6 Fakta Menarik Geisha, Salah Satu Simbol Budaya Jepang

Tak hanya indah, mereka juga sangat terampil

Ketika mendengar kata Jepang, tentunya kita langsung memikirkan hal yang berkaitan dengan Negeri Matahari Tersebut, bisa berupa teknologinya yang maju, alamnya yang memukau, atau tradisi serta budaya yang khas.

Nah, salah satu simbol populer untuk menggambarkan budaya mereka yaitu geisha. 

Kalau kita melihat merchandise khas Jepang, biasanya geisha muncul sebagai figur boneka mungil yang mengenakan kimono dengan wajah putih dan sanggul yang khas. Tak hanya itu, geisha juga menjadi tokoh utama dalam buku Arthur golden yang diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama yaitu Memoirs of Geisha.

Sosok geisha sering muncul di mana-mana. Tetapi sebenarnya, apa itu geisha? 

1. Geisha, seniman penghibur yang menampilkan kesenian tradisional Jepang

6 Fakta Menarik Geisha, Salah Satu Simbol Budaya Jepangilustrasi geisha (commons.wikimedia.org/Ignat Gorazd)

Geisha, geiko, atau geigi merupakan seniman-penghibur yang disewa untuk acara minum teh atau kegiatan sosial lainnya.

Dalam kegiatan itu, mereka akan menampilkan berbagai kesenian tradisional Jepang seperti menyanyi, menari, bermain berbagai instrumen seperti suling atau shamisen (alat musik tradisional Jepang yang memiliki tiga senar), menyajikan makanan dan minuman, bermain game, dan turut ikut dalam percakapan untuk menghidupkan suasana.

Untuk menjadi geisha, mereka perlu latihan selama kurang lebih lima tahun. Selama latihan, calon geisha tersebut akan mempelajari berbagai seni dan budaya tradisional Jepang.

Selain menyanyi, menari, dan bermain instrumen, mereka juga belajar tentang upacara minum teh, kaligrafi, puisi, sastra, dan etiket yang baik untuk menghibur pelanggan.

2. Mereka melalui pelatihan khusus selama bertahun-tahun

6 Fakta Menarik Geisha, Salah Satu Simbol Budaya Jepangilustrasi maiko (commons.wikimedia.org/Maiko & Geiko)

Sebelum menjadi geisha, mereka mulai dilatih pada usia 14—15 tahun di sebuah penginapan khusus perempuan yang disebut okiya.

Okiya dimiliki oleh seorang wanita yang biasa dipanggil okāsan, yang berarti ibu. Penginapan itu dihuni oleh banyak calon geisha. Para calon geisha ini bisa disebut sebagai maiko. 

Selama di okiya, okāsan akan menanggung seluruh biaya pelatihan geisha termasuk pakaian, makanan, instrumen, penginapan, dan berbagai pelatihan. Karenanya, mereka terikat kontrak untuk membayar utang tersebut dengan menjadi geisha sebelum bisa hidup mandiri. 

3. Tampil menawan dengan makeup khasnya

6 Fakta Menarik Geisha, Salah Satu Simbol Budaya Jepangilustrasi geisha dengan gaya rambut shimada dan seorang maiko (commons.wikimedia.org/Steven Rolland)

Salah satu ciri khas yang paling menonjol dari geisha yaitu makeup-nya. Ya, baik maiko maupun geisha menutupi wajah hingga leher mereka dengan bedak tradisional khusus yang berwarna putih.

Kontras dengan bedak itu, bibir serta sekeliling eyeliner yang berwarna hitam dipoles dengan pigmen merah dan wajah mereka dilengkapi dengan alis berwarna gelap. Seluruh berpakaian dan makeup ini memerlukan waktu sekitar dua jam, lho!

Bedak ini berwarna putih bukan tanpa alasan. Bedak mereka sangat terang tak lain agar mereka terlihat lebih jelas saat tampil. Dulu, ketika ruangan masih mengandalkan lilin untuk sumber penerangan. Riasan yang sangat terang ini membantu menerangi wajah mereka selama pertunjukan. Hingga kini, tradisi riasan tersebut masih dipertahankan. 

Secara keseluruhan, maiko dan geisha punya beberapa perbedaan dalam berpakaian dan berias. Misalnya, rambut maiko ditata dengan beberapa variasi gaya rambut nihongami tergantung tingkat senioritasnya. Sedangkan rambut geisha biasanya ditata dengan gaya shimada

Baca Juga: 5 Festival Malam di Jepang yang Tak Boleh Dilewatkan!

4. Geisha sudah ada sejak Zaman Edo

6 Fakta Menarik Geisha, Salah Satu Simbol Budaya Jepangilustrasi geisha bermain shamisen (commons.wikimedia.org/Joi Ito)

Percaya atau tidak, awalnya geisha merupakan laki-laki dan baru muncul sekitar tahun 1730 pada Zaman Edo (1603—1868). Sekitar dua puluh tahun kemudian, barulah geisha perempuan muncul dengan menampilkan kebolehannya menari dan bermain shamisen. Kemudian sekitar tahun 1780, perempuan telah mendominasi profesi geisha. 

Pada mulanya geisha sebenarnya berperan sebagai asisten oiran. Oiran merupakan sebutan untuk pekerja seks kelas atas yang dibayar sangat mahal. Saat itu, mereka takut kalau para pelanggan mereka akan direbut geisha sehingga geisha dilarang berhubungan dengan pelanggan, bahkan duduk dekat mereka pun tidak boleh. 

Seiring berjalannya waktu, geisha lebih sering dipilih untuk memeriahkan acara karena harganya yang lebih murah dan lebih mudah untuk didatangkan dibanding oiran.

Pada zaman Meiji (1868-1912), profesi geisha berkembang pesat dan mereka menjadi penyedia keramah tamahan serta hiburan penting untuk acara makan malam perusahaan besar dan pejabat pemerintah. 

5. Yūkaku dan mizuage, salah satu alasan geisha disalahpahami

6 Fakta Menarik Geisha, Salah Satu Simbol Budaya JepangShinyanagi-Yukaku (commons.wikimedia.org/Sakaori)

Geisha kerap dikira sebagai pelaku prostitusi, padahal nyatanya bukan. Salah kaprah ini terjadi karena beberapa alasan, salah satunya yakni karena adanya yūkaku.

Pada abad ke-16, yūkaku atau distrik hiburan resmi didirikan dan di sana prostitusi menjadi legal. Di sana pula oiran atau pekerja seks kelas atas, bekerja. Banyak dari distrik hiburan ini beralih fungsi jadi distrik geisha. 

Hal lain yang menimbulkan salah kaprah pada geisha yaitu karena adanya praktik mizuage. Mizuage merupakan ritual mengambil keperawanan seorang maiko dengan membayar sejumlah uang yang ditawarkan dan kegiatan ini dipandang sebagai bentuk pendewasaan menuju geisha. Namun sebenarnya, banyak komunitas geisha yang menentangnya.

6. Kini, geisha merupakan entertainer profesional

6 Fakta Menarik Geisha, Salah Satu Simbol Budaya Jepangilustrasi geisha laki-laki (commons.wikimedia.org/Kondo Atsushi)

Tak hanya itu, alasan historis juga membuat geisha disalahpahmi. Setelah Zaman Meiji, jumlah geisha terus berkurang terutama setelah Perang Dunia II.

Saat itu, tentara Amerika di Jepang yang baru menginjakkan kaki di sana salah paham bahwa geisha menyediakan kegiatan prostitusi dan hostes kelab malam. Juga, perempuan dari industri seks mengaku bahwa mereka geisha padahal mereka tidak melalui pelatihan geisha yang sebenarnya.

Alasan-alasan inilah yang membuat banyak orang bingung mengenai peran geisha yang sesungguhnya. Namun ini semua berubah sejak tahun 1958, ketika Jepang mengeluarkan undang-undang pencegahan prostitusi sehingga kegiatan prostitusi sudah ilegal. Kini, geisha murni bekerja sebagai entertainer profesional kesenian tradisional Jepang. 

Itulah beberapa fakta mengenai geisha, salah satu simbol budaya Jepang yang masih ada hingga kini. Tak hanya indah dipandang, ternyata mereka skillful banget ya!

 

Baca Juga: 5 Makanan Jepang yang Ternyata Bukan Berasal dari Jepang

Roselin A. Photo Verified Writer Roselin A.

Halo!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dwi Rohmatusyarifah

Berita Terkini Lainnya