Bukan Vampir! Berikut 5 Fakta Keliru Soal Kelelawar

Mitos seputar si mamalia terbang

Dalam banyak cerita dan legenda, hubungan antara vampir dan kelelawar seolah menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kisah-kisah vampir seperti yang ditulis Bram Stoker dalam bukunya yang berjudul Dracula (1897), atau Sherlock Holmes vs. Dracula (1978) karya Loren D. Estleman, menggambarkan bagaimana sosok vampir yang mampu berubah menjadi kelelawar dan hidup dalam kegelapan.

Hal tersebut tentunya tidak mengherankan, mengingat kelelawar merupakan hewan nokturnal yang aktif di malam hari, sehingga kesan misterius dan menakutkan memang tidak dapat terhindarkan. Namun, dari sekian banyak penggambaran mengerikan soal mamalia terbang ini, terdapat berbagai mitos yang sebenarnya tidak sesuai dengan bukti ilmiah. Apa saja? Yuk, simak penjelasan berikut

1. Penghisap darah

Bukan Vampir! Berikut 5 Fakta Keliru Soal Kelelawarilustrasi Mexican free-tailed bat (news-medical.net/Rudmer Zwerver)

Salah satu mitos yang paling umum adalah anggapan bahwa semua kelelawar merupakan vampir penghisap darah. Padahal, seperti dilansir PBS News Hour, dari 1.300 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, hanya terdapat tiga jenis spesies yang benar-benar menghisap darah, yaitu Desmodus rotundus, Diaemus youngi dan Diphylla ecaudata.

Jenis kelelawar vampir ini sebenarnya juga tidak mengancam manusia. Mereka hanya memiliki berat sekitar dua ons dan hanya mengambil sedikit darah saat menggigit mangsa mereka yang kebanyakan merupakan hewan ternak. Sebaliknya, kelelawar vampir justru memberikan kontribusi bagi dunia medis. Senyawa dalam air liur mereka yang memiliki sifat anti-pembekuan darah telah digunakan dalam penggembangkan obat yang disebut draculin.

2. Menyerang manusia

Bukan Vampir! Berikut 5 Fakta Keliru Soal Kelelawarilustrasi kelelawar terbang (unsplash.com/James Wainscoat)

Sebagian besar spesies kelelawar tidak berperilaku agresif karena mereka adalah pemakan serangga dan buah-buahan, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk menyerang manusia. Selain itu, kelelawar juga merupakan hewan nokturnal yang aktif di saat manusia umumnya sedang tidak beraktivitas intens di luar ruangan. Oleh karena itu, interaksi langsung antara manusia dan kelelawar juga jarang terjadi.

Alih-alih menyerang, kelelawar cenderung akan terbang menjauh dan menghindari kontak dengan manusia. Jika merasa terancam, kelelawar lebih memilih melarikan diri untuk mencari tempat yang aman. Meskipun begitu, sebagai makhluk hidup yang memiliki naluri alamiah, mereka bisa saja menggigit sebagai tindakan pertahanan terakhir apabila sudah merasa sangat terancam.

3. Semua kelelawar membawa rabies

Bukan Vampir! Berikut 5 Fakta Keliru Soal Kelelawarilustrasi kelelawar bergelantungan (pixabay.com/10871402)

Kelelawar memang merupakan salah satu hewan yang dapat membawa virus rabies. Namun, kasus rabies yang ditemukan pada kelelawar jauh lebih rendah dibandingkan dengan rakun, rubah, kucing, atau anjing. Dilansir United States Geological Survey, hanya kurang dari 0,5 persen kelelawar yang terkena rabies.

Berbeda dengan hewan lainnya, kelelawar yang terpapar rabies tidak menunjukan sifat agresif karena biasanya mereka akan segera mati tidak lama setelah terinfeksi rabies. Oleh karena itu, kemungkinan terkena rabies dari kelelawar sangatlah kecil. 

4. Buta

Bukan Vampir! Berikut 5 Fakta Keliru Soal KelelawarKawanan kelelawar (unsplash.com/Hans Veth)

Kesalahpahaman bahwa kelelawar buta, kemungkinan besar berasal dari sifat nokturnal mereka. Dilansir Britannica, karena sebagian besar kelelelawar berburu di tengah malam ketika kondisi pencahayaan sangat gelap, mereka mengandalkan sistem sonar yang disebut ekolokasi untuk menentukan posisi mangsanya.

Namun, meskipun kelelawar menggunakan ekolokasi sebagai sistem navigasi utama, bukan berarti mereka tidak bisa melihat. Kelelawar memiliki mata berukuran kecil dengan penglihatan yang sangat sensitif. Mata kelelawar mampu berfungsi dengan baik dalam kondisi cahaya rendah, membantu mereka dalam mencari mangsa.

5. Kelelawar adalah hama

Bukan Vampir! Berikut 5 Fakta Keliru Soal Kelelawarilustrasi kelelawar bergelantungan (pixabay.com/Pixel-mixer)

Tidak banyak diketahui bahwa sebenarnya kelelawar memainkan peranan yang sangat penting dalam keseimbangan ekosistem dan lingkungan. Dilansir Forest Preserve District of Will County, lebih dari 500 spesies pohon dan tanaman bergantung pada kelelawar untuk penyerbukan, termasuk mangga, pisang, dan kakao.

Hal tersebut tentunya mematahkan mitos bahwa kelelawar adalah hama. Sebaliknya, selain berperan sebagai penyerbuk alami, kelelawar justru berperan sebagai pengendali hama dengan memangsa ribuan serangga setiap malam. Dengan demikian, keberadaan kelelawar sangatlah vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan membantu pertanian serta produksi tanaman.

Kelelawar memang telah lama menjadi subjek dari banyaknya cerita, mitos atau legenda yang banyak mengandung informasi yang keliru. Kurangnya pemahaman yang benar tentang perilaku dan peran ekologis kelelawar dalam lingkungan, menjadi menjadi salah satu faktor utama munculnya stereotip negatif terhadap hewan ini.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengedukasi dan menyebarkan informasi yang akurat tentang kelelawar guna menghilangkan stigma negatif dan memahami pentingnya peran mereka dalam ekosistem.

Baca Juga: 6 Fakta Kelelawar Mahkota Emas, Penyuka Buah Ara yang Pandai Bersolek

Bimantara Photo Writer Bimantara

ga bisa terbang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya