Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sejarah Bahasa Isyarat, Sempat Dianggap Penghalang Integrasi Sosial

ilustrasi menggunakan bahasa isyarat (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Bahasa isyarat bukan ciptaan baru, telah digunakan ribuan tahun lalu sebagai bentuk komunikasi organik.
  • Pedro Ponce de Leon dan Charles-Michel de l'Epee menjadi tokoh penting dalam sejarah formal bahasa isyarat modern.
  • William Stokoe membuktikan ilmiah bahwa ASL adalah bahasa yang sah, memicu kebangkitan kembali bahasa isyarat dalam pendidikan dan kehidupan publik.

Bahasa isyarat mungkin tampak modern—digunakan di televisi atau dalam seminar inklusif—namun sejarahnya jauh lebih tua dari yang banyak orang kira. Jauh sebelum ada mikrofon dan subtitle, tangan dan ekspresi wajah sudah menjadi alat komunikasi utama bagi komunitas tunarungu. Mari kita menelusuri sejarah panjang bahasa isyarat, dari masa biarawan Eropa hingga menjadi simbol kebanggaan komunitas tunarungu global.

1. Bahasa isyarat berkembang sejak ribuan tahun lalu

ilustrasi berkomunikasi dengan bahasa isyarat (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi berkomunikasi dengan bahasa isyarat (pexels.com/SHVETS production)

Jauh sebelum bahasa isyarat dibakukan, banyak budaya telah menggunakan sistem komunikasi gestural. Bangsa Yunani kuno, masyarakat adat Amerika, hingga biksu yang bersumpah diam telah mengandalkan isyarat tangan untuk berkomunikasi. Bahkan, suku-suku asli di dataran Amerika menggunakan sistem isyarat sebagai lingua franca antar kelompok yang memiliki bahasa lisan berbeda. Artinya, bahasa isyarat bukan ciptaan baru, melainkan bentuk komunikasi yang berkembang secara organik sejak ribuan tahun lalu.

2. Awalnya dipelopori seorang biarawan Spanyol pada abad ke-16

Monumen Pedro Ponce de Leon, Barcelona (commons.wikimedia.org/Jordiferrer)
Monumen Pedro Ponce de Leon, Barcelona (commons.wikimedia.org/Jordiferrer)

Tonggak sejarah formal dimulai pada abad ke-16 di Spanyol. Seorang biarawan Benediktin bernama Pedro Ponce de Leon mulai mengajarkan anak-anak tunarungu dari keluarga bangsawan dengan metode isyarat. Murid-muridnya bahkan bisa membaca dan menulis. Tak lama kemudian, Juan Pablo Bonet menerbitkan buku pertama tentang pendidikan tunarungu, termasuk alfabet manual yang menjadi cikal bakal bahasa isyarat modern.

3. Pada abad ke-18, sekolah pertama khusus tunarungu berdiri di Perancis

ilustrasi menggunakan bahasa isyarat (pexels.com/RDNE Stock project)

Di Prancis, abad ke-18 menandai babak baru. Charles-Michel de l'Epee, dikenal sebagai bapak bahasa isyarat modern, membuka sekolah untuk tunarungu dan mengembangkan sistem bahasa isyarat yang kini dikenal sebagai Langue des Signes Francaise (LSF). Ia percaya bahwa tunarungu dapat belajar dengan baik jika diajarkan dalam bahasa mereka sendiri—prinsip yang saat itu cukup radikal.

4. Dari Prancis ke Amerika, lahirlah ASL tahun 1817

American School for the Deaf (commons.wikimedia.org/Ragesoss)
American School for the Deaf (commons.wikimedia.org/Ragesoss)

Tahun 1817 menjadi titik penting dalam sejarah bahasa isyarat di Amerika Serikat. Seorang pendeta muda bernama Thomas Hopkins Gallaudet bertemu dengan Laurent Clerc, guru tunarungu dari Prancis yang dilatih langsung dalam sistem LSF. Bersama-sama, mereka mendirikan American School for the Deaf di Hartford, Connecticut. Dari sinilah American Sign Language (ASL) berkembang. ASL merupakan hasil campuran antara LSF, sistem isyarat lokal Amerika, dan kreasi baru yang muncul di dalam komunitas tunarungu.

5. Sempat dianggap penghalang integrasi sosial pada akhir abad ke-19

ilustrasi bercengkerama menggunakan bahasa isyarat (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi bercengkerama menggunakan bahasa isyarat (pexels.com/RDNE Stock project)

Sayangnya, perjalanan bahasa isyarat tidak selalu mulus. Sejak akhir abad ke-19, gerakan oralism—yang mendorong tunarungu untuk berbicara dan membaca bibir—menggeser penggunaan bahasa isyarat dari sekolah-sekolah. Bahasa isyarat sempat dianggap ‘penghalang’ bagi integrasi sosial.

Namun, segalanya mulai berubah pada 1960-an. Seorang linguis dari Gallaudet University, William Stokoe, membuktikan secara ilmiah bahwa ASL adalah bahasa yang sah dengan tata bahasa sendiri. Penelitiannya menjadi fondasi kebangkitan kembali bahasa isyarat dalam pendidikan dan kehidupan publik.

6. Menjadi identitas dan kebanggaan komunitas tunarungu

Bahasa isyarat dengan bantuan teknologi (pexels.com/SHVETS production)
Bahasa isyarat dengan bantuan teknologi (pexels.com/SHVETS production)

Kini, bahasa isyarat tidak hanya diakui, tetapi juga dirayakan. Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan menetapkan Hari Bahasa Isyarat Internasional setiap 23 September. Bahasa isyarat bukan hanya alat komunikasi—ia menjadi simbol identitas dan kebanggaan komunitas tunarungu. Dengan bantuan teknologi seperti aplikasi penerjemah dan layanan video relay, komunikasi jadi semakin inklusif.

Bukan hanya tunarungu yang belajar bahasa isyarat, banyak orang mulai mempelajarinya sebagai bentuk solidaritas dan jembatan antar dunia yang selama ini dipisahkan oleh suara. Sejarah bahasa isyarat mengingatkan kita bahwa suara bukan satu-satunya cara untuk memahami dunia. Lewat gerakan tangan, ekspresi wajah, dan koneksi antar manusia, bahasa isyarat mengajarkan makna komunikasi yang paling dasar: saling mengerti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us