Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sawah dan padi yang melepaskan senyawa alelopati (pexels.com/Hermawan Fanzel)
ilustrasi sawah dan padi yang melepaskan senyawa alelopati (pexels.com/Hermawan Fanzel)

Intinya sih...

  • Bunga matahari, sorgum, padi, jagung, dan pinus melepaskan senyawa alelopati yang menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya.
  • Senyawa alelopati ini berasal dari berbagai bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji, serbuk sari, jerami, dan jarum.
  • Tanaman sengaja dibudidaya untuk efek alelopatinya guna mengendalikan gulma secara alami tanpa herbisida kimia. Namun juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya di sekitarnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Alelopati adalah fenomena biologis di mana suatu organisme, biasanya tumbuhan, menghasilkan senyawa biokimia yang memengaruhi pertumbuhan, reproduksi, atau perkembangan organisme lain di sekitarnya. Efek ini dapat bersifat negatif bagi tanaman lain.

Beberapa tanaman melepaskan senyawa alelopati ke lingkungan sebagai bentuk dari pertahanan diri dan kelangsungan hidupnya. Berikut adalah 5 tanaman yang melepaskan senyawa alelopati sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya.

1. Bunga Matahari (Helianthus annuus)

ilustrasi bunga matahari (pexels.com/Pixabay)

Bunga matahari mengeluarkan senyawa alelopati yang ditemukan di berbagai bagian tanaman bunga matahari, termasuk akar, batang, daun, bunga, dan biji. Senyawa ini dilepaskan ke lingkungan melalui eksudasi akar, dan dekomposisi setelah tanaman mati.

Setidaknya, terdapat lebih dari 200 senyawa allelokimia yang dilepaskan, termasuk terpenoid, flavonoid, dan asam klorogenat. Senyawa-senyawa tersebut mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan tanaman di sekitarnya dengan cara memberikan stres oksidatif, menghambat perpanjangan akar dan tunas, dan merusak membran tanaman target.

Penelitian telah membuktikan bahwa sisa-sisa bunga matahari dapat menghambat pertumbuhan tanaman seperti kacang kapri, sawi, dan selada jika ditanam di dekatnya.

2. Sorghum

ilustrasi tanaman sorghum (pexels.com/Nitesh Yadav)

Senyawa alelopati dilepaskan dari berbagai bagian tanaman sorgum, termasuk akar, batang, daun, dan biji. Beberapa senyawa yang dilepaskan adalah:

  • Sorgoleone yang dapat menghambat perkecambahan biji dan perpanjangan akar dari tanaman di sekitarnya dengan cara mengganggu fotosintesis dan aktivitas enzim.
  • Senyawa fenolik termasuk asam ferulat, asam p-kumarat, asam vanilat, dan asam kafeat. Senyawa ini dapat mengganggu proses fisiologis tanaman lain.
  • Dhurrin, sejenis glikosida sianogenik yang berarti bahwa ia dapat melepaskan sianida yang beracun ketika terurai.

3. Padi (Oryza sativa)

ilustrasi padi (pexels.com/Sergei A)

Senyawa alelopati terdapat pada berbagai bagian tanaman padi, termasuk daun, jerami, dan akar, dan dilepaskan ke lingkungan melalui dekomposisi dan eksudat akar.  Beberapa zat alelopati utama pada padi adalah:

  • Asam fenolik seperti asam p-hidroksibenzoat, asam p-kumarat, dan asam ferulat yang dapat menghambat perkecambahan biji dan pertumbuhan bibit gulma di sekitarnya. 
  • Flavonoid, terdapat pada daun dan jerami padi yang juga dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan gulma.
  • Senyawa mirip sorgoleon yang dapat mengganggu fotosintesis dan aktivitas enzim pada tanaman di sekitarnya.

Karena sifat yang dimilikinya, beberapa varietas padi sengaja dibudidaya untuk efek alelopatinya untuk mengendalikan gulma secara alami sehingga mengurangi ketergantungan pada herbisida kimia. Hal ini sangat berharga untuk pertanian yang  berkelanjutan.

4. Jagung (Zea mays)

ilustrasi tanaman jagung (pexels.com/Ranjeet Chauhan)

Bagian tanaman jagung yang melepaskan senyawa alelopati adalah serbuk sari dan jerami. Sebuah studi menyebutkan bahwa senyawa alelopatik dari jerami jagung dapat menghambat 4 spesies gulma.

Spesies gulma yang terkena senyawa alelopatik akan terganggu pada pertumbuhan akar dan tunasnya. Selaina itu, proses perkecambahan benih juga menjadi terhambat. Selain gulma, senyawa alelopatik yang ada di jagung juga dapat menghambat tanaman budidaya, seperti padi.

5. Pinus

ilustrasi tanaman pinus (pexels.com/Irina Iriser)

Tanaman pinus melepaskan senyawa volatil seperti terpena dari jarum dan akarnya. Senyawa ini dapat menghambat perkecambahan benih dan pertumbuhan akar pada tanaman di sekitarnya. Efek alelopatik ini dapat mengubah komposisi komunitas tumbuhan dan proses ekosistem yang ada di sekitar pohon pinus.

Zat resin yang keluar dari guguran daun dan getah juga akan masuk ke dalam tanah, menyebabkan berkurangnya vegetasi di bawah naungan pinus. Efek penghambatan dari senyawa alelopatik pinus dapat membentuk ulang komunitas tanaman dan hanya ada spesies yang tahan terhadap senyawa alelopatik yang dihasilkan pinus.

Dalam pertanian, sifat alelopatik pada tanaman ini sering dimanfaatkan untuk menekan gulma. Namun, dampak negatifnya adalah mereka dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya yang ada di dekatnya. Sebaiknya, tanaman budidaya tidak ditanam terlalu dekat dengan tanaman yang melepaskan senyawa alelopati.

Referensi:

  • Rivera-Villalobos, F. I., & de la Torre-Castro, M. Y. (2022). Role of mutualism in the resilience of marine ecosystems. Revista Bionatura, 7(4), 192–200. Diakses April 2025.
  • Král, J., & Vítová, M. (2006). Nitrogen excretion in symbiotic relationships between fish and invertebrates. Biologia Plantarum, 50(1), 176–180. Diakses April 2025.
  • Roux, N., et al. (2021). Patterns of mutualism and host selection in marine environments. Frontiers in Ecology and Evolution, 9, 663289. Diakses April 2025.
  • Holbrook, S. J., et al. (2013). Climate change and the persistence of mutualisms: Coral reef fish and host anemones. Global Change Biology, 19(6), 1917–1925. Diakses April 2025.
  • Dunn, D. C., et al. (2001). Fish waste as nutrient source for macroalgae: A symbiotic relationship. Canadian Journal of Plant Science, 81(1), 49–53. Diakses April 2025.
  • González, A., et al. (2018). Environmental stress weakens mutualistic interactions. Nature Communications, 9, 3620. Diakses April 2025.
  • Morin, P. A., et al. (2005). Functional roles of symbiotic species in the ecosystem under stress. Journal of Experimental Biology, 208(24), 4601–4610. Diakses April 2025.
  • Dixson, D. L., et al. (2013). Ocean acidification disrupts chemically mediated behavior in reef fish. Ecology Letters, 16(8), 968–975. Diakses April 2025.
  • Thompson, C. A., et al. (2019). Microbial symbionts enhance host stress tolerance. mBio, 10(4), e01491-19. Diakses April 2025.
  • Chivers, D. P., et al. (2017). Impacts of environmental contaminants on mutualistic behaviors. Environmental Pollution, 229, 780–787. Diakses April 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team