Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ular tambang (commons.wikimedia.org/Thai National Parks)

Kalau menurutmu ular hanya melata di tanah, kamu keliru. Faktanya, beberapa jenis justru lebih suka beraktivitas di atas pohon dan punya kemampuan memanjat yang luar biasa. Reptil ini biasanya aktif berburu atau beristirahat di antara dahan dan dedaunan.

Di Indonesia sendiri, cukup banyak spesies ular yang sering di pohon dan bisa ditemukan di hutan, kebun, atau bahkan dekat pemukiman. Meski sebagian tidak berbisa, tetap penting untuk mengenali mana yang berbahaya dan tidak. Yuk, ketahui beberapa jenisnya!

1. Ular gadung

Ular gadung (ommons.wikimedia.org/Thai National Parks)

Ular gadung (Ahaetulla prasina) dikenal juga dengan nama lain seperti Asian vine snake atau ular anggur. Ular ini memiliki tubuh yang sangat ramping, berwarna hijau cerah atau kadang kekuningan, serta moncong runcing dan panjang. Warna tubuhnya yang menyerupai daun membuatnya sangat sulit dilihat ketika bersembunyi di antara pepohonan. Apalagi ular ini aktif siang hari (diurnal) dan hidup di habitat pohon.

Meski memiliki bisa, ular gadung tergolong tidak berbahaya bagi manusia. Pasalnya, racunnya lemah dan taringnya berada di bagian belakang mulut.

Ular gadung memangsa hewan kecil seperti kadal, burung kecil, dan katak pohon. Di Indonesia, ular ini umum ditemukan di hutan, kebun, hingga area pedesaan yang masih memiliki pepohonan rimbun. 

2. Ular tambang

ular tambang (commons.wikimedia.org)

Ular tambang (Dendrelaphis pictus) atau dikenal sebagai painted bronzeback merupakan ular yang aktif siang hari dan sangat lincah. Ular ini biasanya ditemukan di sekitar tepi hutan, semak belukar, taman, hingga kebun. Terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Warna tubuhnya bervariasi, dari cokelat hingga zaitun dengan garis kuning mencolok di sisi tubuh. Selain itu, terdapat garis hitam melewati mata yang memperkuat penampilannya.

Ular tambang tidak berbisa dan cenderung menghindar saat terganggu. Saat beristirahat, ular ini sering ditemukan melingkar di dahan-dahan pohon beberapa meter di atas tanah.

Makanan utamanya adalah kadal dan katak kecil. Nah, saat merasa terancam atau sedang memangsa, kulit tubuhnya sedikit menggembung dan memperlihatkan warna biru kehijauan yang tersembunyi di balik sisiknya.

3. Ular bajing

Ular bajing (commons.wikimedia.org/Bjørn Christian Tørrissen)

Ular bajing atau Gonyosoma oxycephala adalah salah satu ular pohon yang cukup sering dijumpai di Indonesia. Khususnya di hutan hujan tropis, hutan dataran rendah, hingga area mangrove dan tepi sungai. Ular ini dikenal sebagai spesies arboreal yang gesit dan biasa hidup di semak dan pepohonan hingga ketinggian 750 meter. Dengan panjang tubuh mencapai 1,6 hingga 2,2 meter, ular bajing aktif pada siang hari dan cenderung beristirahat di atas pohon saat malam.

Ular yang di pohon ini memiliki tubuh ramping dengan warna hijau cerah sehingga membantu kamuflasenya di pepohonan. Tak hanya itu, perilaku ular ini juga cukup agresif saat terganggu.

Meskipun tampak mencolok, ular bajing bukanlah ular berbisa dan biasanya memangsa tikus, burung kecil, atau kadal. Di alam liar maupun dalam penangkaran, ular ini memerlukan lingkungan dengan kelembapan tinggi, tempat persembunyian, dan ruang vertikal untuk memanjat. Itu karena habitat alami reptil ini sangat bergantung pada vegetasi pohon.

4. Ular pohon cokelat

Ular pohon cokelat (commons.wikimedia.org/Pavel Kirillov)

Di antara banyaknya ular yang hidup di pepohonan, ada satu jenis yang cukup dikenal karena kemampuannya memanjat dan aktif berburu pada malam hari. Ular tersebut adalah ular pohon cokelat (Boiga irregularis).

Ular ini biasa ditemukan di wilayah tropis seperti Indonesia timur, Papua Nugini, dan Australia utara. Dengan tubuh ramping dan lincah, hewan ini kerap bersembunyi di pohon, celah batu, atau bahkan bangunan saat siang, lalu keluar berburu ketika malam tiba.

Ular pohon cokelat juga punya sifat agresif saat merasa terancam dan termasuk ular berbisa ringan. Mangsa utamanya adalah burung, mamalia kecil, hingga reptil lain yang bisa ditaklukkan dengan bisa atau lilitan tubuhnya.

Di habitat alaminya, populasinya masih terkendali. Namun, di tempat asing seperti Pulau Guam, ular ini justru menjadi ancaman serius bagi ekosistem setempat.

5. Ular tali Papua

Ular tali Papua (commons.wikimedia.org/Graham Winterflood)

Ular tali Papua (Dendrelaphis calligaster) atau ular pohon hijau adalah reptil ramping, tidak berbisa, dan aktif siang hari. Memiliki panjang hingga 1,2 meter, ular ini berwarna hijau, cokelat, atau abu-abu dengan perut krem atau kuning. Ciri khasnya adalah garis gelap lebar yang melintas di sekitar mata.

Ular ini biasanya ditemukan di hutan hujan tropis, mangrove, dan hutan sekunder. Meskipun lebih banyak hidup di pepohonan, ular ini juga dapat mencari makan di tanah, dengan makanan utama katak dan reptil kecil. Ular tali Papua berkembang biak dengan bertelur, biasanya 5—7 butir per kali bertelur.

Ada banyak jenis ular yang sering di pohon dan bahkan bisa kamu temukan di sekitar tempat tinggalmu. Jadi, lain kali pas jalan-jalan ke alam, coba lebih waspada, ya! Siapa tahu ada si melata ini lagi ngintip dari atas.

Referensi

"Oriental Whipsnake". iNaturalist. Diakses Mei 2025.
"Oriental Whip Snake  -  Ahaetulla prasina". Ecology Asia. Diakses Mei 2025.
"Common bronzeback". Thai National Parks. Diakses Mei 2025.
"Painted Bronzeback  -  Dendrelaphis pictus". Ecology Asia. Diakses Mei 2025.
"Condensed Care Sheet". Gonyosoma. Diakses Mei 2025.
"Boiga Irregularis Brown Catsnake, Brown Tree Snake". Animal Diversity Web. Diakses Mei 2025.
"Brown Tree Snake". Britannica. Diakses Mei 2025.
"Dendrelaphis Calligastra". Animalia. Diakses Mei 2025.
"Northern Tree Snake". iNaturalist. Diakses Mei 2025.

Editorial Team