Jika kita membahas tentang hal apa yang bisa menyebabkan hewan terancam punah, yang terlintas dalam benak biasanya adalah soal perburuan dan perusakan habitat. Namun, rupanya, ada alasan lain yang gak disangka: popularitas.
Ya, bagi hewan, tampaknya menjadi populer bukan sesuatu yang menyenangkan. Maksud populer di sini adalah menjadi hewan populer di kalangan manusia. Ternyata, hal itu malah membuat mereka mendapat efek negatif. Kenapa demikian? Ini dia ulasannya.
Dilansir dari laman BBC, para ilmuwan melakukan sebuah riset untuk mencari tahu hewan apa saja yang umumnya dipandang publik sebagai hewan yang populer. Umumnya, ada dugaan bahwa hewan yang populer bakal lebih diperhatikan di lokasi konservasi alam dan mendapatkan perlakuan lebih baik.
Untuk itu, para ilmuwan tersebut mengadakan survei kepada orang-orang dari berbagai negara tentang hewan apa yang mereka anggap paling karismatik. Selain itu, ilmuwan juga melihat seberapa sering hewan tertentu dipertunjukkan sebagai hewan perwakilan di laman kebun binatang dan film animasi Disney serta Pixar.
Hasilnya, 10 besar hewan yang dianggap paling populer adalah harimau, singa, gajah, jerapah, macan tutul, panda, citah, beruang kutub, serigala, dan gorila. Hewan-hewan tersebut memiliki popularitas tinggi dan banyak muncul dalam logo maupun film. Apakah popularitas semacam itu menunjukkan bahwa mereka banyak terdapat di alam liar?
Faktanya, justru sebaliknya. IUCN alias Uni Internasional untuk Konservasi Alam justru melabeli 9 dari 10 hewan tersebut sebagai rentan, terancam punah, atau bahkan kritis. Hanya serigala satu-satunya yang tidak berstatus terancam.
Rupanya, kebanyakan orang tidak menyadari hal itu. Para peneliti melakukan survei terhadap sejumlah orang soal pendapat mereka apakah hewan-hewan tersebut termasuk terancam punah atau tidak. Ternyata, lebih dari setengah responden mengira bahwa singa, citah, macan tutul, dan jerapah tidak terancam punah.
Bahkan, gorila yang merupakan hewan dengan status kritis, hampir 50 persen mengira bahwa mereka tidak terancam. Hal itu menunjukkan bahwa hewan-hewan yang populer sepertinya lebih rentan mengalami kepunahan diam-diam, alias kepunahan yang tidak diketahui banyak orang.
Pertanyaannya, mengapa? Ilmuwan menyebut bahwa popularitas hewan-hewan tersebut bisa jadi malah menyebabkan mereka rugi. Kemunculan mereka yang terlalu sering dalam logo ataupun film ternyata bisa menimbulkan dugaan yang salah di benak publik. Publik mengira bahwa hewan-hewan tersebut banyak jumlahnya dan tidak terancam punah.
Sebagai contoh, para peneliti menemukan bahwa warga Prancis rata-rata melihat gambar, logo, merek, dan foto yang memuat singa 4,4 kali per hari. Sementara, di alam liar, kenyataannya jumlah singa jauh lebih sedikit daripada itu. Hal itu menyebabkan banyak orang tidak menyangka bahwa singa kini termasuk spesies yang terancam punah.
Mengingat bahwa masalah tersebut disebabkan oleh manusia yang kerap menggunakan hewan-hewan tersebut untuk pemasaran, apa solusi yang bisa diambil? Para peneliti mengusulkan agar perusahaan yang menggunakan hewan-hewan tersebut untuk memasarkan untuk memberikan informasi mengenai status konservasi hewan itu.
Dengan demikian, hal itu bisa meningkatkan kesadaran publik bahwa hewan-hewan tersebut sedang terancam punah, tidak seperti yang mereka kira. Aksi semacam itu perlu diambil untuk memastikan bahwa hewan-hewan tersebut tidak akan punah karena kurangnya pengetahuan tentang keadaan mereka yang sebenarnya di alam liar.
Itulah ulasan mengenai mengapa hewan-hewan yang lebih populer ternyata cenderung lebih terancam punah. Yuk, tingkatkan terus kesadaran kita tentang hewan apa saja yang saat ini terancam punah. Hal itu agar kita bisa berbuat sesuatu untuk menyelamatkan mereka.