Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi gas air mata (unsplash.com/Norbu GYACHUNG)
ilustrasi gas air mata (unsplash.com/Norbu GYACHUNG)

Mengendalikan massa dalam sebuah demonstrasi bukanlah perkara mudah. Aparat keamanan di seluruh dunia menghadapi tantangan besar saat kerumunan membesar, apalagi jika situasi mulai memanas atau mengancam keselamatan publik. Meski teknologi modern seperti kamera pengawas dan sistem komunikasi semakin banyak digunakan, alat pengendalian massa yang bersifat fisik tetap menjadi andalan utama untuk menjaga ketertiban.

Kali ini kita akan menggali lebih dalam berbagai teknologi pengendalian massa tradisional yang sering digunakan. Lengkap dengan cara kerja, kelebihan, serta kontroversinya. Yuk, kita bahas bersama!

1. Gas air mata 

ilustrasi unjuk rasa yang dihadang oleh aparat polisi dengan gas air mata. (pexels.com/Joel Santos)

Gas air mata adalah senjata tidak mematikan yang paling banyak digunakan saat demo. Begitu terhirup, gas ini bisa menimbulkan iritasi pada mata, batuk, sesak napas, hingga rasa panas di kulit. Tujuannya adalah melumpuhkan sementara sehingga massa terpecah dan bubar.

Gas air mata biasanya dikemas dalam tabung atau granat kecil yang ditembakkan ke arah kerumunan. Saat meledak, zat kimia akan menyebar di udara. Alat ini digunakan untuk membubarkan massa yang dianggap berisiko tinggi. Sayangnya, dampaknya gak hanya dirasakan oleh demonstran, tetapi juga warga sekitar. Lucunya lagi, gas air mata dilarang penggunaannya dalam peperangan internasional, tetapi masih legal dipakai aparat di banyak negara, termasuk Indonesia.

2. Water cannon

ilustrasi water cannon (commons.wikimedia.org/Blindajes)

Water cannon adalah senjata pengendali massa yang memanfaatkan semburan air bertekanan tinggi. Biasanya dipasang di kendaraan lapis baja agar bisa bergerak dengan mudah di tengah kerumunan. Water cannon sering dipilih karena bisa menjangkau area luas, bersifat non-mematikan, serta mampu mendinginkan situasi yang memanas. Bahkan bisa digunakan untuk membersihkan penghalang jalan.

Akan tetapi, water cannon gak boleh digunakan saat cuaca dingin karena semburan air bisa menyebabkan hipotermia. Efektivitasnya juga bisa berkurang jika massa melindungi diri dengan perisai atau benda lain. Paling sering dipakai dalam demo besar di mana kontak fisik berisiko terjadi, tetapi penggunaan kekuatan mematikan gak diinginkan.

3. Peluru karet dan proyektil plastik

ilustrasi peluru karet (unsplash.com/James Kovin)

Peluru karet diciptakan sebagai alternatif dari peluru tajam. Bentuknya memang keras, tapi gak sampai menembus tubuh, melainkan memberikan efek sakit yang cukup kuat. Cara penggunaannya adalah dengan ditembakkan dengan senjata khusus ke arah individu atau kelompok.

Tujuan dari penggunakan peluru karet adalah untuk menimbulkan rasa sakit bahkan memar sehingga massa takut dan mundur. Akan tetapi, meski disebut “tidak mematikan”, ada banyak laporan cedera serius. Selain itu, jika ditembakkan dari jarak dekat atau ke bagian tubuh vital ini bisa memicu patah tulang atau bahkan kematian.

4. Perangkat suara long range acoustic device

ilustrasi Long Range Acoustic Device (commons.wikimedia.org/Tucker M. Yates)

LRAD adalah senjata akustik yang memancarkan suara dengan frekuensi sangat tinggi dan terfokus ke arah tertentu. Fungsinya adalah untuk memberikan peringatan jarak jauh atau membuat massa bubar dengan suara bising yang menyakitkan telinga. Kelebihan dari LRAD adalah tidak menimbulkan luka fisik, efektif digunakan di lingkungan yang ramai dan berisik.

Namun, jika digunakan terlalu lama, LRAD bisa menyebabkan kerusakan pendengaran. Penggunaan yang berlebihan juga berisiko menimbulkan efek negatif. Bahkan, dalam situasi tertentu, hal ini justru dapat memicu kemarahan massa.

5. Flashbang dan granat asap

ilustrasi granat dan flashbang (commons.wikimedia.org/VKras)

Flashbang adalah perangkat peledak non-mematikan yang menghasilkan cahaya menyilaukan serta suara sangat keras untuk mengejutkan serta membuat massa panik sesaat. Sementara, granat asap digunakan untuk menciptakan tirai asap tebal, baik untuk membubarkan massa atau menyamarkan pergerakan aparat. Kedua alat ini biasanya dipakai agar bentrokan langsung bisa dihindari, tetapi tetap memiliki risiko jika digunakan secara berlebihan atau di area tertutup.

Teknologi pengendalian massa seperti gas air mata, water cannon, peluru karet, dan perangkat suara masih menjadi pilihan utama aparat di berbagai negara. Jika digunakan dengan bijak, alat ini membantu menjaga keseimbangan antara keamanan publik dan hak demonstran untuk menyuarakan pendapat. Namun, karena efek sampingnya bisa sangat berbahaya, penting bagi aparat untuk terus memperbaiki standar penggunaan, mengurangi risiko, dan menegakkan etika. Dengan begitu, pengamanan demo bisa berjalan efektif tanpa harus mengorbankan keselamatan maupun kebebasan sipil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team