Pes menyerang sistem limfatik dan gejala awalnya mirip flu setelah beberapa hari terinfeksi. Dari sana, keadaan sering kali menjadi jauh lebih suram dan fatal.
Kelenjar getah bening di selangkangan, ketiak, dan leher mulai membengkak dan menyakitkan, sementara korban yang terinfeksi mengalami demam tinggi, menggigil bahkan kejang-kejang.
Hematemesis (muntah darah) mulai terjadi, bersamaan dengan pembengkakan kelenjar getah bening yang berkembang menjadi gelembung yang sering pecah. Pendarahan internal menyebabkan sebagian besar tubuh memar dan menjadi nekrotik-gejala yang membuat wabah ini dijuluki “Wabah Hitam”.
Tanpa perawatan antibiotik modern yang tepat, 30-90 persen pasien pada akhirnya meregang nyawa akibat penyakit ini.
Terlepas dari penyebarannya di Eropa antara tahun 1346 dan 1353, wabah pes diyakini sebagai akar penyebab Wabah Justinian di Kekaisaran Romawi Timur pada abad ke-6 Masehi, serta wabah ketiga yang terjadi di China, Mongolia, dan India pada 1855.