Akuntansi pertama kali diperkenalkan dalam buku Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportionalita oleh Luca Pacioli. Pada buku tersebut, akuntansi dijelaskan sebagai sistem buku pencatatan berpasangan yang kini akrab disebut sebagai debit dan kredit.
Luca Pacioli awalnya memperkenalkan metode tersebut hanya di Italia. Namun, karena fungsinya mempermudah perdagangan, sistem akuntansi dasar tersebut pun berkembang hingga ke negara lain, termasuk Indonesia.
Melalui perdagangan internasional, sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia diyakini telah berlangsung sejak 1642. Pada masa tersebut, pencatatan berlangsung sederhana dan hanya digunakan untuk memperhitungkan laba rugi perdagangan. Kebiasaan ini diyakini dibawa masuk oleh Belanda dan Portugis.
Meski demikian, bukti tertulis sejarah akuntansi di Indonesia tertua yang ditemukan berasal tahun 1747. Pembukuan tersebut merupakan pencatatan keuangan perusahaan bernama Amphioen Societeit di Jakarta.
Saat itu, pembukuan yang dilakukan masih menggunakan metode tradisional. Barulah pada tahun 1957, berdiri Ikatan Akuntansi Indonesia yang menjadi wadah untuk mengembangkan ilmu akuntan di Indonesia.
Sejak saat itu, akuntansi di Indonesia mulai dikembangkan. Tak hanya untuk pembukuan bisnis, tetapi juga sebagai ilmu pengetahuan yang diperkenalkan pada jenjang pendidikan.
Pada sistem akuntansi anglo saxon ada pencatatan berbagai transaksi yang dialami dalam perdagangan. Hal ini dianggap memudahkan penggunanya karena dianggap tidak perlu melakukan pemisahan terhadap pembukuan dan sistem akuntansi.