Mereka yang tidak menulis cerita pasti tidak paham situasi seperti apa yang dialami penulis dalam membuat karyanya. Namun peneliti berhasil menguaknya di 2020 dengan mengajak 200 penulis sebagai partisipan uji coba. Survei tersebut menemukan lebih dari 60 persen penulis mampu “mendengar” bagaimana karakternya berbicara.
Para penulis juga mampu mendeskripsikan ciri khas bahasa tiap karakter. Yang lebih menarik, ternyata kebanyakan penulis menemui karakternya bertingkah secara spontan seakan mereka punya keinginannya sendiri. Mereka mengatakan hal-hal yang tidak direncanakan oleh sang penulis.
Hmmmm, sekarang bisa paham deh mengapa mantra dalam bahasa Inggris disebut spell atau terjemahan lainnya adalah mengeja. Itu karena setiap ucapan yang kita keluarkan memang mampu mempengaruhi diri sendiri maupun orang lain. Hayoo, coba diingat-ingat lagi apa saja hal yang sudah terlontar dari mulutmu?