7 Miskonsepsi Umum tentang Ateisme dan Penjelasannya, Apa Saja? 

Ateisme bukan agama, lho. 

Menurut KBBI, ateisme adalah sebuah paham yang tidak mengakui adanya Tuhan atau dewa. Sedangkan menurut konsensus umum, ateis adalah seseorang yang tidak atau kurang percaya pada Tuhan (atau dewa) dan eksistensinya.

Lewat artinya sendiri, ateisme sering ditafsirkan sebagai sebuah antitesis terhadap agama, sehingga turut melahirkan banyak kesalahpahaman tentang paham ini. Berikut 7 contoh miskonsepsi paling umum tentang para ateis dan ateisme beserta penjelasannya.

1. Ateisme adalah sebuah agama 

7 Miskonsepsi Umum tentang Ateisme dan Penjelasannya, Apa Saja? nationalpost.com

Sejujurnya, istilah "agama" sendiri sangat sulit untuk didefinisikan. Di Amerika Serikat misalnya, agama didefinisikan sebagai institusi yang memiliki kredo, bentuk dan tempat ibadah, kongregasi, dan imam yang ditahbiskan. Definisi agama sendiri tidak ada hubungannya dengan Tuhan atau dewa, tetapi kebanyakan agama menyembah Tuhan sesuai dengan definisi dan aturan di atas.

Seperti yang dilansir dari laman The Good Atheist, karena pada dasarnya ateisme adalah kurangnya kepercayaan pada sesuatu, paham ini tidak memiliki tempat untuk beribadah, kredo, jemaat, bahkan imam. Hal ini menjelaskan kalau ateisme bukanlah sebuah agama.

Namun di luar sana masih banyak orang-orang sering menganggap ateis sebagai sebuah agama. Nyatanya, tidak ada seperangkat aturan atau akidah yang mengikat ateis. Miskonsepsi ini pun turut melahirkan miskonsepsi lainnya, salah satunya keyakinan kalau ateis menyembah Iblis.

Miskonsepsi ini lahir dari kepercayaan agama-agama besar yang beranggapan kalau orang yang menentang Tuhan adalah pengikut Iblis. Sayangnya, klaim ini juga salah karena Iblis berada di bawah naungan agama dan Tuhan, sedangkan ateis tidak percaya kalau Tuhan itu ada. Sederhananya, kalian tidak bisa menyembah sosok yang tidak kalian percayai.

2. Ateis menyembah sains 

7 Miskonsepsi Umum tentang Ateisme dan Penjelasannya, Apa Saja? bigthink.com

Diskusi dengan ateis memang cenderung melibatkan topik yang berkaitan dengan evolusi dan kosmologi. Melansir dari Discovery.org, nama-nama ilmuwan dan penulis seperti Darwin, Hawking, Hitchens, dan Dawkins sering disebut-sebut sebagai "nabi" dari "agama ateisme," walau nyatanya tidak semua ateis melek secara ilmiah.

Faktanya masih banyak ateis (dan teis, juga) yang apatis terhadap percakapan dan diskusi ilmiah. Di sisi lain, justru para teis lah yang sering mencoba menggunakan ilmu pengetahuan untuk membenarkan pandangan dunia mereka yang teistik. Meskipun tidak ada seorang ateis yang mengklaim kalau dirinya beribadah di "altar sains," banyak dari mereka yang lebih kritis dan memiliki pengetahuan lebih tentang sains.

3. Ateis tidak pernah bahagia dan selalu marah 

7 Miskonsepsi Umum tentang Ateisme dan Penjelasannya, Apa Saja? patheos.com

Sulit untuk mengukur tingkat kebahagiaan dari seluruh ateis di dunia, dan kesalahpahaman kalau mereka tidak pernah bahagia berasal dari kepercayaan dasar agama-agama besar bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat bahagia tanpa kehadiran Tuhan dalam hidup mereka.

Pada kenyataannya, beberapa ateis yang tidak bahagia disebabkan oleh banyak alasan, dan hal yang sama juga dapat terjadi pada kaum teis. Miskonsepsi ini mungkin muncul dari ateis yang paling vokal dalam menyuarakan pendapat mereka, yang kelihatannya selalu marah dan tidak bahagia.

Penulis dan ilmuwan seperti Christopher Hitchens dan Richard Dawkins, misalnya, juga pernah tampak marah selama diskusi. Mereka marah bukan karena mereka ateis, tetapi hanya frustrasi dengan sifat diskusi pada saat itu.

Seperti yang dilansir dari Huff Post, mereka adalah ateis yang memahami dasar-dasar evolusi dan kosmologi, dan pada saat itu tidak ingin membahas masalah teologi (ateis dan teis) karena berlawanan dengan tema diskusi yang sedang berlangsung.

Baca Juga: 9 Tokoh Ateis Ini Telah Memberikan Kontribusi yang Besar pada Dunia

4. Ateis tidak memiliki moral

7 Miskonsepsi Umum tentang Ateisme dan Penjelasannya, Apa Saja? cbsnews.com

Bagaimana mungkin seseorang memiliki moralitas tanpa Tuhan? Pertanyaan ini sering kali diajukan oleh para teis yang percaya kalau moralitas berasal dari agama. Hal ini mungkin benar bagi mereka, tetapi ada banyak orang yang tidak memiliki kepercayaan pada agama tetapi memiliki moralitas yang sama atau bahkan lebih besar dari para teis.

Menurut Huff Post, banyak teis percaya kalau ateis tidak memiliki kompas moral karena ketidakpercayaan mereka pada sosok Tuhan dan menyimpulkan bahwa "tidak ada ateis yang baik." Jelas sekali kalau hal ini adalah generalisasi tanpa dasar.

Moralitas sulit untuk didefinisikan karena ada banyak teori yang menjelaskannya sebagai evolusi sosiobiologis atau bahkan kesimpulan logis dari otak manusia. Moralitas dalam diri seseorang cenderung mengekspresikan dirinya lewat cara mereka memperlakukan orang lain (Golden Rule), dan banyak ateis yang tampaknya hidup sesuai dengan aturan ini. Intinya, perlakukan orang lain sebagaimana kalian ingin diperlakukan.

5. Ateis sangat intoleran terhadap teis

7 Miskonsepsi Umum tentang Ateisme dan Penjelasannya, Apa Saja? eletheria.org

Banyak orang yang percaya kalau ada intoleransi umum terhadap para teis di antara komunitas ateis, walau nyatanya hal ini sama sekali tidak benar. Sebaliknya, ateis adalah kelompok orang yang paling tidak ditoleransi dan dipercaya di Amerika Serikat.

Menurut para peneliti di Departemen Psikologi Universitas British Columbia, banyak politisi Amerika yang menyerukan tes agama dan penembakan terhadap orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan, dan sering melakukan ucapan kebencian kepada mereka.

Jajak pendapat dan studi ilmiah juga menunjukkan kalau beberapa komunitas agama tidak mempercayai ateis karena kurangnya kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan lebih suka kalau mereka menjauhi panggung politik dan area publik lainnya.

6. Ateis cuek terhadap hal-hal yang membahas agama 

7 Miskonsepsi Umum tentang Ateisme dan Penjelasannya, Apa Saja? reflectinghisbeauty.org

Kesalahpahaman ini bermula dari keyakinan kalau seseorang yang tidak percaya pada Tuhan tidak mengetahui ajaran-ajaran-Nya. Karena hal ini, para teis sering menggurui seorang ateis, berharap dapat mendidik dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar.

Hal yang benar adalah bahwa sebagian besar ateis memiliki pengetahuan yang cukup tentang agama dan biasanya akrab dengan beberapa agama berbeda, sementara kebanyakan teis hanya mengenal agama mereka sendiri dan kebanyakan kurang tahu tentang ateis.

Menurut Pew Research Center, sebuah studi baru-baru ini tentang pengetahuan agama di Amerika Serikat menemukan fakta bahwa ateis dan agnostik tahu lebih banyak tentang agama daripada kelompok lain. Bahkan banyak ateis atau agnostik yang pernah menjadi anggota aktif di suatu gereja.

Studi lebih lanjut tentang agama mereka sendiri mungkin telah mendorong para ateis untuk mencari keyakinan di tempat lain dan menemukan dorongan kalau mereka ingin menganut agama lain atau tidak sama sekali. Rasa haus akan pengetahuan ini cenderung membawa seseorang "murtad" dari agama yang dianutnya dan memiliki pandangan yang lebih ateistik.

Banyak juga orang yang melihat ateis sebagai pemberontak yang membenci atau menentang Tuhan, walau kesalahpahaman ini sudah salah secara logika. Untuk seseorang yang berpaling dari Tuhan dan agama mereka, para ateis biasanya sampai pada kesimpulan bahwa mereka tidak percaya pada Tuhan atau entitas lainnya.

Tanpa kepercayaan, tidak akan ada kebencian atau pertentangan. Hal ini mirip dengan kesalahpahaman kalau ateis menyembah Iblis. Layaknya Iblis, seseorang yang "memberontak" terhadap Tuhan harus percaya kepada-Nya terlebih dahulu.

7. Beberapa ateis bertanggung jawab atas genosida terburuk dalam sejarah 

7 Miskonsepsi Umum tentang Ateisme dan Penjelasannya, Apa Saja? rbth.com

Kesalahpahaman ini mencoba untuk "melempar" beberapa tindakan yang tidak manusiawi seperti Holocaust atau Holodomor pada ateisme karena banyak diktator pada zaman itu adalah seorang ateis.

Hal ini dikenal sebagai Atheist Atrocities Fallacy dan paling sering digunakan oleh kaum teis untuk membuktikan kejahatan ateisme dengan pernyataan seperti, "Bagaimana dengan Stalin, Pol Pot, dan Hitler? Mereka juga ateis dan telah membunuh jutaan orang!" Ya, para diktator itu memang bertanggung jawab atas kematian jutaan orang, tetapi itu bukan karena mereka ateis.

Faktanya, Hitler bukan lah seorang ateis. Dia adalah seorang Kristen yang taat dengan kecenderungan terhadap Mistisisme Nordik. Stalin adalah seorang ateis, tetapi ia tidak pernah membunuh siapa pun atas nama ateisme, tetapi lebih semata-mata untuk mencapai tujuan politik belaka.

Selain ketujuh miskonsepsi di atas, banyak juga orang yang percaya pada kalau komunisme dan ateis itu sama, sehingga orang komunis sudah pasti ateis dan sebaliknya. Pada kenyataannya, komunisme adalah sebuah ideologi sedangkan ateisme cenderung ke filosofi sekuler, walau tidak ada ideologi atau perilaku tertentu yang dijunjung oleh para ateis.

Baca Juga: Penelitian Menunjukkan, Kondom Membuat Penganut Ateisme Berkurang

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya