ilustrasi banjir (unsplash.com/Chris Gallagher)
Seperti proses terjadinya La Nina dan sifatnya, dampak dari peristiwa ini pun berkebalikan dengan El Nino. La Nina ditandai dengan tekanan udara di Pasifik Barat yang lebih rendah. Perubahan tekanan ini berkontribusi terhadap meningkatnya curah hujan.
Curah hujan yang berkaitan dengan monsun musim panas di Asia Tenggara cenderung lebih tinggi dari biasanya. Meski bisa jadi menguntungkan, dalam skala besar, fenomena La Nina dapat memicu banjir bandang. Peristiwa La Nina di tahun 2010 bahkan menyebabkan banjir terparah di Queensland, Australia.
Selain hal tersebut, La Nina juga ditandai dengan meningkatkan tekanan di Pasifik bagian tengah dan timur. Dampaknya, La Nina dapat memicu penurunan produksi awan dan curah hujan di kawasan tersebut.
Berbeda dengan Bumi bagian selatan, La Nina justru dapat membuat cuaca lebih kering. Hal ini dapat dirasakan di sepanjang pantai barat Amerika Selatan, Pantai Teluk, hingga wilayah pampas di Amerika Selatan.
Tidak melulu negatif, La Nina juga bisa mendatangkan dampak positif, terlebih di industri perikanan Amerika Selatan bagian barat. Dilansir Weather and Radar, peristiwa upwelling dapat membawa air dingin yang kaya nutrisi.
Nutrisi tersebut, salah satunya plankton, lalu dimakan oleh ikan dan krustasea. Nantinya, rantai makanan berlanjut ke berbagai spesies ikan bernilai tinggi seperti bass laut.
Meski kerap disandingkan, ilmuwan berpendapat bahwa proses terjadinya La Nina tidak selalu diakibatkan oleh El Nino, lho. Peristiwa La Nina juga bisa berlangsung lebih lama, tidak seperti El Nino yang umumnya tidak lebih dari setahun.