Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Gas Air Mata Bisa Menyebabkan Kematian?

gambar sekelompok polisi menembakkan gas air mata (unsplash.com/Spenser H)
gambar sekelompok polisi menembakkan gas air mata (unsplash.com/Spenser H)

Gas air mata kini menjadi salah satu senjata aparat kepolisian dalam mengendalikan masa. Awalnya, "senjata" ini kali ditemukan pada tahun 1928 oleh dua ahli kimia berkebangsaan Amerika Serikat bernama Ben Corson dan Roger Stoughton. Gas air mata kemudian digunakan sebagai senjata dalam Perang Dunia I. Setelah Perang Dunia I berakhir, Konvensi Jenewa pada tahun 1993 melarang penggunaan gas air mata dalam peperangan.

Meski penggunaannya dalam perang sudah dilarang, sejumlah negara termasuk Indonesia masih menggunakan gas air mata untuk mengendalikan massa dalam jumlah besar. Biasanya gas air mata dilepaskan dalam aksi demonstrasi dan kerusuhan. Pertanyaan pentingnya, seberapa berbahaya efek gas air mata jika terkena tubuh manusia? Apakah gas air mata bisa menyebabkan kematian? Berikut penjelasannya!

1. Apa itu gas air mata?

gambar seseorang menghindari gas air mata (unsplash.com/ev)
gambar seseorang menghindari gas air mata (unsplash.com/ev)

Gas air mata adalah sejumlah senyawa kimia yang digunakan dalam pengendalian masa dalam jumlah besar. Meski begitu penggunaannya dikontrol oleh beberapa pedoman ketat seperti hanya boleh ditembakkan dari jarak jauh, hanya digunakan di luar ruangan, dan menggunakan campuran kimia dengan kekuatan serendah mungkin. Dilansir EBSCO Research, berbeda dari namanya, gas air mata sebetulnya gak berbentuk gas sama sekali. Jika kita melihat sekilas, gas air mata seringkali digunakan dalam bentuk cairan. Namun sebetulnya, senyawa kimia ini berbentuk bubuk padat yang dipanaskan.

Bubuk ini kemudian dicampur pelarut dan ditembakkan melalui tabung, granat, dan semprotan bertekanan dalam bentuk aerosol. Terdapat beberapa senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai gas air mata, tetapi kloroasetofenon (CN) dan klorobenzilidenemalononitril (CS) menjadi dua senyawa yang paling sering digunakan aparat sebagai gas air mata karena efeknya yang cepat. Efek inilah yang membuat masa kehilangan fokus, dan gak bisa beraktivitas dalam jangka waktu tertentu.

2. Penggunaan gas air mata dapat menyebabkan iritasi pada mata dan bagian tubuh lain

gambar seorang pendemo berusaha melindungi diri dari paparan gas air mata (unsplash.com/ev)
gambar seorang pendemo berusaha melindungi diri dari paparan gas air mata (unsplash.com/ev)

Ketika gas air mata disemprotkan, baik itu kloroasetofenon (CN) maupun klorobenzilidenemalononitril (CS) akan bekerja sebagai iritan. Dilansir CDC, sesuai dengan fungsinya, senyawa kimia pada gas air mata ini akan mengiritasi bagian tubuh seperti selaput lendir pada mata, hidung, mulut serta kulit dalam hitungan waktu 20-60 detik. Setelah terpapar, tubuh kita akan mengalami sejumlah gejala, umumnya adalah sensasi seperti terbakar yang bisa berlangsung hingga 30 menit.

Selain sensasi terbakar, gas air mata juga menimbulkan sejumlah gejala lain tergantung pada bagian tubuh yang terpapar. Pada hidung, gejalanya adalah pembengkakan, dan hidung yang berair. Pada mata, paparan gas air mata akan menyebabkan penglihatan kabur, mata berair, dan kemerahan. Jika senyawa kimia pada gas air mata masuk ke paru-paru, maka efeknya adalah sesak napas, batuk, tersedak, hingga mengi. Dalam banyak kasus, paparan gas air mata juga menyebabkan mual dan muntah, serta ruam pada kulit. 

3. Apakah gas air mata bisa menyebabkan kematian?

ilustrasi paru-paru manusia yang terpapar gas air mata (freepik.com/Freepik)
ilustrasi paru-paru manusia yang terpapar gas air mata (freepik.com/Freepik)

Paparan gas air mata memang bisa sangat menggangu, tetapi jika dibersihkan dengan menggunakan air dan sabun, efeknya akan hilang dalam waktu 15-30 menit. Namun gak semua orang yang terkena paparan bisa pulih secepat itu. Semakin banyak paparan gas air mata yang diterima dan penanganan yang lambat nyatanya dapat menyebabkan risiko jangka panjang.

Dilansir Medical News Today, paparan gas air mata juga bisa menyebabkan efek kesehatan serius. Mulai dari glaukoma, luka bakar kimia, hingga gagal napas yang berujung pada kematian. Orang dengan kondisi kesehatan yang buruk, atau menderita penyakit tertentu, terutama penyakit pernapasan memiliki risiko yang lebih tinggi. Paparan gas air mata bisa memicu berbagai penyakit termasuk asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), bahkan henti napas secara mendadak.

Gas air mata umumnya gak menyebabkan kematian. Namun tetap saja, kamu perlu melakukan penanganan segera untuk menghilangkan gejalanya. Mulai dari membasuh bagian yang terkena paparan dengan menggunakan air dan sabun, sampai mengganti pakaian yang bersih untuk meminimalkan gejala yang muncul.

Referensi

“Tear Gas”. EBSCO Research Starters – Law. Diakses Agustus 2025.

“Effects of Tear Gas”. Medical News Today. Diakses Agustus 2025.

“Tear Gas and Public Health”. Oregon Health Authority. Diakses Agustus 2025.

“How Tear Gas Works”. HowStuffWorks. Diakses Agustus 2025.

“Riot Control Agents (e.g., Tear Gas)”. Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Agustus 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us