7 Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Pemerintahan Nazi

Selalu ada pelajaran yang bisa kita ambil dari masa lalu

Walau telah runtuh puluhan tahun yang lalu, nyatanya Reich Ketiga tetap menjadi topik yang selalu memikat para sejarawan, dan Adolf Hitler terus menjadi sosok yang dipelajari secara mendalam. Walau hal itu terlihat sia-sia karena hanya "stuck" di masa lalu, ada banyak pelajaran berguna yang bisa diambil dari kegagalan dan keberhasilan mereka.

Seperti kata pepatah, "jangan pernah sekali-kali meninggalkan sejarah," berikut 7 pelajaran penting yang dapat kita ambil dari Nazi.

1. Jika kamu ingin menaklukkan dunia, berkomitmenlah!

7 Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Pemerintahan Nazispiegel.de

Suatu yang normal jika kita menganggap Reich Ketiga sebagai kerajaan yang "melayani" keinginan dan cita-cita dari seorang Adolf Hitler. Jerman memang dikenal sebagai salah satu entitas terkuat selama Perang Dunia II, walau pada saat itu kompleks industri mereka sangat tidak efisien dan masih sangat dikhususkan untuk kepentingan sipil.

Faktanya, bahkan sebelum Amerika dan Uni Soviet memasuki perang pada tahun 1941, Inggris telah menyesuaikan ekonominya dengan lebih baik untuk pengeluaran perang dan menghasilkan lebih banyak bahan perang daripada Reich Ketiga. 

Barulah pada tahun 1942, Albert Speer mulai menata kembali perekonomian Jerman, sebuah terobosan yang hari ini kita kenal sebagai ekonomi masa perang. Namun semua itu sudah terlambat, karena bantuan Sekutu semakin banyak dan blok Poros semakin melemah.

Jadi sebelum memulai perang berskala global, alangkah baiknya untuk mempersiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu, mulai dari menstabilkan ekonomi negara, mengembangkan senjata militer dalam skala besar, dan membentuk koalisi yang cukup tangguh untuk membantu kita di dalam perang.

2. Teman yang lemah disaat kita kuat lebih baik daripada musuh yang lemah disaat kita rentan

7 Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Pemerintahan Nazitheatlantic.com

Sejarah telah menunjukkan bahwa invasi ke Uni Soviet pada tahun 1941 adalah kesalahan yang lebih besar daripada serangan Jepang di Pearl Harbor. Walau Wehrmacht berhasil mendekati Moskow sejauh sepuluh mil dan hampir merebutnya, tetap saja ini menjadi salah satu blunder terbesar Hitler selama Perang Dunia II. 

Masalahnya adalah Wehrmacht menyebar sendirian, tanpa bantuan berarti dari pihak Poros lainnya, dan mencoba menginvasi negara yang sangat luas. Masalah ini diperparah dengan perasaan superioritas ras yang tidak masuk akal kepada rakyat Soviet.

Rakyat Soviet sudah mengalami kekejaman yang dilakukan oleh Stalin pada tahun 1930-an. Mengetahui hal itu, Jerman seharusnya memanfaatkannya dengan membuat propaganda untuk melawan Stalin, merangkul rakyat Soviet, dan membuat mereka menjadi pasukan anti-Soviet.

Walaupun Waffen-SS sering menerima ras asing ke dalam pasukan mereka, namun tetap saja ada diskriminasi dari para petinggi Nazi di dalamnya. Jadi alih-alih merekrut tentara baru dari warga sipil yang tertindas, Nazi justru menghadapi banyak gerakan perlawanan di belakang Front Timur.

3. Sumber daya sebagai prioritas utama; ideologi setelahnya

7 Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Pemerintahan Nazipinterest.com

Sejarawan sepakat bahwa perang antara Uni Soviet dan Reich Ketiga memang tidak dapat dihindari. Tetapi ada dua hal yang menonjol di dalamnya: pertama sebuah peluang besar yang terlewatkan, kedua pemborosan terhadap waktu dan energi.

Selama perang, Reich Ketiga memiliki masalah dalam menemukan sumber minyak dan gas untuk menjaga industri dan militernya tetap berjalan, sehingga pada beberapa titik mengandalkan alternatif eksperimental.

Ketika invasi ke Uni Soviet dimulai, sebenarnya, Timur Tengah dengan persediaan minyaknya yang sangat melimpah sedang terbuka lebar. Seandainya Jerman merebut Timur Tengah terlebih dahulu, Reich Ketiga akan mendapatkan pasokan yang penting untuk menaklukkan Pegunungan Kaukasus dengan cepat.

Tetapi ide itu tidak sesuai dengan apa yang telah ditulis dalam Mein Kampf, yang lebih berfokus pada penaklukan Ukraina dan wilayah Eropa Timur yang didominasi oleh ras slavia. Sekali lagi, selalu prioritaskan sumber daya terlebih dulu sebelum ideologi.

4. Keberhasilan militer adalah stimulan bagi ekonomi yang buruk

7 Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Pemerintahan Nazirt.com

Salah satu alasan mengapa Nazi dapat naik ke tampuk kekuasaan Jerman adalah karena militer yang kuat turut meningkatkan standar "kepuasan" warga Jerman. Faktanya, ekonomi Jerman saat itu sedang collapse, bahkan jauh sebelum perang dimulai.

Kondisi tersebut membuat Jerman sangat bergantung pada ekspor sehingga menimbulkan kesenjangan ekonomi yang sangat parah. Belum lagi utang perang yang dibebankan Sekutu kepada Jerman, yang memicu hiperinflasi pada tahun 1920-an.

Kondisi itu memaksa Hitler untuk melakukan revolusi pada 9 November 1923. Walau gagal, upaya tersebut berhasil menaikkan kredibilitas Nazi di depan masyarakat Jerman. Lalu, keberhasilan militer Reich Ketiga menjadi sebuah "stimulan" bagi kondisi ekonomi yang sedang terpuruk.

Baca Juga: Tanpa Ampun, 10 Anggota Nazi Ini Gak Kalah Kejam dengan Hitler

5. Jangan biarkan satu orang mengatur semua kebijakan negara

7 Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Pemerintahan Naziiwm.org.uk

Banyak yang menganggap bahwa Invasi Polandia pada bulan September 1939 masih setengah matang, karena tentara Nazi belum siap untuk melakukan itu. Para komandan Reich Ketiga juga berpikir bahwa Angkatan Laut (Kriegsmarine) dan Angkatan Udara (Luftwaffe) mereka masih belum siap untuk bertempur di perang berskala global.

Bahkan, Hitler memulai invasi di bawah kesan bahwa dia tidak akan berperang dengan Polandia. Pernyataan Hitler yang populer tentang masalah ini adalah bahwa “waktunya sangatlah singkat,” yang mengacu pada fakta bahwa ia sudah berusia lima puluh tahun dan diduga sedang menderita sifilis. 

Jadi invasi terhadap Polandia — yang mengawali Perang Dunia II, dan menghancurkan Reich Ketiga yang berumur pendek — dilakukan untuk mengakomodasi masa hidup seseorang yang diproyeksikan kepada dirinya sendiri. Hitler juga suka mencampuri urusan taktik militer Jerman, karena tidak percaya dengan para komandannya sendiri.

Keinginan pribadi Hitler juga menghasilkan keputusan seperti Nero Decree pada Maret 1945, yang memerintahkan penghancuran terhadap infrastruktur Jerman. Untungnya bagi Jerman, Albert Speer menolak keputusan tersebut karena tahu bahwa itu semua hanya sia-sia belaka.

6. Terkadang kita hanya perlu mengandalkan keberuntungan

7 Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Pemerintahan Nazinationalinterest.org

Ada anggapan umum bahwa Prancis kalah dengan cepat pada tahun 1940 karena mereka bergantung pada pertahanan yang disebut Garis Maginot, sementara Wehrmacht mengelilinginya melalui Belgia. 

Faktanya, keberhasilan invasi Nazi ke Prancis sebenarnya karena mayoritas pasukan Sekutu berada jauh di utara di Belgia, sementara Jerman melakukan serangan utama mereka dengan melalui hutan Ardennes. 

Sebenarnya rencana ini setara sengan sebuah perjudian layaknya Russian roulette. Jika saja saat itu Sekutu memindahkan pasukan mereka ke dekat hutan Ardennes, mungkin saja pergerakan Wehrmacht akan dihentikan.

Karena medan Ardennes sangatlah sempit dan buruk, "kemacetan perang" seperti yang terjadi selama Perang Dunia I mungkin akan terjadi. Namun tetap saja pasukan Sekutu akan mengalami kesulitan untuk keluar atau mundur dari Ardennes. Sedangkan bagi Jerman, sepertinya Dewi Fortuna masih berada di pihak mereka ketika mereka masih sangat membutuhkannya. 



7. Walaupun menganut idelogi yang sangat kita junjung, tetaplah bersikap realistis

7 Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Pemerintahan Nazihistorytoday.com

Tentu saja tindakan paling signifikan dari Reich Ketiga adalah pembunuhan massal orang-orang "yang tidak diinginkan" dalam Solusi Akhir. Tetapi ada sebuah masalah di dalamnya, mengukur dari siapa sebenarnya "orang Yahudi" dalam Hukum Nuremberg tahun 1935 yang menentukan kebijakan rasial Nazi.

Akhirnya diputuskan bahwa agama pribadi atau agama dari orang tua tidak sepenting agama dari kakek-nenek kita. Jadi, bahkan pendeta Katolik dan Protestan dapat terdaftar sebagai orang Yahudi jika mereka memiliki setidaknya kakek atau nenek yang masih berdarah Yahudi.

Hal itu mungkin tidak masuk akal, tetapi seperti yang dikatakan Hitler, jika orang Yahudi tidak ada maka mereka perlu diciptakan.

Bahkan pada saat itu, para orang-orang terdekatnya mulai menyadari bahwa pandangan-pandangan miliknya mulai tidak masuk akal, membuktikan bahwa para pendiri konsep "Master Race" nyatanya tidak seratus persen memercayai pandangan tersebut.

Sejarah ada agar kita dapat mempelajari peristiwa di masa lampau agar tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Oleh karena itu, baik keberhasilan dan kegagalan Reich Ketiga mungkin dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi kita di kemudian hari.

Baca Juga: Seperti Apa Sejarah Perbudakan di Indonesia dan Dunia? Simak Faktanya!

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya