ilustrasi pengeboran lepas pantai (Pexels.com/Jan-Rune Smenes)
Minyak bumi yang berada jauh di bawah lapisan bumi ini gak bisa dengan mudah diserok begitu saja. Perlu proses ekstraksi yang rumit menggunakan teknik dan alat khusus. Lebih rumit lagi, gak semua tempat memiliki sumber minyak bumi.
Pengendapan fosil selama berjuta tahun memungkinkan adanya tekanan dan perluasan area yang mengandung minyak. Namun, sebagian besar minyak terperangkap di reservoir minyak bawah tanah.
Jumlah total minyak bumi dalam reservoir disebut oil-in-place. Perlu diketahui, banyak cairan minyak bumi yang membentuk minyak di tempat reservoir tidak dapat diekstraksi. Cairan minyak bumi ini mungkin terlalu sulit, berbahaya, atau mahal untuk dibor.
Di sisi lain, ada juga kawasan memiliki gelembung minyak bumi yang lebih mudah diakses. Kandungan yang ditemukan mudah untuk diambil disebut cadangan minyak bumi. Umumnya, proses pengeboran atau ekstraksi berada di kawasan yang gak membahayakan ini.
Ada tiga jenis pengeboran yang dilakukan dalam tahap lanjutan pembentukan minyak bumi. Pertama, developmental drilling. Pengeboran ini dilakukan di kawasan yang telah diketahui adanya cadangan minyak. Misalnya, di Prudhoe Bay, Alaska.
Kedua, exploration drilling. Pengeboran ini juga disebut ‘kucing liar’ karena mengebor di daerah yang belum diketahui keberadaan minyak buminya. Ya, agak coba-coba gitu. Upaya ini berisiko kegagalan, tetapi akan sangat menguntungkan jika berhasil. Contohnya, Glenn McCarthy yang menemukan cadangan minyak sangat besar di dekat Houston, Texas melalui pengeboran eksplorasi.
Terakhir, adalah directional drilling. Pengeboran terarah ini dilakukan dengan tegak lurus ke sumber minyak bumi yang diketahui. Kemudian, mata bor dibelokkan ke sudut tertentu untuk mengakses sumber energi tambahan. Pengeboran ini pernah memicu Perang Teluk pertama antara Kuwait dan Irak.
Di darat, proses ekstraksi dilakukan di kawasan yang dinamakan oil rig. Sementara jika dilakukan di tengah laut, pengeboran dilakukan di oil platform.