen dari petani. Tentu saja pengelolaan (bioteknologi) di lapangan selalu memperhatikan aspek ekologis dan sustainability,” jelasnya.
Anton turut membagikan temuan J. GM Crops & Food yang menyatakan bahwa adopsi benih bioteknologi ke pertanian dunia terbukti meningkatkan pendapatan petani secara signifikan.
Di tahun 2020 saja, peningkatan pendapatan petani global mencapai USD 18,8 miliar. Jika dirinci, nilai pendapatan petani di negara berkembang naik 52 persen, sementara petani di negara maju naik 48 persen. Naiknya pendapatan itu berasal dari peningkatan produksi dan penghematan biaya seperti input pertanian (agricultural input) dan biaya operasional lain.
Sebagai gambaran, benih bioteknologi membantu petani melindungi 23,4 juta hektar habitat alami, setara seperti luas Vietnam yang digabung dengan Filipina. Teknologi ini telah mengurangi emisi gas rumah kaca dengan jumlah yang setara seperti mengurangi 15,6 juta mobil di jalan.
“Bisa dibayangkan keuntungan yang akan didapat jika masyarakat kita lebih terbuka terhadap inovasi teknologi dan tidak mudah termakan dengan mitos yang beredar,” kata Anton.