Tangkapan kamera dari helikopter Royal Netherlands Air Force (RNLAF) mengabadikan momen hancurnya modul Columbia ketika hendak mendarat. (commons.wikimedia.org/UnderworldCircle)
Kecelakaan yang menimpa Columbia merupakan tragedi pesawat ulang-alik pertama yang terjadi pada abad ke-21. Columbia merupakan 1 dari 6 pesawat ulang-alik yang hendak diluncurkan Amerika Serikat secara berkala dengan misi yang berbeda-beda. Columbia dengan nomor misi STS-107 memiliki tugas untuk melakukan berbagai eksperimen ruang angkasa dalam 16 hari waktu penerbangannya.
Pesawat ulang-alik ini ditumpangi oleh 7 awak bernama David M Brown, Rick D Husband, Laurel B Clark, Kalpana Chawla, Michael P Anderson, William C McCool,
dan Ilan Ramon. Ini bukan pertama kali Columbia terbang menuju orbit. Sebelumnya, pesawat ulang-alik ini telah berhasil melaksanakan misinya pada 1981 dengan selamat. Sejumlah misi lain juga telah berhasil dijalani oleh pesawat ulang-alik ini dengan total 38 kali penerbangan.
Sayangnya, misi STS-107 ini akan menjadi misi terakhir bagi Columbia. Pada 16 Januari 2003, bertempat di Launch Pad 39A at NASA’s Kennedy Space Center, Florida, Columbia kembali terbang ke ruang angkasa dengan perjalanan yang relatif lancar. Dilansir NASA, ketujuh astronaut yang ada di dalamnya kemudian dibagi atas dua tim berbeda dan menjalankan berbagai eksperimen sesuai dengan apa yang ditugaskan pada mereka.
Bahkan, seluruh awak Columbia sempat terhubung lewat sambungan radio dengan enam astronaut yang sedang berada di International Space Station dan saling bercengkerama. Sayangnya, tragedi yang menimpa Columbia dan ketujuh astronaut di dalamnya terjadi ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang ke Bumi, mirip seperti apa yang terjadi pada tragedi Soyuz 11.
Bedanya, modul orbit yang ditempati ketujuh astronaut tersebut hancur berkeping-keping di udara. Seluruh awak tewas. Kerusakan pada sayap kiri ketika penerbangan dan masuknya hawa panas dan asap ke dalam sayap yang rusak diduga menjadi penyebab hancurnya modul orbit Columbia ketika hendak mendarat.
Sejumlah kecelakaan tragis yang terjadi pada pesawat ulang-alik di atas sudah cukup menjadi pengingat kalau perjalanan ruang angkasa masih sangat berbahaya bagi manusia. Akan tetapi, hal ini jelas bukan jadi halangan bagi ilmu pengetahuan untuk terus bergerak maju dan mengungkap beragam misteri dan tantangan yang ada di ruang angkasa sana.
Semoga saja kecelakaan-kecelakaan serupa tak terulang kembali dan umat manusia bisa membuat pesawat ulang-alik yang lebih aman digunakan untuk perjalanan ruang angkasa. Apakah kamu juga salah satu orang yang mendamba nantinya umat manusia bisa dengan mudah menjelajahi ruang angkasa? Sampaikan pendapatmu di kolom komentar, ya!