Benarkah Instagram Buruk bagi Kesehatan Mental? Ini Hasil Surveinya

Survei dilakukan oleh IDN Times kepada Millennials dan Gen-Z

Seberapa sering kamu pakai media sosial setiap harinya? Nyatanya, Millennials dan Gen-Z zaman sekarang sulit lepas dari media sosial, baik Instagram, Facebook, Twitter, dan lain-lain. Kebutuhannya sendiri, mulai dari mengobrol, berbagi kiriman, hingga mempertemukan orang baru.

Namun, sebuah penelitian dari Royal Society for Public Health (RSPH) dan Young Health Movement (YHM) mengumumkan hasil yang mencengangkan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa Instagram menjadi media sosial yang paling berdampak buruk bagi kesehatan mental penggunanya. Penelitian tersebut dilakukan pada 1.479 pemuda Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara berusia 14-24 tahun. Media sosial yang jadi objek penelitian adalah YouTube, Twitter, Facebook, Snapchat dan Instagram.

Lantas, gimana dengan Millennials dan Gen-Z di Indonesia? Menanggapi hal tersebut, IDN Times melakukan survei terkait kecemasan sosial di Instagram. IDN Times berhasil mengumpulkan responden berjumlah 448 orang. Sebanyak 58,5 persen didominasi oleh Millennials dan Gen-Z berusia 21-30 tahun. Berikut hasilnya.

1. Tujuan utama seseorang mengepos kiriman, baik ke story atau feed di Instagram, untuk berbagi karya dan pengalaman pribadi

Benarkah Instagram Buruk bagi Kesehatan Mental? Ini Hasil SurveinyaIDN Times

Sebanyak 63,6 persen responden mengepos kiriman, baik ke story atau feed, untuk berbagi karya dan pengalaman pribadi. Itu berarti ada lebih dari setengah responden yang mengaku mengepos kiriman untuk tujuan tersebut. Sementara, alasan lain para responden mengepos kiriman ke Instagram untuk mengunggah foto bagus, pamer aktivitas terbaru, dan promosi barang dagangan serta jasa.

Uniknya, sebanyak 50 persen orang mengaku pusing memikirkan foto dan konten dalam feed. Sedangkan, 50 persen lainnya tak pernah memikirkannya.

2. Dari semua responden, sebagian besar mengaku kadang merasa cemas ketika terlalu lama mengakses Instagram

Benarkah Instagram Buruk bagi Kesehatan Mental? Ini Hasil SurveinyaIDN Times/Deby Amaliasari

Membuktikan penelitian yang dilakukan RSPH dan YHM, sebagian responden dari IDN Times, tepatnya berjumlah 32,4 persen, mengaku kadang merasa cemas ketika terlalu lama bermain Instagram. Di tempat kedua, dengan hasil yang hampir sama, yaitu 30,4 persen mengaku sering merasa cemas ketika terlalu lama mengakses Instagram.

3. Padahal, sebagian besar orang mengaku hanya mengakses Instagram kurang dari 5 jam

Benarkah Instagram Buruk bagi Kesehatan Mental? Ini Hasil Surveinyaunsplash.com/Erik Lucatero

Pada formulir survei, IDN Times membagi waktu mengakses Instagram, yaitu kurang dari 5 jam, 5-10 jam, 10-12 jam, dan lebih dari 12 jam. Hasilnya, sebagian besar responden, tepatnya sebanyak 59,6 persen mengaku hanya mengakses Instagram kurang dari 5 jam. Sementara, ada 30,2 persen yang mengaku mengakses Instagram 5-10 jam.

Dari hasil tersebut, terlihat bahwa meskipun hanya sebentar mengakses Instagram, hal tersebut sudah cukup membuat para responden sebagian besar beranggapan bahwa kadang merasa cemas ketika mengakses Instagram.

Baca Juga: Tidak Sama Penanganannya, Jangan Salah Bedakan Psikolog dan Psikiater!

4. Adapun, faktor utama kecemasan mengakses Instagram karena melihat postingan teman yang lebih dulu sukses

Benarkah Instagram Buruk bagi Kesehatan Mental? Ini Hasil Surveinyaunsplash.com/Linda Xu

Sebagian besar responden, sebanyak 39,8 persen mengaku faktor yang membuat mereka cemas karena mengakses Instagram karena melihat postingan teman yang lebih dulu sukses. Adapun, alasan lainnya, antara lain karena melihat postingan teman yang bersenang-senang; selebritas yang pamer kemewahan gaya hidup; dan dari toko daring yang tidak mampu mereka beli.

5. Selain itu, postingan orang lain dalam Instagram juga membuat orang kadang tidak percaya diri

Benarkah Instagram Buruk bagi Kesehatan Mental? Ini Hasil SurveinyaIDN Times/Deby Amaliasari

Sebanyak 34,7 persen mengaku kadang tidak percaya diri saat melihat kiriman orang lain. Adapun, kiriman tersebut menunjukkan seseorang telah melakukan sesuatu yang belum bisa dilakukan diri sendiri, seperti jalan-jalan ke suatu tempat atau menikah, tepatnya sebanyak 52,9 persen responden.

Sementara, di tempat kedua dengan persentase yang mendekati, sebanyak 47,8 persen, merasa tidak percaya diri setelah melihat kiriman berupa prestasi orang lain. Adapun, alasan lainnya karena melihat penampilan menawan publik figur dan kiriman berbau #FamilyGoals dan #RelationshipGoals.

6. Sebenarnya, sebagian besar orang mengaku ingin berhenti mengakses Instagram karena merasa terganggu

Benarkah Instagram Buruk bagi Kesehatan Mental? Ini Hasil Surveinyaunsplash.com/Rawpixel

Nyatanya, setelah mengakui bahwa Instagram menyebabkan kecemasan dan rasa tidak percaya diri, sebagian besar orang mengaku ingin berhenti. Hasil surveinya mendominasi dengan persentase 69,4 persen.

7. Kesimpulannya, 5 dari 10 Millennials dan Gen-Z merasa cemas dan tidak percaya diri setelah melihat kiriman orang lain

Benarkah Instagram Buruk bagi Kesehatan Mental? Ini Hasil Surveinyaunsplash.com/Julian Gentilezza

Itu karena Instagram digunakan sebagai “media pamer” oleh penggunanya. Sementara, orang yang melihat postingan dari orang lain tersebut akan merasa cemas dan tidak percaya diri.

Sebagai manusia, kita punya kebebasan untuk melakukan apa pun dalam hidup. Hanya saja bijaksana lah dalam berbuat sesuatu. Jika kamu merasa bahwa mengakses Instagram membuat dirimu merasa cemas dan tidak percaya diri, kamu bisa mengurangi intensitasnya. Ada juga pilihan untuk berhenti.

Sementara, jika kecemasan dan rasa tidak percaya diri itu sudah mulai mengganggu kehidupan sehari-harimu, ada baiknya kamu berkonsultasi pada ahlinya. Jangan sampai menumpuk dan jadi gangguan mental ya!

Baca Juga: 6 Tanda Kamu Harus Konsultasi ke Psikolog, Sebelum Kamu Terlambat

Topik:

  • Yudha
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya